Enemi Become Bestfriend
Categories : Oneshoot
Genre :
Friendship, family
Rating : General
Theme
Song :
Tsunagu te to (Hands and Connect)
Author : Eka Darmayanthi
Alamat : Banjar Kuwum, Gang Bangau no 22,
Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung-BALI
Umur :
20 tahun
Alasan
mengikuti lomba : Untuk
merayakan ulangtahun Chinen Yuri yang ke 19 dan menyalurkan hobi dalam bidang
menulis.
Cast :
all Hey! Say! JUMP! Member
1.
Chinen Yuri
2.
Nakajima Yuto
3.
Yamada Ryosuke
4.
Okamoto Keito
5.
Arioka Daiki
6.
Yaotome Hikaru
7.
Inoo Kei
8.
Takaki Yuya
9.
Yabu Kota
Synosis / quote :
Yuto hanya
mendesah pelan. “Aku cuma nggak mau ada yang berpikiran buruk tentang Chinen.
Aku nggak mau nantinya sahabatku direndahkan oleh kalian, geng BEST.” Yamada
hanya tertawa mendengar itu, “Aku nggak akan merendahkan orang hanya karena
itu. Lagipula aku menganggap Chinen dan juga SEVEN adalah rival terbesarku.
Mungkin karena itu juga kita bermusuhan.” Balas Yamada santai..
***
“Kau benar-benar keterlaluan! Jangan
bicara yang bukan-bukan tentang Chinen!” teriak seorang anak laki-laki berumur
16 tahun yang bernama Nakajima Yuto, sambil melayangkan sebuah pukulan keras
pada lawan bicara yang juga seumuran dengannya. Lawan bicaranya yaitu Okamoto
Keito tidak terima karena dirinya dipukul dan dia membalas pukulan Yuto.
Perkelahian pun tidak dapat dihindarkan dan beberapa anak perempuan yang
berdiri di lorong sekolah yang melihat perkelahian itupun tidak dapat berbuat
apa-apa. Kerumunan pun semakin banyak, melibatkan beberapa siswa pria yang juga
melihat, tapi mereka juga tidak bisa bertindak karena perkelahian di depan
mereka ini melibatkan dua orang dari dua geng yang sangat berkuasa di sekolah
mereka, Horikoshi Gakuen.
Tiba-tiba dari dua arah yang
berlawanan, kerumunan itu dipecahkan oleh dua orang anak laki-laki yang
berbeda. “YAMETE!” teriak keduanya
hampir bersamaan, dan seketika itu juga kerumunan siswa yang tadinya berisik
itupun terdiam. Perkelahian antara Yuto dan Keito pun terhenti, dengan Keito
memegang kerah seragam Yuto. Perlahan kerumunan siswa dan siswi sekolah itupun
memberi jalan bagi dua eksistensi yang baru datang setelah mengetahui siapa
mereka. Dua eksistensi itupun berjalan ke tengah-tengah kerumunan, dan mereka
saling berhadap-hadapan, sama-sama melancarkan tatapan sinis ke arah lawan
bicara.
“Yuto, hentikan saja perkelahian
ini. Ada beberapa sensei
yang datang, jangan sampai kau dihukum karena ulah konyol anggota BEST itu.”
Kata eksistensi pertama, yang bernama Chinen Yuri, tanpa mengalihkan pandangan
dari lawan bicaranya yang sudah menatapnya sinis. Lawan bicaranya itu adalah
Yamada Ryosuke. Yuto pun segera melepaskan tangan Keito yang masih memegang
kerah seragamnya dan segera berjalan ke samping Chinen.
“Keito, jangan habiskan waktumu
untuk meladeni perbuatan anggota SEVEN.” Kata Yamada, yang juga tidak
mengalihkan pandangannya dari sosok Chinen Yuri. Keito juga berjalan ke samping
Yamada, sambil mengelap bibirnya yang sedikit berdarah karena pukulan Yuto
tadi. Yamada dan juga Chinen saling melancarkan tatapan sinis mereka untuk yang
terakhir kali, lalu mereka berdua pun meninggalkan kerumunan itu. Sementara itu
para siswi yang melihat adegan itu hanya bisa meleleh karena karisma dari dua
orang cowok yang muncul itu, Chinen Yuri dan Yamada Ryosuke. Perkelahian pun
dapat dihentikan, dan perlahan kerumunan siswa-siswi itu membubarkan diri untuk
melanjutkan waktu istirahat siang mereka.
Begitulah secuil dari sekian banyak
kejadian pertentangan dari dua geng yang berkuasa di Horikoshi Gakuen, yaitu
BEST dan SEVEN. Sebenarnya Horikoshi Gakuen melarang keras jika ada siswanya
yang bermusuhan apalagi sampai berkelahi, tapi anggota dari kedua geng tadi
sangat pintar menyembunyikannya dari para guru jika ada kejadian seperti tadi.
Ditambah lagi karena tidak ada siswa yang melaporkan pada guru jika terjadi
perkelahian antara kedua geng itu, karena semua siswa dan siswi hormat dan juga
respek pada pemimpin kedua geng tersebut, Yamada Ryosuke dan juga Chinen Yuri.
Yamada Ryosuke adalah pemimpin geng
BEST yang terdiri dari 5 orang cowok tampan, pintar dan kaya. Dia bersahabat
karib dengan keempat temannya yaitu Okamoto Keito yang sekelas dengannya di
kelas 1-D, dan juga ketiga senpainya dari kelas 3-D yaitu Daiki Arioka, Inoo
Kei dan Yuya Takaki. Sedangkan Chinen Yuri yang juga berada di kelas 1-D adalah
pemimpin geng Seven yang terdiri dari 4 orang cowok yang juga sama-sama tampan,
pintar dan kaya. Sama juga seperti Yamada, Chinen juga bersahabat dengan ketiga
teman gengnya itu yaitu Nakajima Yuto yang juga di kelas 1-D, Hikaru Yaotome
dan Yabu Kota dari kelas 3-D. Sebenarnya kedua geng ini akan menjadi geng yang
sempurna kalau saja mereka tidak bermusuhan dan disatukan, ditambah lagi mereka
banyak diidolakan oleh siswi-siswi Horikoshi Gakuen dan juga dari siswi sekolah
lain di kota Tokyo, Jepang. Sayangnya hal itu tidak terjadi karena kedua geng
ini bermusuhan sejak masing-masing pemimpinnya menginjak Horikoshi.
Sebenarnya mereka bermusuhan karena
hal yang sepele, karena keadaan yang disebut dengan salah paham. Waktu itu saat
upacara pembukaan ajaran tahun baru, Yamada dan Chinen sama-sama di antar
dengan mobil dan karena mereka menyuruh sang sopir ngebut agar tidak terlambat,
terjadilah tabrakan kecil di depan gerbang Horikoshi. Mobil mereka berdua
saling menabrak, walaupun tidak parah. Yamada dan Chinen pun sempat adu mulut
karena sama-sama mengaku benar, dan ujungnya mereka berdua terlambat juga.
Akhirnya mereka pun dihukum dan karena sama-sama tidak mau mengalah, tidak ada
yang mau meminta maaf dan mereka pun bermusuhan sampai sekarang.
Kepala sekolah dan guru-guru
Horikoshi sebenarnya tahu apa yang terjadi dengan kedua geng itu. Tapi mereka
pura-pura menutup mata, karena tidak dapat dipungkiri Chinen Yuri adalah anak
pemilik sekolah sedangkan Yamada Ryosuke adalah calon penerus Meiji Company
yang paling banyak memberikan sumbangan untuk Horikoshi. Belum lagi prestasi
anggota kedua geng itu yang bisa dibilang sangat bagus. Secara berurutan Chinen
Yuri, Yamada Ryosuke, Yuto Nakajima dan Okamoto Keito menempati peringkat 4
besar saat ujian masuk yang ditempatkan dalam satu kelas di 1-D. Sedangkan
secara berurutan Inoo Kei, Yabu Kota, Hikaru Yaotome, Daiki Arioka dan Takaki
Yuya menempati peringkat 5 besar di seantero siswa kelas 3 di Horikoshi. Tentu
saja dengan asset seperti itu kepala sekolah dan juga guru-guru nggak bisa
mengeluarkan kesembilan cowok itu sembarangan.
Siang ini pun masing-masing anggota
BEST dan SEVEN berada di markas mereka. Maksudnya markas disini ya rumah
pemimpin geng mereka.
