NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Saturday, March 23, 2013

[Oneshot] Hey! Say! JUMP Moment




Author        : Nikhe a.k.a BYR
Title            : Hey say jump moment.
Genre         : Comedy dan friendship
Rating         : General
Pemeran    : Sepuluh member HSJ
Disclaimer  : semua jalan cerita ini milik saya dan dunia khayal saya.
***


Hari ini terasa sangat terik, matahari seperti berjarak hanya beberapa meter dari atap asrama tempat member Hey Say Jump bernaung. Setelah makan siang dengan menu ala kadarnya buatan Yamada, masing-masing member mencari singgasana untuk menghilangkan kegerahan yang mendekap erat.

Hikaru ,Chinen,Yamada dan Yuto nemplok di bawah pohon beringin sambil bermain petak umpet. Yabu dan Daiki memanjat pohon mengkudu di samping asrama, Keito dan Yuya menggelar sajadah (?) di balkon, sedangkan Inoo dan Ryutaro berkelayapan di dunia maya.
“Ryu-chan, kok foto profilmu kosong?”tanya Inoo.

“lagi malas pasang foto, takut diguna-guna,dipelet, dan disantet” jawab Ryutaro datar.
“cih,mana ada yang orang yang mau memeletmu”ejek Inoo.

“memang kalau ada orang yang mau melet aku harus pamit,lapor dan izin padamu,” sambung Ryutaro.

“kasihan sekali orang yang melakukannya, dia harus menanggung beban berat di pundaknya. Memelet Morimoto Ryutaro sama dengan musibah,sudah makan banyak,keras kepala,suka menghabiskan uang, malas bekerja, bahkan kodok di sawah saja jauh lebih rajin darimu” ujar Inoo sambil melanjutkan kegiatannya melalar di dunia per-twitteran dengan khidmat.

“ahh,bilang saja kau iri dengan ke-anggunanku”cibir Ryutaro.

“kalau kau anggun, berarti aku maha anggun. Lihat ini” Inoo memperlihatkan avatar terbarunya.

“kyyaa, cantik banget tante. Wajah tante kinclong sekali, Perawatan di mana?”tanya Ryutaro sambil membanding-bandingkan foto Inoo dengan wajah Inoo.

“iya dong, gak mahal kok. Cocok dengan kantong brondong sepertimu” jawab Inoo.

“benarkah?salon mana?”Ryutaro antusias.

“photoshop”Inoo mengedip-ngedipkan mata, Ryutaro nelan laptop.

Sementara itu, Keito dan Yuya yang sedang bersantai di balkon sedang menikmati kegalauan mereka terhadap kasus asmara yang kandas di pinggir jalan beberapa waktu lalu.

“sepertinya nanti malam akan turun hujan”Keito sambil memandang awan hitam.

“kau sudah ganti profesi menjadi pawang hujan Kei-chan?,” tanya Yuya,”entahlah. meskipun matahari sangat terik,jiwa dan ragaku tetap dingin seperti kehilangan sesuatu”

“bahaya itu, mungkin ginjalmu lenyap sebelah”Keito ngawur.

“bukan itu, seorang wanita telah membawa jantung hatiku pergi bersamanya”

“aku juga. Bahkan dia sudah membawa kebahagiaan dan masa depanku, tanpa menyisakan sedikit pun” sambung Keito.

“tak kusangka bahwa perjalanan cinta seterjal ini,”Yuya menambahkan,”rasanya seperti dihujani ribuan anak panah beracun tepat di lambung”

“ne, bukankah seharusnya di hati”Keito menjelaskan.

“baka,jantung dan hatiku kan sudah dibawa pergi bersamanya”

“oh iya, aku lupa Yuya-kun,”Keito menggaruk-garuk kepalanya yang sudah tidak di keramas dalam satu periode akuntansi,”semua kejadian ini terlalu berat untuk di alami anak kecil yang polos dan lugu seperti aku”

“Kei-chan, bagaimana ya caranya untuk menghilangkan lemak di perut?”tanya Yuya sambil mengelus-elus perutnya yang sudah tidak kotak-kotak lagi.

