NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Wednesday, July 3, 2013

BLUE

Title:                      Blue
Cast :                     Kei Inoo
                                Ruu Sawada
Categories:         Oneshoot

Rate :                    PG 15
Genre :                                 angst
Synopsis :
                “semua orang pasti punya cerita kehidupannya.  Hidup bahagia atau tidak, bukankah itu tergantung dari sisi pandang kita sebagai pemerannya…”
************


25 December 2012 …
                
         Malam ini turun salju, salju di malam natal menghiasi sekeliling Kei yang sedang menunggu seorang wanita, seorang wanita yang sudah lama ada di sampingnya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Wanita yang sejak kecil sangat tak suka memakai rok dan senang bermain lumpur dengannya. Satu-satunya wanita yang bisa membuatnya menangis di masa kecil karena memukul wajahnya. Wanita yang selalu satu sekolah dengannya hingga ia berumur 22 Tahun saat ini.
“Kei, ada apa memanggilku kemari??” Ruu mendekati kekasihnya itu.  mengajaknya untuk mengobrol duduk di bangku taman.
“Ruu, apa kau ingat? Tepat setahun lalu. Di sini… kita ..”
“ya, tentu saja Kei … aku ingat ..” Ruu tersenyum dan menggenggam tangan Kei. Berusaha mengingat banyak kenangan indah di tempat yang saat ini mereka duduki.

*************


Flashback of 25 December 2011 ….
“oy !! Kei-chan !!” sebuah suara lembut mengalun mengiringi dinginnya salju malam itu. garis wajah Kei langsung membengkok membentuk sebuah senyuman. Ia menghampiri gadis itu.
“kau ini, lama sekali Ruu !! aku sudah menunggumu 20 menit di sini!!”
“ah gomen ne, tadi ibu menyuruhku membantunya sebentar. Ngomong-ngomong, mau kemana kita?”
“sudah, ikut saja”
Kei segera berjalan di depan gadis itu. gadis yang dulu tingkahnya seperti seorang lelaki dan saat ini memakai dress berbalut mantel berbulu cantik berwarna pink dengan aksen hiasan broken white. 10 menit mereka berjalan dan sampai di sebuah taman sepi.  Gadis itu masih heran kenapa Kei membawanya kesini.
“Ruu, apa kau ingat tempat ini?”
“iie”
“hhh, kau ini. pikun sekali. Ayo sini!!”
Kei menarik tangan mungilnya dan menuju ke sebuah pohon. Dia mengeruk sebagian salju yang menutupi tanah pohon itu kemudian melanjutkan mengeruk tanahnya. Ruu seketika ingat tentang pohon itu. Kei mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tanah dan memberikannya pada Ruu, sekali lagi tersenyum dan membukanya.
“ini ….” Ruu berkata dalam diam. Kei tersenyum
“kau ingat kan? sewaktu kita masuk SMP dan ibumu bilang kalian akan pindah ke Hokkaido. Kita sempat menangis berdua malam itu karena tak mau dipisahkan”
“un, lalu …”
“dan ternyata kau tidak jadi pindah lalu kita malah masuk ke SMP yang sama kan? hahaha. Padahal kau sudah merengek menangis kencang malam itu”
“kau  ini, kenapa senang sekali membuatku malu??” pipi Ruu memerah hangat.
“hahaha..”
Ruu lalu membuka kotak itu. tampak sebuah kawat berwarna biru yang dibentuk menjadi dua buah cincin mungil. Kei mengambil satu dari dua buah cincin itu, merenggangkan bentuk kawatnya dan memakaikannya pada Ruu.
“Ruu… aku … aku mencintaimu, kaulah satu-satunya wanita yang mengisi seluruh hidupku selama ini”
Wajah Ruu memerah, ia masih mengulurkan tangannya, membiarkan Kei memakaikan cincin yang kekanak-kanakan itu dan memandangnya.
“ku mohon, jadilah milikku selamanya..” Kei meneruskan kalimatnya.
Ruu mengangguk malu, pertanda ia menerimanya.
“kau … aku juga mencintaimu Kei..”
Dengan cepat Kei memeluk Ruu, merasa benar-benar bahagia malam itu. malam natal dingin namun sangat terasa hangat untuknya.  Dan kemudian mencium bibir merah gadis cantik itu.
arigatou, Ruu-chan”