Markas
BEST (rumah Yamada)
“Aku nggak habis pikir sama si Yuto
itu. Aku cuma nggak sengaja menyenggolnya dia langsung marah begitu.” Omel Keito
sambil menempelkan es batu di pipinya yang tadi kena pukul. Inoo yang lagi
asyik baca buku cuma menoleh sekilas lalu melanjutkan bacaannya yang super
tebal itu. Sedangkan Yuya dan Daiki yang lagi asyik main PS tidak
menghiraukannya. “Aku nggak ngerti, apa hebatnya si Chinen sampai Yuto rela
membelanya mati-matian begitu.” Tambah Keito lagi. Yamada yang baru saja
mengambil jus kaleng dari kulkas di kamarnya, melemparkan jus itu pada Keito
yang refleks menangkapnya. “Tenangkan dirimu, cuma buang-buang waktu berurusan
dengan mereka.” kata Yamada kalem. Inoo yang sudah selesai membaca buku, iseng
memukul kepala Yamada. “Aaahh, iittaaii!”
seru Yamada sambil memegang kepalanya, dan langsung menoleh menatap Inoo.
“Inoo-chan kenapa sih? Kenapa kepalaku dipukul?”
“Dasar Yama-chan baka. Kau menyuruh Keito tenangkan diri,
sementara kau sendiri masih bersaing dan berantem sama Chinen.” Kata Inoo
datar. Yamada yang nggak terima pun protes, “Kau juga Inoo-chan. Kau sendiri
bersaing dengan Yabu senpai dalam hal akademik kan!”
“Itu masih lebih baik, Daiki juga
masih sering berkelahi sama Hikaru!” kata Inoo, membawa-bawa Daiki. Daiki yang
asyik main PS pun menoleh karena namanya disebut, “Kenapa namaku juga
dibawa-bawa? Kita semua kan memang sering berkelahi sama SEVEN.” Protes Daiki.
Yuya yang kesal karena Daiki melupakan permainannya pun menengahi mereka,
“Sudah-sudah. Jangan lanjutkan lagi! Semua sama-sama bermusuhan dengan SEVEN.
Nggak perlu di tekankan lagi dong.” Katanya. Yuya sebenarnya lelah juga kalau
harus berdebat lagi sampai disini. Keempat temannya pun diam. Walaupun Yamada
adalah pemimpin di sana, tapi kalau menyangkut kedewasaan berpikir, Yuyalah
yang paling dewasa di antara mereka. Mereka pun akhirnya diam dan melanjutkan
aktifitas masing-masing.
Sementara
itu di markas SEVEN (rumah Chinen)
“Chii, tolong bantu aku menempelkan
plester ini dong.” Kata Yuto. Chinen pun membantu sahabatnya itu menempelkan
plester di mukanya yang tadi dipukul oleh Keito. Setelah selesai, Chinen lalu
menekan intercom di kamarnya dan menyuruh pembantunya untuk membawakan 4
minuman ke kamar. Dilihatnya dua sahabatnya yang lain, Yabu dan Hikaru sedang
asyik memainkan gitar mereka mencoba nada-nada baru. Yabu dan Hikaru memang
senang menciptakan lagu yang diiringi oleh permainan gitar mereka sendiri.
“Sebenarnya aku malas berurusan
dengan anggota BEST itu. Tapi kenapa mereka selalu cari gara-gara dengan kita?”
keluh Chinen. “Aku ingin kita pindah kelas, supaya nggak sekelas dengan Yamada
dan Keito itu.” Tambahnya lagi. Hikaru yang mendengar itupun mendongak, “Aku
setuju sekali dengan usulmu itu Chii. Aku kadang kesal sekali harus sekelas
dengan Inoo yang sok pintar, dan Yuya dan Daiki yang sok cakep itu.” Kata
Hikaru. Chinen pun tertawa mendengar Hikaru mengatakan ejekan tentang Inoo,
Yuya dan Daiki. Tiba-tiba pintu kamar Chinen diketuk, dan pembantunya pun
masuk.
“Tuan muda, tadi ada pesan dari
orangtua anda. Mereka mengatakan akhir minggu ini belum bisa pulang karena
urusan mendadak di Australia. Lalu Nona muda juga berpesan tidak bisa pulang
karena dirumah sakitnya sedang banyak pasien.” Kata pria yang berumur separuh
baya itu. Chinen pun hanya mengangguk, lalu menyuruhnya keluar kamar. Cowok
kawaii ini pun hanya mendesah pelan. “Selalu saja seperti itu.” Gumamnya. Yabu
yang melihat itupun hanya terdiam sebentar, sementara yang lainnya hanya saling
pandang.
Tiba-tiba Hikaru berseru, “YOSSHH,
kalau begitu, akhir minggu ini kita menginap di rumah Chii. Bagaimana minna? Kalian setuju?”
Yang lain pun mengangguk dan
menyetujui usulan itu. Chinen hanya tersenyum melihat teman-temannya. “Arigato, minna.” Katanya.
***
KRIIINGG, bel jam istirahat pertama
pun berbunyi. Semua penghuni di kelas 1-D pun membereskan buku mereka, dan
bersiap untuk ke kantin. Sebelum semuanya pergi, Nakamura sensei memberikan
pengumuman. “Untuk Nakajima-kun, Yamada-kun, Chinen-kun dan juga Keito-kun
tolong temui kepala sekolah ya. Ada yang ingin dibicarakannya dengan kalian.”
Lalu keempat orang tadi pun segera menuju ruang kepala sekolah dalam diam.
Sampai di depan pintu, Chinen mengetuk pintu dan terdengar jawaban menyuruh
mereka masuk. Ternyata di dalam sudah ada senpai mereka, yaitu Yabu, Yuya,
Inoo, Hikaru dan juga Daiki. Tiba-tiba Chinen merasakan firasat tak enak karena
mereka dikumpulkan begini.
“Bagus, semuanya sudah lengkap
berkumpul. Kalian sengaja saya kumpulkan karena kalian akan bekerja dalam satu
tim mewakili sekolah untuk olimpiade akademik.” Kata kepsek mereka. Kesembilan
pemuda yang ada di depannya itupun kontan terkejut. Bayangkan saja, dua geng yang
selama ini musuhan sekarang harus kerjasama?
“Muri!
Itu nggak mungkin kan pak? Kenapa kami harus dijadikan satu tim? Kenapa nggak
dipisah saja?” protes Hikaru. Lelaki tua di depan mereka yang bernama Johny
Kitagawa itu hanya tersenyum penuh arti. “Jelas kalian harus satu tim, karena
kemampuan kalian jika digabung akan membuat sekolah kita menang. Dan tidak ada
penolakan, kalau ada yang menolak aku akan memanggil dan bicara dengan orangtua
kalian.” Katanya tegas dan jelas, membuat Sembilan cowok itu diam dan nggak
bisa membantah.
“Oh iya, kalian bisa mulai latihan
mulai besok dan kalian diijinkan menggunakan semua fasilitas sekolah untuk
belajar. Sekarang kalian bisa kembali ke kelas” Tambah kepala sekolah
mereka. kesembilan pemuda itupun berjalan
lesu dan kembali ke kelas masing-masing.
Saat ini anggota geng BEST dan SEVEN
berkumpul di perpustakaan. Mereka masih diam, belum ada yang berbicara, sampai
akhirnya Yabu memulai pembicaraan. “Untuk sementara sampai lomba ini selesai,
kita kesampingkan dulu permusuhan kita, karena saat ini kita membawa nama baik
Horikoshi.” Katanya tegas. Chinen dan Yamada hendak protes, tapi tiba-tiba Inoo
menyetujui, “Yabu-kun benar. Permusuhan ditangguhkan untuk sementara.” Selain
Yamada dan Chinen, Yabu dan Inoo juga berpengaruh di antara kedua geng itu.
“Dan aku rasa kita juga harus belajar saat dirumah agar lebih intensif. Kalian
mau belajar dirumah siapa?” tambah Inoo
mengusulkan.
“Di rumah Chinen saja. Disana lebih
enak dan nyaman,” kata Yuto sambil memandang Chinen. Tapi sekarang Daiki yang
protes, “Kau kira kami mau belajar di markas SEVEN? Rumah Yamada juga tidak
kalah nyamannya seperti rumah Chinen! Dirumah Yamada saja.”
Gantian Hikaru membela Yuto, “Kami
juga nggak mau belajar di markas BEST! Mana mungkin kami belajar di markas
musuh.” Kata Hikaru sambil memasang tampang cemberutnya.