“ah aku tau, minum sabun cair rasa lemon untuk mencuci piring saja Yuya-kun. Aku lihat di iklannya itu bisa menghilangkan lemak seketika”saran Keito.

“otakmu sepertinya sudah terkontaminasi dengan otak Ryutaro, atau jangan-jangan ketika pembagian otak kalian mendapatkan sisa” Yuya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“ah, sebenarnya aku dan Ryutaro itu pintar. Hanya saja ketika pembagian, isi otak dijarah semua oleh Chinen dan Inoo. Teman-teman durhaka” Keito curhat.

“bagaimana sekolahmu, berjalan lancar?” Yuya modus, ingin mengalihkan pembicaraan dari semua curahan hati Keito.

“ah, Senpai kami menyebalkan” Keito memandang langit seraya mengingat-ingat bentuk dan rupa sang senpai. Jidad sang senpai yang menyaingi luasnya Gelora Bung Karno, suaranya yang mengalahkan kemerduan suara mpok nori, dan matanya yang menatap buas.
“mengapa memangnya?”Yuya penasaran.

“masa dia bertanya tentang pasar persaingan sempurna,”jawab Keito.

“loh bukannya itu bahasan bagus dalam ekonomi dan bisnis”sambung Yuya.

“kenapa pula pasar harus sempurna? Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha esa”Keito kembali mengingat wajah senpainya, bahkan wajah boneka Voodoo dan Chucky pun lebih unyu-unyu jika harus dibandingkan dengannya.

“lalu, apa lagi?”

“dia juga mengatakan pada kami agar tidak korupsi, pada kenyataanya dia sendiri mengakui bahwa dia tidak yakin semua uang di dompetnya itu halal. Perutnya yang seperti ibu-ibu hamil 9 bulan sudah cukup membuktikannya” Keito mengeluarkan semua unek-unek yang telah lama dia museumkan di pikirannya.

“jangan seudzon, siapa tau itu karena dia suka makan sayuran mentah sehingga dia beternak cacing di perutnya. Jiwa bisnisnya lincah sekali”puji Yuya.

“bukan itu saja, dia bahkan juga mengatakan ingin menjadi presiden,”sambung Keito,”kalau sampai dia menjadi presiden, aku akan berlari dari sini ke raja ampat, berenang ke samudera hindia dan gantung diri di monas”

“wah,jika itu terjadi berarti kau akan masuk halaman depan koran. Setidaknya sebelum bendera kuning melambai, cita-citamu untuk terkenal sudah tercapai. Hahahaha”  Yuya ngakak nggelundung ke comberan.

************

Seperti perkiraan Keito, malam harinya hujan turun dengan deras, pemadaman listrik menambah haru suasana malam itu. Ditemani cahaya lilin Chinen memandang rintik hujan dari jendela kamar,dia tiba-tiba merindukan keluarganya. Merindukan moment-moment berkumpul didepan perapian dan bercerita tentang kegiatan mereka seharian,ibunya yang selalu memasak surabi keju dan wedang jahe jika cuaca mulai tidak bersahabat.

“apa yang sedang kau pikirkan Chii-chan?tanya Keito menyadarkan lamunan Chinen.

“aku merindukan keluargaku”jawab Chinen pelan.

“hmm,aku juga merindukan keluargaku utuh kembali” Keito teringat kondisi keluarganya yang tak seindah keluarga yang dimiliki Chinen.

“hmm, merindukan adalah aktivitas yang paling menguras perasaan”

“aku bahkan sudah lupa rasanya makan bersama di meja makan bersama oto-san dan Oka-san”Keito merebahkan kepalanya ke bahu Chinen.

“ah,kau tidak perlu sedih. Kau memiliki kami dan kami memilikimu” Chinen menepuk-nepuk mesra bahu Keito.

Bersama kesembilan member lain Chinen seperti menemukan keluarga baru, sama seperti halnya Keito yang menemukan hangatnya keluarga disini.

