Title: Blue
Cast : Kei Inoo
Ruu Sawada
Categories: Oneshoot
Rate : PG 15
Genre : angst
Synopsis :
“semua
orang pasti punya cerita kehidupannya.
Hidup bahagia atau tidak, bukankah itu tergantung dari sisi pandang kita
sebagai pemerannya…”
************
25 December 2012 …
Malam
ini turun salju, salju di malam natal menghiasi sekeliling Kei yang sedang
menunggu seorang wanita, seorang wanita yang sudah lama ada di sampingnya sejak
ia duduk di bangku sekolah dasar. Wanita yang sejak kecil sangat tak suka
memakai rok dan senang bermain lumpur dengannya. Satu-satunya wanita yang bisa
membuatnya menangis di masa kecil karena memukul wajahnya. Wanita yang selalu
satu sekolah dengannya hingga ia berumur 22 Tahun saat ini.
“Kei, ada apa memanggilku kemari??”
Ruu mendekati kekasihnya itu.
mengajaknya untuk mengobrol duduk di bangku taman.
“Ruu, apa kau ingat? Tepat setahun
lalu. Di sini… kita ..”
“ya, tentu saja Kei … aku ingat ..”
Ruu tersenyum dan menggenggam tangan Kei. Berusaha mengingat banyak kenangan
indah di tempat yang saat ini mereka duduki.
*************
Flashback of 25 December 2011 ….
“oy !! Kei-chan !!” sebuah suara
lembut mengalun mengiringi dinginnya salju malam itu. garis wajah Kei langsung
membengkok membentuk sebuah senyuman. Ia menghampiri gadis itu.
“kau ini, lama sekali Ruu !! aku
sudah menunggumu 20 menit di sini!!”
“ah gomen ne, tadi ibu menyuruhku
membantunya sebentar. Ngomong-ngomong, mau kemana kita?”
“sudah, ikut saja”
Kei segera berjalan di depan gadis
itu. gadis yang dulu tingkahnya seperti seorang lelaki dan saat ini memakai
dress berbalut mantel berbulu cantik berwarna pink dengan aksen hiasan broken white. 10 menit mereka berjalan
dan sampai di sebuah taman sepi. Gadis
itu masih heran kenapa Kei membawanya kesini.
“Ruu, apa kau ingat tempat ini?”
“iie”
“hhh, kau ini. pikun sekali. Ayo
sini!!”
Kei menarik tangan mungilnya dan
menuju ke sebuah pohon. Dia mengeruk sebagian salju yang menutupi tanah pohon
itu kemudian melanjutkan mengeruk tanahnya. Ruu seketika ingat tentang pohon
itu. Kei mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tanah dan memberikannya pada Ruu,
sekali lagi tersenyum dan membukanya.
“ini ….” Ruu berkata dalam diam.
Kei tersenyum
“kau ingat kan? sewaktu kita masuk
SMP dan ibumu bilang kalian akan pindah ke Hokkaido. Kita sempat menangis
berdua malam itu karena tak mau dipisahkan”
“un, lalu …”
“dan ternyata kau tidak jadi pindah
lalu kita malah masuk ke SMP yang sama kan? hahaha. Padahal kau sudah merengek
menangis kencang malam itu”
“kau ini, kenapa senang sekali membuatku malu??”
pipi Ruu memerah hangat.
“hahaha..”
Ruu lalu membuka kotak itu. tampak
sebuah kawat berwarna biru yang dibentuk menjadi dua buah cincin mungil. Kei
mengambil satu dari dua buah cincin itu, merenggangkan bentuk kawatnya dan memakaikannya
pada Ruu.
“Ruu… aku … aku mencintaimu, kaulah
satu-satunya wanita yang mengisi seluruh hidupku selama ini”
Wajah Ruu memerah, ia masih
mengulurkan tangannya, membiarkan Kei memakaikan cincin yang kekanak-kanakan
itu dan memandangnya.
“ku mohon, jadilah milikku
selamanya..” Kei meneruskan kalimatnya.
Ruu mengangguk malu, pertanda ia
menerimanya.
“kau … aku juga mencintaimu Kei..”
Dengan cepat Kei memeluk Ruu,
merasa benar-benar bahagia malam itu. malam natal dingin namun sangat terasa
hangat untuknya. Dan kemudian mencium
bibir merah gadis cantik itu.