“Di rumah Yamada saja!” seru Keito
“Rumah Chinen!” balas Yuto
“Rumah Yamada!” tambah Yuya dan
Daiki membela Keito
“Rumah Chinen!” seru Hikaru dan Yuto
bersamaan. Mereka masih berdebat sampai petugas perpustakaan datang dan
memarahi mereka. sedangkan Yabu dan Inoo hanya mendesah pelan. “Lebih baik
bergantian saja.” Kata Yabu simple, dan Inoo mengangguk menyetujui. “Usul
Yabu-kun bagus juga. Bergantian saja, dimulai dari rumah Yamada dulu besok jam
5 sore sampai 7 malam. Dan kalian jangan ada yang protes, karena lebih baik
sekarang kita pulang.” Kata Inoo, dan dia membereskan tasnya. Yang lainnya pun
tidak protes dan mengikuti Inoo untuk segera pulang.
Begitulah
akhirnya mereka bersembilan mulai belajar bersama untuk olimpiade itu. Tapi
walaupun namanya belajar bersama, mereka tetap saja masih terlihat bermusuhan.
Siang ini setelah pulang sekolah mereka bersembilan memulai belajar di rumah
Chinen. Akhirnya mereka pun saling menukarkan tugas masing-masing untuk
diperiksa. Chinen memeriksa tugas Yamada. "Yamada, kau ini bodoh atau
bagaimana sih? Rumus yang kau pakai ini salah! Bahkan siswa yang rankingnya
paling rendah di sekolah pun tahu kalau ini salah. Kau ini bodoh sekali"
Protes Chinen keras, yang justru membuat Keito kesal karena sahabatnya
dibegitukan. "Kau kan nggak perlu bicara kasar begitu, tinggal bilang saja
baik-baik!" Ucap Keito, sudah bangun dari kursinya ingin membela Yamada,
tapi dia ditahan oleh Yamada. "Sudahlah Keito, jangan cepat emosi. Aku
memang salah karena nggak memperhatikan soal." Ucap Yamada sambil
tersenyum manis. Keito protes, "Tapi, Yama-chan.." Dan Yamada hanya
melemparkan senyum agar Keito nggak kesal lagi. Akhirnya anak itupun duduk,
tapi dia masih memandang Chinen sinis. Yang lainnya pun hanya melihat saja
kejadian itu, dan melanjutkan belajar mereka.
***
Yamada sedang
berjalan menuju rumahnya, hari ini dia tidak dijemput sopir seperti biasa
karena pulang agak terlambat dan dia nggak mau menyusahkan sopirnya. Dia terus
berjalan menuju halte bus, dan dia melihat Yuto yang ingin menyebrang jalan.
Saat Yuto mau menyebrang, tiba-tiba ada motor ngebut dan sepertinya nggak
melihat ada yang menyebrang. Yamada yang melihat itu kontan berlari dan menarik
Yuto agar tidak ditabrak motor tadi,
BRUKK! Tubuh
Yamada dan Yuto pun menghempas pinggir jalan. “Aaahh, ittaiii..” keluh Yuto,
sambil berusaha bangun. Yamada pun membantu Yuto untuk berdiri. “Yuto-kun, daijobu ka?” tanya Yamada. Yuto pun
mendongak dan baru sadar kalau yang menolongnya adalah Yamada, “Aaah
Yama-chan..Arigatou” kata Yuto canggung, lalu dia tersadar kalau tangan Yamada
mengeluarkan darah. “Yama-chan, kau terluka.” Kata Yuto, lalu dia memberikan
sapu tangannya pada anak yang telah menolongnya itu. Yamada menerima sapu
tangan itu dan mengelap lukanya, “Ini hanya luka kecil saja. lebih baik kau
berhati-hati Yuto. Aku duluan ya! Mata
ashita!” kata Yamada, tapi Yuto mencegahnya, membuat yamada bingung. Yuto
terlihat bingung dan ragu mau mengatakan sesuatu, tapi akhirnya dia bicara
juga, “Kita pulang bareng.” Katanya datar dan agak canggung, dan Yamada hanya
membalasnya dengan senyum dan anggukan. Mereka berdua pun akhirnya berjalan
bersama menuju rumah. Saat sampai di pinggir sungai yang ada di tengah kota,
tiba-tiba Yamada berhenti dan duduk ditanah. Yuto pun mengikuti cowok di
depannya itu. “Gomen Yuto-kun, aku ingin refreshing sebentar di sini. Kalau kau
ingin, duluan saja tidak apa.” Kata Yamada. Tapi Yuto malah duduk disamping
Yamada. Yamada memandangi sungai di depannya sebentar, menutup matanya dan
merasakan semilir angin yang menyentuh rambut coklatnya. Yuto hanya memperhatikan anak yang selama ini
menjadi musuhnya itu. Dalam hati Yuto berpikir kalau anak disampingnya ini tidak
buruk juga, malahan sangat baik karena dia baru saja menyelamatkan Yuto.
“Ne, Yama-chan.
Gomen atas perkataan Chii kemarin.”
Kata Yuto datar, membuat Yamada membuka matanya. “Gomen karena dia sudah berkata kasar padamu.” Lanjut Yuto.
“Hmm..aku tidak
mempermasalahkan itu karena aku juga salah, jadi kau nggak perlu minta maaf
karena itu.” Ucap Yamada, kalem. Yuto hanya mendesah pelan. “Aku cuma nggak mau
ada yang berpikiran buruk tentang Chinen. Aku nggak mau nantinya sahabatku
direndahkan oleh kalian, geng BEST.” Yamada hanya tertawa mendengar itu, “Aku
nggak akan merendahkan orang hanya karena itu. Lagipula aku menganggap Chinen
dan juga SEVEN adalah rival terbesarku. Mungkin karena itu juga kita
bermusuhan.” Balas Yamada santai. Yuto memperhatikan anak di depannya ini, dia
melihat kejujuran di mata Yamada, membuat Yuto tambah ingin bercerita.
“Kau tahu,
Chinen itu anak yang baik. Walaupun dia sering berkata kasar dan arogan tapi
sebenarnya dia punya hati yang lembut. Dia sangat sering membantuku. Dia
melakukan itu karena sebenarnya dia sangat kesepian.” Kata Yuto tiba-tiba.
Yamada melihat Yuto yang sekarang sedang memandang langit, dia tidak
berkomentar sampai Yuto melanjutkan lagi, “Orangtua dan kakak perempuan Chinen
selalu saja sibuk dan tidak punya waktu untuknya. Mereka selalu pergi keluar
kota untuk urusan bisnis. Walaupun dari luar Chinen terlihat sempurna, dengan
wajah yang kawaii dan harta yang melimpah, tapi kami sahabatnya tahu kalau dia
sangat kesepian.” Lalu sepertinya Yuto tersadar kalau dia sudah bercerita
banyak. “aaahh, yabai! Aku sudah
bercerita yang bukan-bukan. Kalau kau sampai menyebarkan ini Yama-chan, kau
habis ditanganku!” katanya, lalu memandang langit lagi.
Yamada hanya
tersenyum mendengar itu, dia sangat mengerti apa yang dikatakan Yuto barusan.
Malahan mungkin Yamada jauh lebih mengerti perasaan Chinen daripada Yuto
sendiri. “Tenang saja Yuto-kun, aku bukan tipe cowok penggosip.” Kata Yamada
sambil tersenyum simpul.
Sementara itu di tempat lain, waktu yang sama..
Keito menaruh
roti dan susunya di depan meja kasir dan merogoh tasnya untuk mengambil dompet.
Tapi dia tidak menemukan dompet kulit hitamnya di tas, padahal biasanya dompet
itu selalu dia bawa kemana-mana, lama dia mencari dia tetap nggak menemukannya
sampai pelayan kasir menatapnya. Lalu dia baru ingat kalau dia mengganti tasnya
tadi pagi, dan lupa mengecek dompetnya. “Anoo..gomen..” kata Keito, berencana untuk nggak jadi belanja, tapi
tiba-tiba dari belakangnya ada seseorang yang menyeruak antrian. “Berapa total
belanjaannya?” tanya seorang cowok, dan Keito mengenali suara ini sebagai suara
Chinen Yuri. Si pelayan pun menyebutkan totalnya dan Chinen membayarnya.
Setelah itu dia mengambil roti dan susu itu, menyerahkannya pada Keito lalu
berjalan keluar supermarket. Keito yang sempat kaget, berusaha mengikuti Chinen
yang berjalan menuju taman. “Tunggu, Chinen-kun. Arigato na. Besok aku akan menggantinya” Kata Keito akhirnya.