*********
present …
“ya, aku ingat. Di tempat ini, kita memulai semuanya. Semua cerita kita kan?” Ruu masih melayang ke dalam kenangan indahnya itu.
Kei tak memandangi wajahnya. Ia tertunduk dan diam, tidak merespon apa yang Ruu katakan.
“Ruu, gomen ne. sepertinya kita harus sampai disini. Aku sudah tak bisa lagi denganmu …”
Ruu diam membeku, bibirnya sedikit gemetar, airmatanya mulai menetes.
“Kei, ada apa? kau … sedang bercanda kan?”
“tidak Ruu, aku … sudah ada wanita yang aku sayangi. Dan aku ingin segera menikahinya.  Akhir bulan ini kami akan menikah, dan sekarang dia sedang mengandung anakku”

Pak ~

Sebuah tamparan keras melandas di pipi Kei. Ia hanya diam dan tak membalas sepatah katapun dari Ruu.
“JIKA ITU YANG KAU MAU…”air mata Ruu menetes namun ia berusaha menutupinya. “SEILAHKAN LANJUTKAN HIDUPMU, DAN SEMOGA KAU BAHAGIA”
Ruu pergi meninggalkan Kei sendiri, dalam dinginnya salju di malam natal itu. malam natal yang seharusnya mereka dua rayakan dengan cinta dan kebahagiaan.
“Kei, kau tega sekali …”
******
Keesokan harinya, Ruu melakukan rutinitasnya. Pergi ke universitas untuk menyusun tugas akhirnya sebagai mahasiswa. Ia berusaha untuk meupakan apa yang terjadi semalam. Ruu tak mau kekejaman Kei terus menerus membayangi hidupnya. Ia memutuskan untuk pergi memuaskan hasrat belanjanya dengan teman-temannya hari itu setelah kuliah.
“lho, Ruu. Bukannya itu Inoo?” tunjuk salah seorang teman wanitanya ketika mereka duduk di kafe untuk meminum segelas kopi.
Ruu menoleh pada arah yang ditunjuk temannya itu, melihat Kei baru saja keluar dengan ibunya dari sebuah klinik kemoterapi di seberang kafe. Wajah Inoo terlihat pucat dan wajah ibunya sangat sedih. Ruu mengangkat satu alisnya dan tak sadar mengambil sebuah langkah kaki menghampiri mereka.
“Kei …” Ruu tak tahan dan segera memanggilnya. Pandangannya tertuju pada sebuah amplop bertuliskan nama tempat kemoterapi itu yang dipegang oleh Kei. Jantung Ruu berdetak kencang tak jelas penyebabnya.
“Ruu ..” Kei tak menyangka Ruu akan menemukannya saat itu. ia berusaha menutupi amplop coklat itu.
“selamat siang Ruu-chan” ibu Kei membungkuk memberi salam padanya. Ruu membalasnya, kemudian menghadap muka pada Kei.
“Kei, itu …. Itu amplop apa??” suara Ruu sedikit gemetar, sangat takut dengan jawaban yang akan dikeluarkan oleh Kei.
“Itu adalah hasil …”
“IBU !! “ Kei langsung membentak memotong kalimat ibunya. “sudahlah, itu bukan urusanmu”
Kei segera pergi melalui Ruu dengan wajah marah. Ibunya terus memandangi Ruu dengan wajah sedih. dan sepertinya Ruu tahu apa isi amplop itu.
*******
Sepulang dari tempat itu Ruu membuang semua belanjaannya ke tempat tidur, merebahkan tubuhnya dan memeluk guling kesayangannya. Masih berfikir tentang kejadian tadi siang.
Ah …. Sudahlah Ruu … itu bukan urusanmu !! dia sudah bukan milikmu lagi !! lagipula dia akan segera menikah dan mempunyai anak !!
“Ruu, ada telepon dari ibunya Kei…” ibu Ruu berteriak.
Ruu segera bergegas mengangkat telepon itu, rasa ingin tahu yang mendorongnya sangat kuat.
mosh mosh, Ruu desu.”
“Ruu-chan …” suara ibu Kei terdengar seperti ingin menangis.
“bibi? Ada apa?”
“Ruu, Kei … saat ini dia sedang ada di rumah sakit…”
“rumah sakit?”