Ditengah syahdunya suasana Chinen dan Keito, perang dunia ketiga sedang berlangsung hangat-hangatnya di ruang tengah antara Ryutaro dan Daiki.

“aku ingin duduk disebelah Yama-chan”Ryutaro menarik tangan Daiki untuk tukaran tempat.

“apa bedanya duduk di tempat lain, mengapa harus di sebelah Yama-chan. Biasanya kau selalu didekat Yabu, minggir sana”usir Daiki.

“mengapa aku selalu dijajah di asrama ini, aku selalu ditindas” Ryutaro akting sambil memasang tampang mempesona.

“malam ini Yama-chan milikku, soulmatemu kan Yabu”Daiki menunjuk Yabu.

“hey kau anak muda,”Ryutaro menatap pasti ke arah Daiki,”janganlah engkau menganiaya anak bungsu unyu-unyu sepertiku, segeralah bertaubat sebelum malaikat maut datang and say hello”

“dan kau anak bungsu yang mengaku unyu-unyu, janganlah kau menggunakan taktik busukmu untuk menyingkirkan keberadaanku” Daiki menirukan gaya bicara Ryotaro.

“No mengaku,just Unyu”Ryutaro mempertegas gelarnya.

“hiss kalian ini, ribut sekali seperti sedang antri sembako”Yamada menjitak kepala Daiki dan Ryutaro.

“tapi aku ingin mengahangatkan diri disebelahmu Yama-chan” Ryutaro memeluk Yamada tetapi Daiki segera menarik Yamada untuk berpaling di pelukannya.

Adegan anarkis perebutan Yamada pun tak terelakkan, Yamada di tarik ke utara, ditarik lagi keselatan, diseret ke timur, diseret lagi ke barat. Hampir semua arah mata angin sudah dejelajahi Yamada, sementara member-member lain menjadi penonton yang baik. Yamada yang niat awalnya ingin beristirahat karena kelelahan setelah bermain petak umpet tadi siang menjadi Geram.

“HEENTIKAAN… saya ini sedang capek, anda tau capek? Capek is pegal” Teriak yamada dengan nada lima oktaf dan melepaskan tangan Ryutaro dan Daiki. Daiki dan Ryutaro gigit kabel.

Seculi harapan Ryutaro dan Daiki pun lenyap sudah, mereka pergi meninggalkan Yamada dan segera menghampiri pasangan awalnya, Daiki dan Inoo, Ryutaro dan Yabu.

“YAAA TUHANNN… sepatu baruku mana?”Hikaru berteriak histeris.

Semua member mengahampiri Hikaru yang tengah bersimpuh dilantai memegang satu sepatu kulit berwarna cokelat.

“ada apa Hikaru?”tanya Chinen.

“sepatuku yang sebelah lagi kemana?”Hikaru mengelus-elus sepatu di tangannya.

“di misscall saja” saran Ryutaro sambil memberikan ponselnya.

“baka”lagi-lagi jitakkan Yamada bersarang di kepala Ryutaro.

“bukannya siang tadi kau jemur di atap”Yuto mengingatkan.

“ ah, berarti sudah jatuh karena sekarang sedang hujan deras”sambung Yamada.

Hikaru bersiap-siap keluar dari asrama, member lain mengantar sampai di pintu dan mengirimkan Do’a. Hikaru melangkah dengan ragu-ragu, tangannya gemetar ketika hendak membuka pintu.

“ada apa Hikaru?”tanya Chinen.

“kau takut?”Inoo ikut bertanya.

“masa dengan hujan saja takut”ejek Yuya.

“bukan begitu, mereka datangnya keroyokan sih” Hikaru melangkah perlahan berbekal sebuah payung dan senter.

Meskipun dengan ragu-ragu, Hikaru meneruskan langkahnya ke arah samping asrama. Bunyi dari rimbunan pohon membuat Hikaru semakin deg-deggan, sesekali dia mengarahkan cahaya senter ke sumber suara.

Setelah berjalan beberapa menit akhirnya barang yang dicari pun ditemukan, sepatu yang sudah di penuhi dengan tanah basah akibat hujan.