“Tidak usah kau
ganti, anggap itu permintaan maaf karena kemarin sudah sedikit mengacaukan
belajar kita.” Kata Chinen datar, lalu dia duduk di kursi taman. Keito pun ikut
duduk disamping Chinen. Dia masih heran karena anak yang selama ini jadi rival
dan musuhnya barusan malah menolongnya. Dilihatnya Chinen mengeluarkan roti dan
susu miliknya, lalu memakannya dalam diam. Dia makan sambil sesekali tersenyum
senang melihat keluarga-keluarga kecil yang bermain di taman itu. “Bahagia
sekali melihat keluarga kecil seperti itu bisa berkumpul dan bercanda bersama.”
Kata Chinen tiba-tiba, membuat Keito ikut memperhatikan mereka. Keito
memperhatikan Chinen lagi, lalu dia berdeham.
“Ne,
Chinen-kun. Kemarin aku kesal bukan karena kau telah mengacaukan acara belajar.
Tapi aku kesal terlebih karena kau berkata kasar pada Yama-chan.” Kata Keito,
membuat Chinen memandangnya. “Kalau kau berkata kasar padaku, atau pada semua
anggota BEST, aku nggak mempermasalahkannya, tapi jangan lakukan itu secara
personal ke Yama-chan. Aku nggak mau orang sebaik Yama-chan diperlakukan
begitu. Aku nggak mau dia sakit hati, karena dia sudah cukup menderita.” Lanjut
Keito.
Chinen bengong
mendengar itu, dan sudah penasaran apa yang dimaksud Keito, tapi Keito nggak
mau melanjutkan lagi. “Apa maksudmu, Keito?” tanya Chinen. Tapi Keito hanya
menggeleng, “Aku nggak akan cerita lebih lanjut. Karena kau adalah rival dan
musuh BEST. Nanti kau malah menyebarkan gosip yang tidak-tidak lagi.”
“Baiklah kalau
kau memang nggak mau cerita. Tapi kau perlu tahu satu hal, aku bukanlah tipe
orang yang menggunakan kelemahan seseorang untuk menjatuhkannya. Itu adalah
cara yang sangat nggak terhormat.” Ucap Chinen, lalu memandangi orang yang lalu
lalang disekitar sana. Keito memikirkan perkataan Chinen barusan, dan
memperhatikan anak itu lagi. Mungkin kata-kata Chinen bisa dipegang, apalagi
selama ini dia memang nggak pernah menggunakan cara curang untuk menjatuhkan
BEST, dan Keito memang nggak ingin Chinen menganggap Yamada sebagai seorang
rendahan, karena Keito begitu menyayangi sahabatnya itu.
“Yamada..” kata
Keito tiba-tiba, membuat Chinen menoleh padanya. “Yama-chan itu anak yang baik.
Dialah yang menolongku saat usaha ayahku hampir bangkrut dulu. Dia anak yang
ceria dan semangatnya tinggi sekali. Dia
memang punya segalanya, tampan, pintar, populer, kaya, berkharisma. Aku dan
sahabatku yang lain bahkan kadang iri dengannya.” Kata Keito memberi jeda
sebentar dan meneguk susunya. Chinen melihat ekspresi Keito tiba-tiba berubah
sendu, “Tapi Yama-chan itu sangat merindukan kasih sayang orangtuanya. Dia
tidak mendapat kasih sayang dan perhatian orangtua sebanyak seperti yang
didapatkan anak-anak lain. Aku tahu dia sangat kesepian, makanya dia
menutupinya dengan selalu ceria dan tersenyum. Karena itulah, aku nggak mau ada
yang menyakiti hatinya, karena aku sayang padanya.” Kata Keito mengakhiri
ceritanya. Chinen yang mendengar itu benar-benar terharu, dia sadar kalau
sebenarnya Yamada sama seperti dirinya, sama-sama kesepian. Hanya saja Yamada
mengekspresikannya dengan cara menjadi orang yang ceria, yang justru membuat
Chinen kesal dan menjadikan Yamada rivalnya. Sebenarnya Chinen merasa simpati,
tapi dia nggak mau menunjukkannya di depan Keito karena gengsi.
“Aku pegang
janjimu untuk nggak menyebarkan ini.” Kata Keito, dan Chinen hanya mengangguk.
Setelah puas berada di taman itu, akhirnya mereka pun kembali ke rumah
masing-masing.
***
Sudah selama
dua minggu ini anggota BEST dan SEVEN belajar bersama untuk memenangkan
olimpiade akademik itu. Mereka juga sudah lolos dalam babak-babak kualifikasi
yang mereka ikuti, dan mereka belajar untuk tahap final, yang hasilnya akan
diumumkan pada akhir bulan November, 3 hari lagi. Perkelahian antara kedua geng
pun mulai berkurang, dan walaupun mereka masih sama-sama gengsi, anggota BEST
dan SEVEN sudah tidak menunjukkan aura permusuhan yang kuat seperti dulu,
seperti saat waktu istirahat siang ini contohnya.
Chinen sedang
membawa beberapa buku berat yang tadi diminta oleh Sayama sensei, saat sampai
di belokan koridor ada seorang cowok yang nggak sengaja menabraknya, dan buku
itu jatuh berantakan, tapi cowok itu langsung berlari begitu saja sepertinya
buru-buru. Untung saat itu Yamada kebetulan lewat dan membantu Chinen.
"Hati-hatilah
Chii, kalau sampai buku ini rusak, nanti kau dimarah oleh sensei." Kata Yamada meletakkan buku terakhir yang
dipungutnya. Chinen menoleh cepat, karena dia sadar itu pertama kalinya dia
dipanggil 'Chii' oleh Yamada, panggilan yang memang dia sukai karena terdengar
enak dan dia merasa lebih disayang jika dipanggil begitu. "Arigato, Yamada.." Ucap Chinen
pelan.
"Panggil
Yama-chan saja. Biar lebih gampang" Kata Yamada ceria. Lalu tiba-tiba,
KLIK! Terdengar suara kamera. Ada seorang gadis yang mengambil gambar mereka
berdua. Chinen mengenalinya sebagai teman seangkatannya yang beda kelas.
"Waahh, ternyata Chinen-kun dan Yamada-kun kalau tidak bermusuhan dan
akrab seperti itu sangat manis." Kata gadis itu. "Semoga saja kepsek
terus mengikutkan kalian dalam lomba, agar kalian nggak musuhan lagi. Semua
siswa pasti akan senang kalau BEST dan SEVEN bisa bersatu." Kata cewek itu
manis, dan meninggalkan dua eksistensi yang masih bengong itu. Akhirnya Yamada
dan Chinen pun tersadar dan salah tingkah. "Jaa, mata! Sampai ketemu saat belajar bersama nanti." Kata
Yamada dan berlari meninggalkan Chinen.
Sore ini pun BEST dan SEVEN belajar lagi dirumah Chinen,
karena 2 hari yang lalu sudah belajar di rumah Yamada. "Inoo-kun, tolong
bantu aku mengerjakan soal yang ini." Kata Hikaru, sambil mendekati Inoo
dan Inoo mulai menjelaskan soal itu pada Hikaru. Chinen hanya tersenyum melihat
Hikaru, mengingat dulu dia mengejek Inoo orang yang sok pintar. Chinen melirik kalender
yang ada disebelahnya. 3 hari lagi, adalah waktu pengumuman final dan saat itu
tepat hari ulang tahunnya yang ke 17. Chinen ingin sekali bisa masuk final, ia
ingin menunjukkannya pada orangtua dan kakaknya. Tapi mengingat kesibukan
orangtuanya yang saat ini sedang keluar kota, Chinen nggak berharap banyak.
Anggota BEST pun sudah tahu tentang ultah Chinen, karena anak-anak perempuan
disekolah mereka sudah heboh ingin memberi kado, otomatis membuat mereka tahu.
Saat itu terdengar suara mobil, ternyata itu
orangtua Chinen. Sepertinya mereka kembali untuk mengambil beberapa dokumen.
Chinen tersenyum melihat orangtuanya. "Kaa-san,
too-san, bisakah aku bicara sebentar?" Tanya Chinen.
"Bisa,
tapi jangan lama ya nak. Ibu dan ayah masih harus pergi lagi." Jawab
ibunya, lalu ibu dan ayahnya menuju ruang kerja mereka.
"Minna, kalian lanjutkan dulu ya. Aku
tinggal sebentar." Kata Chinen meninggalkan yang lainnya di ruang belajar,
lalu menyusul ayah dan ibunya.
Beberapa saat
kemudian, orangtua Chinen keluar lagi. Tapi tampang mereka sepertinya kesal,
dan Chinen mengikuti dari belakang dengan tampang frustasi juga. Baik Yabu,
Hikaru Yuto, Yuya, Inoo, Daiki, Keito dan Yamada memperhatikan kejadian itu.