“arigatou, Ruu-chan”
*********
present …
“ya, aku ingat. Di tempat ini, kita
memulai semuanya. Semua cerita kita kan?” Ruu masih melayang ke dalam kenangan
indahnya itu.
Kei tak memandangi wajahnya. Ia
tertunduk dan diam, tidak merespon apa yang Ruu katakan.
“Ruu, gomen ne. sepertinya kita
harus sampai disini. Aku sudah tak bisa lagi denganmu …”
Ruu diam membeku, bibirnya sedikit
gemetar, airmatanya mulai menetes.
“Kei, ada apa? kau … sedang bercanda
kan?”
“tidak Ruu, aku … sudah ada wanita
yang aku sayangi. Dan aku ingin segera menikahinya. Akhir bulan ini kami akan menikah, dan
sekarang dia sedang mengandung anakku”
Pak ~
Sebuah tamparan keras melandas di
pipi Kei. Ia hanya diam dan tak membalas sepatah katapun dari Ruu.
“JIKA ITU YANG KAU MAU…”air mata
Ruu menetes namun ia berusaha menutupinya. “SEILAHKAN LANJUTKAN HIDUPMU, DAN
SEMOGA KAU BAHAGIA”
Ruu pergi meninggalkan Kei sendiri,
dalam dinginnya salju di malam natal itu. malam natal yang seharusnya mereka
dua rayakan dengan cinta dan kebahagiaan.
“Kei, kau tega sekali …”
******
Keesokan harinya, Ruu melakukan
rutinitasnya. Pergi ke universitas untuk menyusun tugas akhirnya sebagai
mahasiswa. Ia berusaha untuk meupakan apa yang terjadi semalam. Ruu tak mau
kekejaman Kei terus menerus membayangi hidupnya. Ia memutuskan untuk pergi
memuaskan hasrat belanjanya dengan teman-temannya hari itu setelah kuliah.
“lho, Ruu. Bukannya itu Inoo?”
tunjuk salah seorang teman wanitanya ketika mereka duduk di kafe untuk meminum
segelas kopi.
Ruu menoleh pada arah yang ditunjuk
temannya itu, melihat Kei baru saja keluar dengan ibunya dari sebuah klinik
kemoterapi di seberang kafe. Wajah Inoo terlihat pucat dan wajah ibunya sangat
sedih. Ruu mengangkat satu alisnya dan tak sadar mengambil sebuah langkah kaki
menghampiri mereka.
“Kei …” Ruu tak tahan dan segera
memanggilnya. Pandangannya tertuju pada sebuah amplop bertuliskan nama tempat
kemoterapi itu yang dipegang oleh Kei. Jantung Ruu berdetak kencang tak jelas
penyebabnya.
“Ruu ..” Kei tak menyangka Ruu akan
menemukannya saat itu. ia berusaha menutupi amplop coklat itu.
“selamat siang Ruu-chan” ibu Kei
membungkuk memberi salam padanya. Ruu membalasnya, kemudian menghadap muka pada
Kei.
“Kei, itu …. Itu amplop apa??”
suara Ruu sedikit gemetar, sangat takut dengan jawaban yang akan dikeluarkan
oleh Kei.
“Itu adalah hasil …”
“IBU !! “ Kei langsung membentak
memotong kalimat ibunya. “sudahlah, itu bukan urusanmu”
Kei segera pergi melalui Ruu dengan
wajah marah. Ibunya terus memandangi Ruu dengan wajah sedih. dan sepertinya Ruu
tahu apa isi amplop itu.
*******
Sepulang dari tempat itu Ruu
membuang semua belanjaannya ke tempat tidur, merebahkan tubuhnya dan memeluk guling
kesayangannya. Masih berfikir tentang kejadian tadi siang.
Ah
…. Sudahlah Ruu … itu bukan urusanmu !! dia sudah bukan milikmu lagi !!
lagipula dia akan segera menikah dan mempunyai anak !!
“Ruu, ada telepon dari ibunya Kei…”
ibu Ruu berteriak.
Ruu segera bergegas mengangkat
telepon itu, rasa ingin tahu yang mendorongnya sangat kuat.
“mosh mosh, Ruu desu.”
“Ruu-chan …” suara ibu Kei
terdengar seperti ingin menangis.
“bibi? Ada apa?”