“sepatuku yang cetarrr, mengapa kau menjadi buruk rupa seperti ini”ucap Hikaru.

Tiba-tiba.

CLLLIIICCKKK… cahaya putih menyinari Hikaru lalu lenyap,kejadian tersebut berulang sampai tiga kali. Ketika membalikkan badan Hikaru melihat cahaya putih sekilas menembus kaca asrama di lantai dua.

HHHHHUUUUUUUUUUUUAAAAAAAAA….jeritnya dan Hikaru berlari sekuat tenaga, menuju pintu asrama yang tiba-tiba terasa seperti menjauh.

Hikaru membuka pintu langsung menuju ke dapur dan menenggak air mineral segalon untuk menghilangkan kecemasannya.

“tadi..tadi.. aku melihat sesuatu berwarna putih, menembus ke arah kaca kamar di lantai dua” Hikaru menjelaskan dengan nafas tersendat-sendat.

“jangan jangan, jangan jangan itu hantu”Yamada merapatkan badan ke sebelah Chinen yang juga ikut ketakutan.

“lalu ada paparazi yang juga mengikutiku, dia mengambil fotoku sampai tiga kali” Hikaru semakin mangap-mangap.

“benarkah”Keito meragukan penjelelasan Hikaru.

“demi superman ubanan, untuk apa aku berbohong” Hikaru meletakkan tangan kanannya di dada.

“ya sudah, lebih baik kita periksa”ajak Yuya.

“tidak mau”Yamada menolak dan menyilangkan kedua tangannya.

“kalu begitu kau tinggal saja sendiri disini”jawab Yuto.

Pilihan yang ada benar-benar membingungkan, Yamada tak ubahnya seperti simalakama. Setelah berfikir keras dan mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi, Yamada memutuskan untuk menuruti ide yang diusulkan Yuya.Yuya dan Keito berjalan paling depan memimpin pasukan, delapan member lain saling berpegangan. Cahaya lilin di asrama  yang redup memberikan efek-efek mengerikan tersendiri.

“awas saja kalau kau berbohong,”ancam Yuya,”pengorbananku sangat besar memimpin musafir penakut seperti kalian”

“tentu saja tidak”Hikaru mempererat pegangan tangannya ke baju Yuya.

“dai-chan kau jaga lilin”perintah Yuya.

“ne,maksudmu?”Daiki berfikiran macam-macam.

“hiss,kau ini. Kau pegang lilin,jangan sampai lilinnya mati”jelas Yuya.

Yuya membuka Pintu pelan-pelan.

“eitss,tunggu dulu”Yabu menahan gerakan Yuya.

“ada apa?”tanya Keito.

“bagaimana kalau diluar ada penjahat?”sambung Yabu,”kita sama sekali tidak membawa senjata apa pun”

“tenang,kita lemparkan saja Ryutaro ke arahnya, lidah Ryutaro kan jauh lebih tajam dibanding pedang mana pun”Yuya melirik Ryutaro.

“enak saja,aset Jhonny Entertainment yang berharga sepertiku akan dijadikan tumbal” gerutu Ryutaro.

“cepat, buka pintunya”desak Inoo yang bulu kuduknya mulai merinding.

KKKRREEEEKKK, Yuya membuka pintu dan CCLLLLLLIIIIIIIIKKKK,,,, CCTTTTTTTAAAAAAARRRRRRRRRRR.. kilat saling menyambar dengan petir.

“cahaya yang kau kira paparazi itu adalah kilat, BAKKKAA,” Yuya kesal dan mendorong kepala Hikaru,”sampai Obama gondrong pun akan tetap berwarna putih dan bisa menembus kaca”
.
.
.
.
.
.
.
.
Udah dulu yee, Author undur diri ^^v

Kita sambung di lain kesempatan, tetapi jika kalian tidak ingin fanfiction nista ini dilanjutkan maka dengan senang hati Author akan menghentikan kenistaan ini.

No comments:

Post a Comment