"Too-san, kaa-san! Tidak bisakah
kalian libur sehari saja pada tanggal 30?" Tanya Chinen.
"Kami
sangat sibuk Yuri, tidak bisa meninggalkan janji dengan klien. Saat itu kami
ada janji penting dengan klien." Kata ayahnya, menatap putra bungsunya
itu.
Lalu ibunya pun
menambahkan, "Lagipula ada apa dengan hari itu? Kau kan harus sekolah pada
saat itu. Jangan sampai kau berbuat yang aneh-aneh ya." Kata ibunya,
membuat Chinen tambah diam. "Kalau tidak ada lagi yang mau kau bicarakan,
ayah dan ibu mau pergi dulu. Mungkin kami baru kembali beberapa hari lagi."
Kata ayahnya, lalu mengajak ibunya pergi. Chinen merasa kesal sekali dengan
orangtuanya, dia sakit hati karena bahkan mereka tidak ingat dengan hari
ulangtahunnya dan malah sibuk dengan pekerjaan. "Mereka itu sibuk bekerja
untuk siapa sih!?" Keluh Chinen kesal, membuat 8 eksistensi Horikoshi
Gakuen yang ada disana hanya bisa terdiam. Walaupun mereka tidak melihat
keseluruhan kejadiannya, tapi mereka tahu apa yang sedang terjadi antara Chinen
dan orangtuanya.
Yabu tiba-tiba
menepuk pundak cowok imut yang lebih muda 2 tahun darinya itu, "Tenanglah
Chii, aku yakin mereka itu sangat sayang padamu." Katanya menghibur
Chinen. Tapi Chinen menghempaskan tangan senpainya itu. "Kau tidak
mengerti bagaimana perasaanku!" Seru Chinen kesal, lalu dia berlari keluar.
"Chii, matte!" Seru anggota SEVEN, tapi
anak itu nggak memedulikan panggilan teman-temannya. Yamada yang melihat itupun
segera berlari menyusul Chinen. Yabu dan Hikaru juga ingin menyusul, tapi
mereka berdua dihalangi oleh Yuya.
"Sebaiknya
biarkan Yama-chan yang bicara pada Chinen." Kata Inoo. Yuto sudah
menaikkan alisnya, pertanda nggak setuju.
"Kenapa
begitu? Mana mau aku membiarkan Yamada yang jelas-jelas rival kita membujuk
Chinen!" Protes Yuto.
"Iya,
nanti dia malah berkata yang aneh-aneh pada Chii." Tambah Hikaru.
Yuya sudah
berdecak nggak sabar, "Saat ini yang paling mengerti perasaan Chinen hanya
Yama-chan. Jadi aku yakin mereka akan baik-baik saja." Kata Yuya.
Akhirnya Hikaru menuruti kata-kata Yuya,
tapi Yabu sepertinya masih penasaran. “Yuya, bisa tolong kau jelaskan maksud
perkataanmu tadi? Kenapa hanya Yamada yang paling mengerti perasaan Chii? Kami
ini sahabatnya!” kata cowok tinggi itu penasaran, membuat anggota SEVEN yang
lain juga ikut penasaran.
“Benar kata
Yabu. Kami ini sudah bersahabat sejak lama, jadi kamilah yang tahu persis
bagaimana keadaan Chii.” Kata Yuto skeptis. Yuya jadi tambah bingung bagaimana
harus menjelaskannya pada SEVEN tanpa menceritakan latar belakang Yamada. “Kami
tidak bisa menjelaskannya, yang jelas kita biarkan saja Yama-chan bicara dengan
Chinen.” Kata Daiki, membantu Yuya yang kebingungan, tapi anggota SEVEN tambah
protes. “Tidak bisa! Ini menyangkut sahabat kami!” seru Hikaru.
“Sudahlah
Yuya-kun, ceritakan saja apa yang terjadi. Toh lama-lama juga mereka akan
tahu.” Kata Inoo akhirnya memutuskan.
“Iya, lagipula
Yama-chan nggak akan keberatan jika kita menceritakan ini pada SEVEN.” Tambah
Keito lagi. Akhirnya Yuya pun bercerita, dan anak-anak SEVEN mendengarkannya
dengan baik.
“Mungkin kalian
memang sahabat Chinen, dan paling mengetahui keadaannya dari dulu. Tapi bahkan
di antara kita semua, hanya Yama-chan yang paling tahu dan mengerti perasaan
Chinen.” Kata Yuya. “Itu karena Yama-chan juga mengalami hal yang sama dengan
Chinen.” Tambahnya lagi, membuat anggota SEVEN yang lain diam. “Jadi maksudmu,
orangtua Yamada juga sama-sama sibuk seperti orangtua Chii? Dan dia juga kurang
mendapat perhatian?” tanya yuto, dan keempat anggota BEST hanya mengangguk.
“Tapi itu dulu, dan orangtua Yama-chan ternyata sangat menyayanginya dan begitu
memperhatikannya. Sekarang Yama-chan pun tahu dan sadar kalau orangtuanya
sangat sayang padanya.” Kata Yuya.
“Lalu dimana
sisi Yamada yang juga mengalami hal yang sama seperti Chii? Jangan kalian
samakan Chii dengan Yamada! Chii orang yang berbeda, dia itu anak yang kuat.
Walaupun orangtuanya sibuk, dia tidak pernah terjerumus hal-hal buruk. Beda
dengan Yamada yang mendapat perhatian dari orangtuanya, sebagai seorang anak
dia sangat beruntung.” KataYabu panjang lebar, disertai anggukan anak SEVEN
yang lain. “Kalian salah..” kata Daiki sambil tersenyum miris. “Chinen mungkin
lebih beruntung. Yama-chan sama seperti Chinen, tidak bisa merasakan kasih
sayang secara nyata dari orangtuanya.” Sambung Daiki.
“Itu karena
Yama-chan tidak akan pernah bisa bertemu dengan orangtuanya lagi, karena mereka
sudah meninggal.” Lanjut Daiki pelan, yang sukses membuat mata anak-anak SEVEN
melebar.
Sementara itu disaat yang bersamaan, Yamada berlari
menyusul Chinen..
Yamada melihat
Chinen yang duduk di bangku taman di kompleks rumahnya. Yamada pun berjalan
perlahan mendekati anak yang sedang menutup wajahnya dengan tangan itu. Yamada
juga bisa melihat sedikit butir-butir air mata jatuh dari sela-sela tangan itu.
“Kau bisa saja sakit kalau diam di luar tanpa jaket dengan cuaca sedingin ini.”
Kata Yamada berdiri di depan bangku yang di duduki Chinen. Chinen pun perlahan
mendongak dan melihat Yamada sudah berdiri di depannya. Dengan segera dia
menghapus air matanya, merasa malu juga dilihat menangis oleh rival sekaligus
musuhnya ini. “Apa pedulimu!?” seru Chinen skeptis.
“Tentu saja aku
peduli, karena kalau kau sakit dan nanti tim kita masuk final, kita bisa saja
di diskualifikasi karena kekurangan anggota. Kau juga akan merugikan yang
lainnya.” Kata Yamada enteng, lalu dia pun melemparkan jaket yang refleks di
tangkap oleh Chinen. Tadi Yamada memang sempat mengambil jaket sebelum menyusul
Chinen, karena dia melihat anak itu berlari hanya menggunakan sweater saja.
Yamada pun langsung duduk disebelah Chinen yang sedang memakai jaket yang
diberikan Yamada, padahal belum diijinkan. Chinen juga merasa malas untuk
berdebat, jadi dia membiarkan saja anak disebelahnya ini duduk disampingnya.
“Aku mengerti bagaimana perasaanmu.” Kata Yamada pelan.
“Jangan banyak
bicara. Tidak ada yang mengerti perasaanku. Semua orang mengatakan mengerti
perasaanku, tapi mereka nggak mengalami apa yang aku alami.” Kata Chinen kesal.
Yamada pun hanya tersenyum simpul mendengar kata-kata Chinen.
“Kau tahu, aku
bukan sekedar mengerti perasaanmu. Tapi aku tahu bagaimana rasanya jadi kau,
karena aku pernah berada di posisimu.” Kata Yamada, membuat Chinen menoleh
padanya. Seketika Chinen teringat cerita Keito tentang masa lalu Yamada
beberapa hari yang lalu, dan dia menjadi merasa nggak enak.