“Ruu, Kei … saat ini dia sedang ada
di rumah sakit…”
“rumah sakit?”
“ya, maaf jika bibi
menyembunyikannya selama ini darimu. Kei, sudah 2 bulan yang lalu dokter
memvonis dia terkena kanker otak dan dia bilang umur Kei …”
“bohong .., bibi… bibi bohong kan?
Kei … dia bilang ada wanita yang sedang mengandung anaknya dan dia akan
menikahinya …”
“tidak Ruu, itu hanya karangannya
saja, dia mencintaimu dan sangat setia padamu. dia bilang, dia tak ingin
membuatmu menangis di hari kematiannya. Lebih baik kau membencinya daripada kau
menangis di depan nisannya”
Air mata Ruu jatuh, ia terdiam tak
tahu harus bicara apa. Ruu segera menutup telepon dan pergi ke rumah sakit yang
ibu Kei beritahu. Secepat mungkin Ruu pergi ke kamar Kei. Kei kaget mendapati
Ruu ada di depan pintu kamarnya. Ruu memasang wajah marah, menghampirinya dan
menampar wajah Kei.
“DASAR BODOH !!! BODOH !!! BODOH!!...” Ruu menangis lagi. Ia segera
memeluk Kei dan tak mau memperlihatkan wajah sedihnya. “kenapa kau berbohong?
Kau tahu kan aku ini berbakat menjadi detektif??”
“kau yang bodoh, aku tahu, pasti
ibu yang member tahumu semuanya kan?” Kei tertawa kecil.
“Kei, kenapa..”
“aku tak ingin membuatmu bersedih.
Ruu, kau gadis cantik, pintar, dan baik. Kau tak pantas jika harus berada di
sisiku yang sebentar lagi … akan pergi ini ..”
“BODOH !!” Ruu membentak, tangisnya
akhirnya pecah di hadapan Kei “Kau … kau pikir untuk apa selama ini aku ada di
dekatmu? Kau pikir aku ini gadis murahan yang setelah putus langsung bisa
berpacaran lagi dengan lelaki lain? Aku … aku mencintaimu, masih sangat
mencintaimu … lagipula, penyakitmu itu belum parah kan? masih banyak jalan
untuk kau sembuh”
Kei menghapus airmata Ruu. Dia
tersenyum
“dengar Ruu, penyakitku ini sudah
parah. Mungkin Tuhan sudah sangat rindu padaku. Dan aku sangat beruntung pernah memilikimu”
“KEI!! Kau pasti sembuh, kau harus
kuat, hiduplah demi ibumu, hiduplah demi aku, hiduplah demi orang-orang yang
kau sayangi. Jika manusia mempunyai sebuah keinginan kuat, pasti Tuhan akan
memberikan banyak jalan untuknya.”
Ruu memeluk Kei, berusaha
menguatkan dirinya. Kei sudah terlihat sangat pasrah dengan apa yang terjadi
padanya.
“Kei, aku mencintaimu…. Teruslah
hidup demi aku”
***********
“selamat pagi Kei. Otanjoubi
omedetou …”
ibu dan adik Kei datang membawa
beberapa kado. Sudah enam bulan dia di rawat di rumah sakit dan hari ini adalah
hari ulangtahunnya. Dan sudah enam bulan juga Ruu setiap sore datang membawa
bekal makanan untuknya, terus menyamangati Kei terapi dan berharap penyakitnya
hilang sedikit demi sedikit.
“ah …. Terimakasih semuanya… wah,
kalian bawa banyak sekali kado.”
“iya, ini untuk nii-chan.” adik perempuannya itu
memberikan sebuah kotak keemasan berpita merah. Wajah Kei yang pucat mencium
adik kecilnya itu.
“ibu, dimana Ruu?”
“nanti sore dia ilang ingin kesini.
Sepertinya dia masih menyiapkan kado untukmu. Hihi”
“waaah, nii-chan pasti senang yaaa. Hahaha”
“kau ini, senang sekali mengejek
kakakmu” ibunya tersenyum saat melihat senyum kedua anaknya, sambil berdoa
dalam hatinya kebahagiaan ini akan terus berlanjut.
“ibu, aku mau beli makanan dulu
untuk dimakan bersama dengan Ruu-nee”
Kei memasang wajah muramnya lagi
setelah adiknya pergi.
