NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, January 31, 2013

[Fanfiction] ENEMY BECOME BESTFRIEND


Enemi Become Bestfriend
 
Title                                        : Enemy Become Bestfriend

Categories                           : Oneshoot
Genre                                     : Friendship, family
Rating                                    : General
Theme Song                        : Tsunagu te to (Hands and Connect)
Author                                   : Eka Darmayanthi
Alamat                                   : Banjar Kuwum, Gang Bangau no 22, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung-BALI
Umur                                      : 20 tahun
 
Alasan mengikuti lomba   : Untuk merayakan ulangtahun Chinen Yuri yang ke 19 dan menyalurkan hobi dalam bidang menulis. 
 
Cast                                       : all Hey! Say! JUMP! Member
 
 
1.      Chinen Yuri
2.      Nakajima Yuto
3.      Yamada Ryosuke
4.      Okamoto Keito
5.      Arioka Daiki
6.      Yaotome Hikaru
7.      Inoo Kei
8.      Takaki Yuya
9.      Yabu Kota

Synosis / quote :
Yuto hanya mendesah pelan. “Aku cuma nggak mau ada yang berpikiran buruk tentang Chinen. Aku nggak mau nantinya sahabatku direndahkan oleh kalian, geng BEST.” Yamada hanya tertawa mendengar itu, “Aku nggak akan merendahkan orang hanya karena itu. Lagipula aku menganggap Chinen dan juga SEVEN adalah rival terbesarku. Mungkin karena itu juga kita bermusuhan.” Balas Yamada santai..
 
 
***
 
 
“Kau benar-benar keterlaluan! Jangan bicara yang bukan-bukan tentang Chinen!” teriak seorang anak laki-laki berumur 16 tahun yang bernama Nakajima Yuto, sambil melayangkan sebuah pukulan keras pada lawan bicara yang juga seumuran dengannya. Lawan bicaranya yaitu Okamoto Keito tidak terima karena dirinya dipukul dan dia membalas pukulan Yuto. Perkelahian pun tidak dapat dihindarkan dan beberapa anak perempuan yang berdiri di lorong sekolah yang melihat perkelahian itupun tidak dapat berbuat apa-apa. Kerumunan pun semakin banyak, melibatkan beberapa siswa pria yang juga melihat, tapi mereka juga tidak bisa bertindak karena perkelahian di depan mereka ini melibatkan dua orang dari dua geng yang sangat berkuasa di sekolah mereka, Horikoshi Gakuen. 
 
Tiba-tiba dari dua arah yang berlawanan, kerumunan itu dipecahkan oleh dua orang anak laki-laki yang berbeda. “YAMETE!” teriak keduanya hampir bersamaan, dan seketika itu juga kerumunan siswa yang tadinya berisik itupun terdiam. Perkelahian antara Yuto dan Keito pun terhenti, dengan Keito memegang kerah seragam Yuto. Perlahan kerumunan siswa dan siswi sekolah itupun memberi jalan bagi dua eksistensi yang baru datang setelah mengetahui siapa mereka. Dua eksistensi itupun berjalan ke tengah-tengah kerumunan, dan mereka saling berhadap-hadapan, sama-sama melancarkan tatapan sinis ke arah lawan bicara.
 
“Yuto, hentikan saja perkelahian ini. Ada beberapa sensei yang datang, jangan sampai kau dihukum karena ulah konyol anggota BEST itu.” Kata eksistensi pertama, yang bernama Chinen Yuri, tanpa mengalihkan pandangan dari lawan bicaranya yang sudah menatapnya sinis. Lawan bicaranya itu adalah Yamada Ryosuke. Yuto pun segera melepaskan tangan Keito yang masih memegang kerah seragamnya dan segera berjalan ke samping Chinen. 
 
“Keito, jangan habiskan waktumu untuk meladeni perbuatan anggota SEVEN.” Kata Yamada, yang juga tidak mengalihkan pandangannya dari sosok Chinen Yuri. Keito juga berjalan ke samping Yamada, sambil mengelap bibirnya yang sedikit berdarah karena pukulan Yuto tadi. Yamada dan juga Chinen saling melancarkan tatapan sinis mereka untuk yang terakhir kali, lalu mereka berdua pun meninggalkan kerumunan itu. Sementara itu para siswi yang melihat adegan itu hanya bisa meleleh karena karisma dari dua orang cowok yang muncul itu, Chinen Yuri dan Yamada Ryosuke. Perkelahian pun dapat dihentikan, dan perlahan kerumunan siswa-siswi itu membubarkan diri untuk melanjutkan waktu istirahat siang mereka.
 