“ya, maaf jika bibi menyembunyikannya selama ini darimu. Kei, sudah 2 bulan yang lalu dokter memvonis dia terkena kanker otak dan dia bilang umur Kei …”
“bohong .., bibi… bibi bohong kan? Kei … dia bilang ada wanita yang sedang mengandung anaknya dan dia akan menikahinya …”
“tidak Ruu, itu hanya karangannya saja, dia mencintaimu dan sangat setia padamu. dia bilang, dia tak ingin membuatmu menangis di hari kematiannya. Lebih baik kau membencinya daripada kau menangis di depan nisannya”
Air mata Ruu jatuh, ia terdiam tak tahu harus bicara apa. Ruu segera menutup telepon dan pergi ke rumah sakit yang ibu Kei beritahu. Secepat mungkin Ruu pergi ke kamar Kei. Kei kaget mendapati Ruu ada di depan pintu kamarnya. Ruu memasang wajah marah, menghampirinya dan menampar wajah Kei.
“DASAR BODOH !!! BODOH !!!  BODOH!!...” Ruu menangis lagi. Ia segera memeluk Kei dan tak mau memperlihatkan wajah sedihnya. “kenapa kau berbohong? Kau tahu kan aku ini berbakat menjadi detektif??”
“kau yang bodoh, aku tahu, pasti ibu yang member tahumu semuanya kan?” Kei tertawa kecil.
“Kei, kenapa..”
“aku tak ingin membuatmu bersedih. Ruu, kau gadis cantik, pintar, dan baik. Kau tak pantas jika harus berada di sisiku yang sebentar lagi … akan pergi ini ..”
“BODOH !!” Ruu membentak, tangisnya akhirnya pecah di hadapan Kei “Kau … kau pikir untuk apa selama ini aku ada di dekatmu? Kau pikir aku ini gadis murahan yang setelah putus langsung bisa berpacaran lagi dengan lelaki lain? Aku … aku mencintaimu, masih sangat mencintaimu … lagipula, penyakitmu itu belum parah kan? masih banyak jalan untuk kau sembuh”
Kei menghapus airmata Ruu. Dia tersenyum
“dengar Ruu, penyakitku ini sudah parah. Mungkin Tuhan sudah sangat rindu padaku. Dan aku sangat beruntung pernah memilikimu”
“KEI!! Kau pasti sembuh, kau harus kuat, hiduplah demi ibumu, hiduplah demi aku, hiduplah demi orang-orang yang kau sayangi. Jika manusia mempunyai sebuah keinginan kuat, pasti Tuhan akan memberikan banyak jalan untuknya.”
Ruu memeluk Kei, berusaha menguatkan dirinya. Kei sudah terlihat sangat pasrah dengan apa yang terjadi padanya.
“Kei, aku mencintaimu…. Teruslah hidup demi aku”
***********
“selamat pagi Kei. Otanjoubi omedetou …”
ibu dan adik Kei datang membawa beberapa kado. Sudah enam bulan dia di rawat di rumah sakit dan hari ini adalah hari ulangtahunnya. Dan sudah enam bulan juga Ruu setiap sore datang membawa bekal makanan untuknya, terus menyamangati Kei terapi dan berharap penyakitnya hilang sedikit demi sedikit.
“ah …. Terimakasih semuanya… wah, kalian bawa banyak sekali kado.”
“iya, ini untuk nii-chan.” adik perempuannya itu memberikan sebuah kotak keemasan berpita merah. Wajah Kei yang pucat mencium adik kecilnya itu.
“ibu, dimana Ruu?”
“nanti sore dia ilang ingin kesini. Sepertinya dia masih menyiapkan kado untukmu. Hihi”
“waaah, nii-chan pasti senang yaaa. Hahaha”
“kau ini, senang sekali mengejek kakakmu” ibunya tersenyum saat melihat senyum kedua anaknya, sambil berdoa dalam hatinya kebahagiaan ini akan terus berlanjut.
“ibu, aku mau beli makanan dulu untuk dimakan bersama dengan Ruu-nee”
Kei memasang wajah muramnya lagi setelah adiknya pergi.
“Kei, ada apa?”
“ibu, apa… aku … akan terus hidup?”