“Gomen..” kata Chinen pelan. “Gomen, aku lupa kalau orangtuamu juga
sama sibuknya seperti orangtuaku.” Tambah Chinen lagi, dan Yamada memiringkan
kepalanya, tanda dia bingung darimana Chinen tahu tentang itu. “Ah, kemarin
Keito cerita padaku sedikit tentang kau Yama-chan. Tapi jangan marah padanya,
karena aku sebenarnya sudah janji nggak akan cerita ini padamu.” Kata Chinen
lagi. Yamada pun hanya tersenyum, dia memang tahu kalau beberapa hari yang lalu
Keito sempat ditolong oleh Chinen karena Keito yang cerita.
“Itu nggak
masalah. Tapi Chinen-kun, janganlah membenci orangtuamu.” Ucap Yamada. Chinen
hanya mendesah pelan mendengarnya, membuat uap udara muncul dari desahannya
itu. “Bagaimana aku bisa nggak benci dan kesal pada mereka, mereka begitu
sibuk. Bahkan kakakku juga sibuk sekali dengan pekerjaannya di rumah sakit. Aku
hanya ingin paling tidak mereka ada saat hari ulangtahunku, tapi ternyata
mereka bahkan tidak mengingatnya.” Keluh Chinen. Chinen merasa aneh sekali,
padahal selama ini dia selalu kesal dengan Yamada tapi entah kenapa hari ini
dia begitu nyaman dan leluasa menceritakan apa yang selama ini dipendamnya.
Yamada masih
diam, belum berkomentar. Lalu dia memandang langit sebentar, dan berkata,
“Jangan sampai kau menyesal mengatakan kau membenci orangtuamu Chii.” Katanya,
dan lagi-lagi Chinen menoleh padanya senang dipanggil dengan kata ‘Chii’ Chinen
hanya menunggu Yamada melanjutkan kata-katanya.
“Dulu aku juga
sama sepertimu. Sangat haus dengan kasih sayang, kesal dan benci sekali dengan
orangtuaku yang tidak pernah punya waktu untukku. Bahkan saat aku ulangtahun
pun, mereka hanya mengirimkan kartu ucapan dan belakangan aku tahu bahwa yang
mengirim kartu itu adalah pembantuku, agar aku tidak sedih.” Kata Yamada.
Chinen masih diam mendengarkan, dan Yamada pun melanjutkan, “Aku bahkan
mengatakan pada mereka berdua aku benci dengan mereka. Aku bertengkar hebat
dengan kedua orangtuaku hari itu. Ayah dan ibuku berusaha menjelaskan padaku
bahwa semua yang mereka lakukan ini demi kebaikanku, tapi aku nggak mau
mendengarkannya dan sangat marah pada mereka. Dan setelahnya aku sadar kalau
aku sudah melakukan hal yang sangat salah melawan orangtuaku, dan benar-benar
menyesali sikapku itu.”
“Kau kan
tinggal bilang maaf pada mereka kalau kau benar-benar menyesal.” Sungut Chinen.
Sementara eksistensi disebelahnya hanya tersenyum kecil.
“Aku juga
inginnya begitu Chii. Tapi sayangnya aku nggak bisa. Aku nggak bisa mengucapkan
kata maaf pada mereka walaupun sangat ingin, karena tepat hari itu mereka
mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia sebelum aku sempat minta maaf.”
Kata Yamada pelan. Chinen kaget mendengar cerita itu. Dia masih diam, tidak
bisa berkata-kata mendengar cerita yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.
Yamada pun
tersenyum pada Chinen. “Jadi, semasih orangtuamu ada di dunia, dan kau juga
memiliki seorang kakak, sayangilah mereka. Jangan pernah membenci mereka karena
mereka adalah keluargamu. Jika mereka melupakan ulangtahunmu, itu belum
seberapa jika harus kehilangan mereka untuk selamanya kan?” kata Yamada, dan
entah kenapa Chinen hanya mengangguk. “Jangan sampai kau juga mengalami
penyesalan seperti yang aku alami dulu.” Tambahnya Yamada lagi, dan dia pun
bangkit dari duduknya.
“Baiklah, aku
akan kembali sekarang. Kau juga cepatlah kembali, agar teman-temanmu tidak khawatir.”
Kata Yamada lagi sambil tersenyum manis, dan meninggalkan Chinen yang masih
menatapnya. Setelah di tinggal Yamada, Chinen pun termenung beberapa saat. Dia
baru sadar apa yang dikatakan Yamada tadi benar. “Kalau aku harus kehilangan
ayah, ibu dan juga kakakku, aku nggak tahu harus bagaimana.” Gumam cowok
bergigi kelinci itu, pelan. Tanpa sadar, air matanya sudah jatuh. Dia sedih,
sedih karena perlakuan orangtua dan kakaknya yang tidak perhatian pada dirinya.
Tapi di sisi lain dia juga bahagia, karena dia merasa beruntung masih bisa
melihat ayah, ibu dan juga kakaknya berbicara padanya.
“Arigatou, Yama-chan. Kau telah
mengajarkanku banyak hal.” Ucap Chinen pelan.
Sekembalinya Yamada dari taman..
Yamada masuk ke
ruang belajar, dan dia melihat tujuh temannya yang lain masih menunggu dan
tidak ada satupun dari mereka yang belajar. Melihat Yamada datang, baik Yabu,
Yuto dan Hikaru langsung menghampirinya. "Bagaimana Chii? Dia baik-baik
saja? Kenapa dia nggak kembali bersamamu?" Cecar Yuto.
"Kalian
tenang saja, dia baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti kembali kesini. Tapi
sebelumnya, minna aku punya sebuah
rencana, dan aku butuh bantuan kalian semua. Bantuan dari anggota BEST dan
SEVEN." Kata Yamada, membuat 7 eksistensi yang ada di depannya menaikkan
alisnya tanda bingung. Yamada pun menceritakan tentang rencananya, dan
teman-temannya mengangguk-angguk mengerti.
"Yamada-kun,
kenapa kau mau melakukan itu untuk Chii? Kita ini adalah rival lho." Kata
Hikaru.
"Aku tahu
itu. Tapi, aku cuma nggak mau ada yang mengalami penyesalan seperti yang aku
alami dulu. Semasih hal itu bisa diperbaiki, lebih baik kita perbaiki dari
sekarang kan." Jawab Yamada, membuat Yuto, Yabu, dan Hikaru diam nggak
bisa berkata-kata. Lalu Yamada memandang teman-teman BESTnya. "Kalian
bagaimana? Apakah kalian mau ikut membantu?"
Keito tersenyum
melihat sahabat di depannya ini, "Tenang saja aku pasti akan membantu.
Kami mengerti bagaimana perasaanmu kok Yama-chan." Kata Keito, dan baik
Daiki, Inoo dan Yuya juga mengangguk menyetujui. Yamada tersenyum senang
melihat sahabat-sahabatnya itu.
"Arigatou, Yamada-kun." Kata Hikaru
canggung, dan Yamada hanya membalas dengan senyuman.
***
KRING! KRING!
KRING!
Alarm yang ada
disamping tempat tidur Chinen berbunyi nyaring. Si empunya alarm langsung
menekan tombol of di jam yang berbentuk bola itu, jadi nggak menganggu
telinganya lagi. Perlahan Chinen membuka matanya, dan dia menyipit sedikit
karena sinar matahari pagi yang masuk lewat celah gorden kamarnya.
"Aaahh, otanjoubi omedeto, Chinen-kun."
Ucapnya pada diri sendiri, setelah berhasil mengumpulkan nyawanya. Chinen
mendesah pelan. Hari ini tepat ulangtahunnya yang ke 17. Seperti biasa, tidak
ada kejutan dirumahnya karena orangtua dan juga kakaknya saat ini pasti sedang
berada entah dimana. Paling-paling nanti saat disekolah, anak-anak perempuan
akan heboh memberinya kado, lalu setelah itu dia akan pergi ke karaoke bersama
teman-teman SEVEN yang lain dan membuka kado-kado itu disana.
"Tidak ada
yang spesial." Komentar Chinen. Anak itu mengecek keitai berwarna
hitamnya, dan melihat e-mail yang masuk. Disana sudah banyak e-mail dari
teman-temannya disekolah dan juga anak-anak cewek di kelasnya yang mengucapkan
selamat ulangtahun padanya. Dia terus mencari daftar e-mail itu, mengecek
e-mail dari sahabat-sahabatnya. Tapi sampai lama dia menggulir tombol keitainya, e-mail dari 4 sahabatnya
tidak ada satupun. Yang terakhir adalah e-mail dari Yuto kemarin sore yang
mengatakan dia terlambat datang kerumahnya. Hanya itu, dan tidak ada e-mail
baru dari mereka hari ini untuknya.