“Kei, ada apa?”
“ibu, apa… aku … akan terus hidup?”
“Kei…”
“pada awalnya, aku pasrah jika
memang Tuhan ingin mengambil diriku. Tuhan sudah sangat baik padaku, memberikan
hal-hal yang lebih padaku. Tetapi … akhir-akhir ini aku terus berfikir. Apa
jika aku pergi, setelah aku mati, aku masih bisa merasakan hal-hal yang indah
ini?”
“ssst, Kei, kau tak boleh berbicara
seperti itu” Ibuu Kei berusaha untuk tidak menangis dan menguatkan anaknya.
“Tuhan itu sangat adil, benar-benar sangat adil”
“ah, sudahlah. Maaf ya bu, aku
membuat ibu bersedih” Kei kembali tersenyum, melegakan hati ibunya yang sangat
ia cintai.
TTTRRRR~
Ponsel ibu Kei berbunyi, ia
langsung mengangkatnya dan memasang kode pada Kei memberitahu bahwa telepon itu
dari rumah Ruu. Kei memasang wajah antusiasnya di hari ulang tahunnya yang ke
23 ini.
“mosh mosh, Inoo disini” ibunya menjawab dengan ramah. “oh, ibu Ruu,
ada apa?” Ibu Kei terdiam, menutup mulutnya dan menangis. Menjatuhkan poselnya.
“ibu? Ada apa ibu?”
Kei segera mengambil ponsel itu dan
berbicara.
“halo, Sawada-san. Ada apa?”
“Kei… Ruu… Ruu… kecelakaan dan ..
dia… dia sudah pergi….”
Kei tak percaya, ia segera
mengambil tiang infusnya dan pergi tanpa menutup teleponnya. sesampainya di
lobby rumah sakit terdengar suara keramaian. Sebuah ambulance dan mobil polisi
terparkir di depan rumah sakit. tempat tidur portable dikeluarkan dari
ambulance dan terlihat sebuah tubuh yang ditutupi kain putih hendak dimasukkan
ke ruang autopsy. Kei semakin ingin tahu namun takut. Ibu Ruu tak sengaja
melihat Kei, menghampirinya kemudian menangis kencang.
“Kei… Ruu .. Ruu tewas seketika…
dia…”
“tidak .. bibi, bibi bohong kan?”
“Kei, hari ini, dia sangat
terburu-buru ingin memberikan kado ulangtahunmu, dia tertabrak sebuah truk di
blok depan. Orang-orang yang membawanya ke rumah sakit ini bilang, Ruu sudah
tak tertolong … dia …”
Tubuh Kei terjatuh, begitu juga
dengan airmatanya. Dia tak percaya dan berlari ke ruang autopsy menembus
penjagaan rumah sakit. dibukanya kain putih yang menutupi tubuh itu dan melihat
wajah Ruu berlumuran darah. Kei menangis, memeluk tubuh yang sudah tak bernyawa
itu. beberapa orang berusaha menarik Kei keluar namun ia memberontak. Ibu Ruu
terus menangis melihat kejadian itu dan akhirnya pingsan. Ibu Kei segera datang
ke ruangan itu, bediri di belakang anaknya. Seorang polisi datang menhampiri
Kei yang masih memeluk paksa jenazah Ruu.
“permisi, apa anda kenalannya? Nona
ini, ketika di ambang kematian dia memberikan ini pada saya dan dengan kalimat
terakhirnya meminta saya memberikan ini pada seseorang bernama Inoo Kei”
“ya, saya Inoo Kei” inoo menjawab
dalam tangisannya.
Polisi itu memberikan sebuah kotak
kecil. Kei membukanya. Ia melihat dua buah cincin biru yang ditanam di dalam
pohon dengan sebuah surat kecil.
Kei, selamat ulangtahun
Teruslah hidup demi orang-orang
yang menyayangimu.
Jika kau berani menangis lagi di
hadapanku, akan kuhajar kau
Kei menghapus airmatanya perlahan,
terdiam, mencium pipi dan bibir jenazah Ruu kemudian berbisik “Ruu,
terimakasih. Aku sangat mencintaimu” lalu berdiri dan berbalik menghadap ibunya
“ibu, tolong persiapkan jadwal
kemoterapi ku minggu ini. aku …. Ingin terus hidup …”
The End
No comments:
Post a Comment