“Kei…”
“pada awalnya, aku pasrah jika memang Tuhan ingin mengambil diriku. Tuhan sudah sangat baik padaku, memberikan hal-hal yang lebih padaku. Tetapi … akhir-akhir ini aku terus berfikir. Apa jika aku pergi, setelah aku mati, aku masih bisa merasakan hal-hal yang indah ini?”
“ssst, Kei, kau tak boleh berbicara seperti itu” Ibuu Kei berusaha untuk tidak menangis dan menguatkan anaknya. “Tuhan itu sangat adil, benar-benar sangat adil”
“ah, sudahlah. Maaf ya bu, aku membuat ibu bersedih” Kei kembali tersenyum, melegakan hati ibunya yang sangat ia cintai.
TTTRRRR~
Ponsel ibu Kei berbunyi, ia langsung mengangkatnya dan memasang kode pada Kei memberitahu bahwa telepon itu dari rumah Ruu. Kei memasang wajah antusiasnya di hari ulang tahunnya yang ke 23 ini.
mosh mosh, Inoo disini” ibunya menjawab dengan ramah. “oh, ibu Ruu, ada apa?” Ibu Kei terdiam, menutup mulutnya dan menangis. Menjatuhkan poselnya.
“ibu? Ada apa ibu?”
Kei segera mengambil ponsel itu dan berbicara.
“halo, Sawada-san. Ada apa?”
“Kei… Ruu… Ruu… kecelakaan dan .. dia… dia sudah pergi….”
Kei tak percaya, ia segera mengambil tiang infusnya dan pergi tanpa menutup teleponnya. sesampainya di lobby rumah sakit terdengar suara keramaian. Sebuah ambulance dan mobil polisi terparkir di depan rumah sakit. tempat tidur portable dikeluarkan dari ambulance dan terlihat sebuah tubuh yang ditutupi kain putih hendak dimasukkan ke ruang autopsy. Kei semakin ingin tahu namun takut. Ibu Ruu tak sengaja melihat Kei, menghampirinya kemudian menangis kencang.
“Kei… Ruu .. Ruu tewas seketika… dia…”
“tidak .. bibi, bibi bohong kan?”
“Kei, hari ini, dia sangat terburu-buru ingin memberikan kado ulangtahunmu, dia tertabrak sebuah truk di blok depan. Orang-orang yang membawanya ke rumah sakit ini bilang, Ruu sudah tak tertolong … dia …”
Tubuh Kei terjatuh, begitu juga dengan airmatanya. Dia tak percaya dan berlari ke ruang autopsy menembus penjagaan rumah sakit. dibukanya kain putih yang menutupi tubuh itu dan melihat wajah Ruu berlumuran darah. Kei menangis, memeluk tubuh yang sudah tak bernyawa itu. beberapa orang berusaha menarik Kei keluar namun ia memberontak. Ibu Ruu terus menangis melihat kejadian itu dan akhirnya pingsan. Ibu Kei segera datang ke ruangan itu, bediri di belakang anaknya. Seorang polisi datang menhampiri Kei yang masih memeluk paksa jenazah Ruu.
“permisi, apa anda kenalannya? Nona ini, ketika di ambang kematian dia memberikan ini pada saya dan dengan kalimat terakhirnya meminta saya memberikan ini pada seseorang bernama Inoo Kei”
“ya, saya Inoo Kei” inoo menjawab dalam tangisannya.
Polisi itu memberikan sebuah kotak kecil. Kei membukanya. Ia melihat dua buah cincin biru yang ditanam di dalam pohon dengan sebuah surat kecil.

Kei, selamat ulangtahun
Teruslah hidup demi orang-orang yang menyayangimu.
Jika kau berani menangis lagi di hadapanku, akan kuhajar kau

Kei menghapus airmatanya perlahan, terdiam, mencium pipi dan bibir jenazah Ruu kemudian berbisik “Ruu, terimakasih. Aku sangat mencintaimu”  lalu berdiri dan berbalik menghadap ibunya


“ibu, tolong persiapkan jadwal kemoterapi ku minggu ini. aku …. Ingin terus hidup …”


The End

No comments:

Post a Comment