"Aneh.
Biasanya mereka yang selalu pertama mengucapkan selamat padaku lewat
e-mail." Kata Chinen lagi, sambil bangkit dari tempat tidurnya dan segera
bersiap. Mungkin mereka akan mengucapkannya langsung saat nanti disekolah,
pikir Chinen.
Chinen segera
menuju Horikoshi Gakuen. Sampai disana, dia segera mencari keberadaan
sahabat-sahabatnya. Pertama dia melewati koridor kelas 3-D dan melongok ke
kelas itu, tapi dia nggak melihat ada Yabu dan Hikaru disana. Cuma ada Inoo,
Yuya dan Daiki yang sepertinya lagi asyik bergosip entah tentang apa. Lalu dia
berjalan lagi menuju kelasnya. Dia heran karena biasanya akan ada sapaan dari
Yuto, tapi dia nggak melihat sosok sahabatnya yang tinggi itu. Mungkin dia
belum datang, pikir Chinen. Chinen pun berjalan menuju mejanya.
"Yuto
tidak sekolah hari ini, dia sakit." Kata Yamada, saat Chinen melewati
mejanya. "Tadi barusan surat ijinnya dibawakan oleh ketua kelas
kita." Tambah Yamada lagi saat melihat keheranan di wajah Chinen. Chinen
pun hanya mengangguk dan segera duduk dibangkunya. Chinen menunggu dibangkunya,
karena setelah ini biasanya akan ada anak-anak cewek yang memberinya kado dan
mejanya akan penuh kado, membuat teman-teman cowoknya yang lain iri. Dan benar
saja pikiran Chinen, karena Shida Mirai datang mendekatinya.
"Omedeto, Chinen-kun! Ini kado untukmu,
semoga kau suka" Kata Mirai sambil menepuk bahu Chinen, lalu berjalan
pergi. "Arigatou" jawab
Chinen. Lalu bergantian Suzuka Ohgo memberikannya kado, dan setelah itu Umika.
"Otanjoubi omedeto Chinen.
Semoga kau suka kado dariku." Kata Umika sambil memberikan kadonya, dan
dibalas dengan senyuman oleh Chinen. Lalu anak itupun menunggu lagi, sambil
senyum-senyum sendiri berapa banyak kado yang akan diterimanya tahun ini.
Teman-temannya yang lain pun bergantian mengucapkan selamat ulang tahun, tapi
tidak ada lagi yang memberinya kado, terutama dari anak-anak cewek. Chinen pun
tersenyum miris, karena dimejanya hanya ada 3 buah kado saja. Anak itupun
menunggu sampai bel masuk, bahkan sampai jam terakhir, tapi yang datang hanya
ucapan selamat saja. "Hah, mungkin tahun ini tahun untuk berhemat, jadi
mereka hanya memberi ucapan saja." Pikir Chinen.
Chinen merasa
bosan hari ini karena dia biasanya bersama Yuto, apalagi saat jam istirahat pun
dia tidak melihat Yabu dan Hikaru. Kata teman-temannya sih mereka ikut
pelajaran tambahan. Memang kelas 3 sedang mempersiapkan ujian nasional karena
sebentar lagi akan lulus. Chinen melihat ke arah Yamada dan Keito yang sedang
asyik mengobrol seru bersiap pulang, lalu tanpa sadar dia mendekat, membuat
Yamada dan Keito menatapnya heran. "Doushita
no, Chinen-kun?" Tanya Keito, membuat Chinen tersadar. "Aah, nandemonai." Jawab Chinen, lalu
segera meninggalkan dua orang itu.
"Aah,
mereka asyik sekali tadi. Aku jadi iri. Andai saja kami nggak musuhan, mungkin
sekarang aku bisa pulang bareng mereka." Keluh Chinen sambil berjalan.
Lalu dia melihat toko buah, dan masuk ke dalamnya. Dia membeli sekantong
strawberry. Dia memang suka dengan buah yang satu itu. Lalu dia pun berjalan
santai kerumahnya.
"Tadaima.." Kata Chinen datar, saat
masuk kerumahnya.
"OTANJOUBI OMEDETO CHINEN!!!!"
Teriak beberapa orang, membuat Chinen kaget. Ternyata yang tadi berteriak
adalah Yuto, Yabu, Hikaru yang membawa kue tart, dan juga teman-teman sekelasnya
yang lain masing-masing dengan kado di tangan mereka, bahkan Yamada, Keito,
Inoo, Yuya dan Daiki juga ada. Bahkan ruang tamunya sudah didekorasi untuk
pesta kecil. Chinen masih bengong, sampai Yuto menarik tangannya.
"Kenapa
kau bengong saja, ayo tiup lilinnya." Kata Yuto, dan Chinen hanya
mengikuti, masih shock diberi surprise seperti itu. Semua yang ada disitu pun
menyanyikan lagu happy birthday. "Ayo make
a wish dan tiup lilinnya Chii." Kata Yabu. Chinen pun menatap mereka
satu persatu.
"Minna, arigatou na." Katanya
terharu, dan meniup lilin berjumlah 17 didepannya. Semuanya pun bertepuk tangan heboh, dan beberapa sudah
meniup terompet. Akhirnya semuanya pun berpesta disana sampai sore, dan Chinen
merasa senang karena itu. Saat sudah jam menunjukkan pukul 6 sore, teman-teman
sekelas Chinen pun satu persatu pulang, sampai menyisakan Yuto, Hikaru, Yabu,
dan anggota BEST. Lalu tiba-tiba Chinen ingat, "Aah, Yuto, bukannya kau
sakit ya?" Tanya Chinen, yang ditanya hanya tersenyum jahil. "Sebenarnya
aku nggak sakit, tapi memang ijin, supaya kau merasa kesepian hari ini
disekolah dan kaget dengan surprise kami." Kata Yuto, diikuti senyum Yabu
dan Hikaru. "Ini ide Hikaru" tambah Yuto lagi. Chinen hanya bisa
memanyunkan bibirnya karena sudah dikerjai oleh teman-temannya.
"Otanjoubi omedeto Chii." Kata Yabu, Hikaru dan Yuto bersamaan,
membuat Chinen tersenyum bahagia. Tidak apa walaupun orangtua dan kakaknya lupa
dengan ulangtahunnya, yang penting dia masih punya sahabat-sahabatnya, pikir
Chinen. Tiba-tiba Chinen ingat, lalu menoleh ke arah BEST.
"Anoo, arigatou karena sudah mau ikut memeriahkan hari ini." Kata
Chinen pada Yamada. Yamada hanya tersenyum, lalu dia menepuk pundak Chinen.
"Chinen, kami berlima juga akan memberikan hadiah." Kata Yamada, lalu
dia, Yuya dan Inoo sepertinya menyetel sesuatu di TV yang ada di ruangan itu.
Kemudian Keito menyalakan TVnya. "Lihatlah ini Chii." Kata Hikaru.
Sesaat Chinen bingung apa yang dilakukan oleh mereka, karena TV itu tidak
menunjukkan gambar apa-apa, tapi tiba-tiba
"OTANJOUBI OMEDETO YURI!!" Seru ayah, ibu, dan juga kakaknya
dari layar TV itu, membuat Chinen kaget. "Aa..aa, too-san, kaa-san, nee-chan..kalian.." Kata Chinen
terbata-bata. Semua anggota keluarganya tersenyum padanya. Chinen tahu, itu
pastilah rekaman dan bukan LIVE, tapi dia merasa semua itu seperti LIVE,
melihat anggota keluarganya berkumpul dan mengucapkan selamat ulangtahun
padanya.
"Kau mengira pasti kami
melupakan ulangtahunmu kan?" Kata nee-chan sambil tertawa ringan.
"Tenang saja Yuri, kami ini keluargamu. Walaupun kami ini terlihat sibuk,
kami tidak mungkin lupa dengan hari penting ini. Apalagi kau itu satu-satunya
adikku yang paling aku sayang." Chinen tersenyum mendengar itu. "Maaf
aku tidak bisa kesana Yuri, karena rumah sakit saat ini sedang sibuk-sibuknya.
Tempat paling dekat denganku sekarang memang tempat ayah dan ibu mengurus
bisnis sekarang, jadi aku kesini agar aku bisa menyampaikan ucapanku
padamu." Tambah nee-channya lagi sambil tertawa.
"Sudah Sayaka, ibu juga ingin
bicara." Kata ibunya, dan Chinen melihat sosok ibunya yang cantik
tersenyum. "Yuri, kau sekarang sudah 17 tahun, sudah dewasa. Ibu senang
sekali kau tumbuh menjadi anak kebanggaan kami, walaupun kami sangat sibuk.
Kesibukan ini bukan karena kami tidak sayang padamu nak, tapi justru karena
kami terlalu sayang padamu makanya kami tidak ingin kau kekurangan
apapun." Kata ibunya sambil tersenyum bangga, dan sedikit meneteskan air
mata. "Ibu jangan menangis dong." Protes kakak Chinen, dan ibunya
mengusap air matanya.
"Arigatou kaa-san. Aku juga sayang kau." Kata Chinen, tanpa
sadar air matanya keluar. Lalu didengarnya ayahnya berdeham. Ayahnya menatap
kamera lama, membuat Chinen dan yang lainnya yang ada diruangan itu penasaran
apa yang akan dikatakan pria setengah baya itu.
"Yuri, kau anak laki-laki ayah
satu-satunya." Kata ayahnya, lalu terdiam sebentar, kemudian dia
melanjutkan, "Bagaimana pun kondisinya, dan apapun yang terjadi pada kita,
kau harus ingat satu hal Yuri. Kau, Sayaka dan juga ibumu selalu menjadi prioritas
utama ayah. Kalian bertiga adalah harta paling berharga bagiku, melebihi apapun
di dunia. Ayah sangat sayang padamu, nak." Kata-kata itu sukses membuat
Chinen menangis terharu sekaligus bahagia.
Lalu sekali lagi ayah, ibu dan juga
kakaknya berkoor ria, "Otanjobi Omedeto!!"
Dan akhirnya rekaman itupun selesai. Chinen menghapus air matanya. "Aku
juga sangat sayang kalian." Gumam Chinen. Yabu, Hikaru, Yuto, Yuya, Inoo,
Keito, Daiki dan Yamada terdiam melihat itu semua. Lalu Chinen menoleh pada
kedelapan temannya. "Minna, arigatou.."
Kata Chinen. "Sudah memberi hadiah paling indah dalam hidupku."
Tambahnya lagi sambil tersenyum.
"Ini semua ide Yama-chan."
Kata Daiki. Dia yang menghubungi orangtua dan kakakmu, lalu mengirim orang
untuk merekam mereka." Tambah Daiki, membuat Chinen menoleh ke arah
Yamada. Dilihatnya Yamada berjalan mendekatinya dan memberikannya sebuah keitai. "Telponlah orangtua dan
kakakmu, lalu minta maaflah karena kau sempat kesal dan membenci mereka."
Kata Yamada sambil tersenyum, dan Chinen pun melakukan apa yang dikatakan
Yamada. Chinen menelpon ibunya, dan berbicara dengannya. Yamada yang melihat
itu, nggak bisa menahan air matanya dan dia berjalan keluar. Yuya, Inoo, Daiki
dan Keito mengikutinya.
Yamada duduk dibangku taman rumah
Chinen, dan masih menangis sampai keempat temannya berhasil menyusulnya. Mereka
pun mendekati Yamada yang sedang menghapus air matanya itu. "Yama-chan,
kau sedih?" Tanya Daiki. Yang ditanya hanya tersenyum. "Sedih? Nggak
mungkin aku sedih. Aku senang, karena paling tidak aku bisa membuat seseorang
nggak akan mengalami penyesalan yang sama seperti aku dulu." Jawab Yamada
sedikit serak.
Yuya, Inoo, Daiki dan Keito hanya
memeluk sahabat kecil mereka itu, untuk menenangkan hatinya. Walau tidak
dikatakan pun, mereka tahu kalau Yamada teringat dengan orangtuanya, makanya
anak itu menangis. "Minna, setelah ini apa yang akan kita lakukan dengan
SEVEN? Kita akan tetap musuhan atau bagaimana?" Kata Yamada. Semuanya pun
terdiam. Mereka sadar, walaupun dengan waktu belajar bersama yang singkat,
mereka sudah merasa anak-anak SEVEN adalah teman mereka.
"Sebaiknya kita tidak usah
bermusuhan lagi dengan mereka. Mereka ternyata anak-anak yang baik."
Komentar Yuya.
"Iya, walaupun diluarnya mereka
kadang terlihat sombong, tapi mereka sangat setia dengan
sahabat-sahabatnya." Tambah Inoo.
"Kalau memang mereka nggak mau
menganggap kita teman, tidak apa. Yang penting kita nggak usah berkelahi lagi
dengan mereka." Daiki juga ikut-ikutan.
"Hai, wakatta." Kata Yamada pelan.
"Yamada-kun!" Teriak Chinen,
yang entah sejak kapan sudah muncul di taman itu bersama dengan Yabu, Yuto dan
Hikaru. "Kenapa kau malah pergi tiba-tiba." Kata Chinen sambil
mendekat. "Minna, sekali lagi arigatou, karena kalian sudah memberiku
kejutan di hari ulangtahunku. Kalian memberiku banyak pelajaran berharga di
hari istimewa ini." Kata Chinen pada anak-anak BEST dan dibalas dengan
senyuman.
"Anoo, aku sudah memutuskan.
Kita hentikan saja permusuhan antara BEST dan SEVEN ini. Karena menurutku ini
tidak ada gunanya." Kata Chinen tiba-tiba. Baik anggota BEST dan SEVEN pun
terdiam. "Menurut kalian bagaimana?" Tanya Chinen pada Yuto, Yabu dan
Hikaru.
"Ya, memang sebenarnya kita
musuhan dengan alasan yang sepele. Lagipula setelah aku sadari anak-anak BEST
adalah anak-anak yang baik." Kata Yabu. Lalu Chinen menoleh pada Hikaru
dan Yuto. "Aku nggak bisa bohong, kalau mereka memang baik." Tambah
Hikaru, dan Yuto pun menyetujui. Lalu Chinen menatap Yamada, Yuya, Inoo, Daiki
dan Keito.
"Teman lebih baik daripada
musuh." Kata Yamada sambil tersenyum. Yuya, Inoo, Daiki dan Keito pun
mengangguk dan tersenyum lebar.
"Teman?" Tanya Chinen
sambil menaikkan jari kelingkingnya.
"Teman." Jawab Yamada
ceria, dan mengaitkan jari kelingkingnya di jari Chinen, lalu mereka berdua pun
berpelukan. Tanpa sadar Yabu, Yuya, Inoo, Hikaru, Daiki, Keito dan Yuto pun
ikut berpelukan bersama mereka.
“Sahabat dan Keluarga adalah hadiah
terbaik dan terindah dalam hidupku.” Kata Chinen sambil tersenyum lebar.
Akhirnya geng BEST dan SEVEN tidak
bermusuhan lagi. Mereka tidak pernah berkelahi dan menjadi sahabat. Semua siswa
Horikoshi pun senang karena duo 'penguasa' sekolah kini berteman. Chinen juga
menjadi lebih sayang dengan orangtua dan kakaknya, dan tidak akan
menyia-nyiakan kasih sayang mereka. Hari ulangtahun yang awalnya dia anggap
sangat mengesalkan, merupakan titik awal perubahan kehidupan seorang Chinen
Yuri. Otanjoubi Omedetou Chinen-kun!
***OWARI
***
Kata / pesan dari penulis : tidak selamanya musuh akan
menjadi musuh seumur hidup. Adakalanya seorang musuh bisa menjadi sahabat yang
dekat, dan mengajarkan pada kita banyak hal termasuk tentang keluarga.
Persahabatan itu sangat indah dan begitu murni, bahkan sama indah dan murninya
dengan cinta. Jadi, jagalah sahabat dan juga hubungan persahabatan, karena itu termasuk
harta berharga yang dimiliki oleh manusia.
GLOSARIUM
Yamete :
berhenti
Itai : sakit
Senpai : senior
Arigato :
terimakasih
Minna :
semuanya
Baka : bodoh
Muri : tidak
mungkin
Daijobu ka :
baik-baik saja?
Mata ashita :
sampai jumpa besok
Gomen : maaf
Yabai : sial
Sensei : guru
Jaa mata :
sampai jumpa
Kaa-san :
panggilan untuk ibu
Too-san :
panggilan untuk ayah
Nee-chan :
panggilan untuk kakak perempuan
Matte : tunggu
Otanjoubi
omedeto : selamat ulang tahun
Keitai : ponsel
Omedeto :
selamat
Doushita no :
ada apa?
Nandemonai :
tidak ada apa-apa
Tadaima : aku
pulang
Make a wish :
buat sebuah harapan
Hai wakatta :
iya, aku mengerti
No comments:
Post a Comment