Begitulah secuil dari sekian banyak kejadian pertentangan dari dua geng yang berkuasa di Horikoshi Gakuen, yaitu BEST dan SEVEN. Sebenarnya Horikoshi Gakuen melarang keras jika ada siswanya yang bermusuhan apalagi sampai berkelahi, tapi anggota dari kedua geng tadi sangat pintar menyembunyikannya dari para guru jika ada kejadian seperti tadi. Ditambah lagi karena tidak ada siswa yang melaporkan pada guru jika terjadi perkelahian antara kedua geng itu, karena semua siswa dan siswi hormat dan juga respek pada pemimpin kedua geng tersebut, Yamada Ryosuke dan juga Chinen Yuri.
 
Yamada Ryosuke adalah pemimpin geng BEST yang terdiri dari 5 orang cowok tampan, pintar dan kaya. Dia bersahabat karib dengan keempat temannya yaitu Okamoto Keito yang sekelas dengannya di kelas 1-D, dan juga ketiga senpainya dari kelas 3-D yaitu Daiki Arioka, Inoo Kei dan Yuya Takaki. Sedangkan Chinen Yuri yang juga berada di kelas 1-D adalah pemimpin geng Seven yang terdiri dari 4 orang cowok yang juga sama-sama tampan, pintar dan kaya. Sama juga seperti Yamada, Chinen juga bersahabat dengan ketiga teman gengnya itu yaitu Nakajima Yuto yang juga di kelas 1-D, Hikaru Yaotome dan Yabu Kota dari kelas 3-D. Sebenarnya kedua geng ini akan menjadi geng yang sempurna kalau saja mereka tidak bermusuhan dan disatukan, ditambah lagi mereka banyak diidolakan oleh siswi-siswi Horikoshi Gakuen dan juga dari siswi sekolah lain di kota Tokyo, Jepang. Sayangnya hal itu tidak terjadi karena kedua geng ini bermusuhan sejak masing-masing pemimpinnya menginjak Horikoshi. 
 
Sebenarnya mereka bermusuhan karena hal yang sepele, karena keadaan yang disebut dengan salah paham. Waktu itu saat upacara pembukaan ajaran tahun baru, Yamada dan Chinen sama-sama di antar dengan mobil dan karena mereka menyuruh sang sopir ngebut agar tidak terlambat, terjadilah tabrakan kecil di depan gerbang Horikoshi. Mobil mereka berdua saling menabrak, walaupun tidak parah. Yamada dan Chinen pun sempat adu mulut karena sama-sama mengaku benar, dan ujungnya mereka berdua terlambat juga. Akhirnya mereka pun dihukum dan karena sama-sama tidak mau mengalah, tidak ada yang mau meminta maaf dan mereka pun bermusuhan sampai sekarang.
 
Kepala sekolah dan guru-guru Horikoshi sebenarnya tahu apa yang terjadi dengan kedua geng itu. Tapi mereka pura-pura menutup mata, karena tidak dapat dipungkiri Chinen Yuri adalah anak pemilik sekolah sedangkan Yamada Ryosuke adalah calon penerus Meiji Company yang paling banyak memberikan sumbangan untuk Horikoshi. Belum lagi prestasi anggota kedua geng itu yang bisa dibilang sangat bagus. Secara berurutan Chinen Yuri, Yamada Ryosuke, Yuto Nakajima dan Okamoto Keito menempati peringkat 4 besar saat ujian masuk yang ditempatkan dalam satu kelas di 1-D. Sedangkan secara berurutan Inoo Kei, Yabu Kota, Hikaru Yaotome, Daiki Arioka dan Takaki Yuya menempati peringkat 5 besar di seantero siswa kelas 3 di Horikoshi. Tentu saja dengan asset seperti itu kepala sekolah dan juga guru-guru nggak bisa mengeluarkan kesembilan cowok itu sembarangan.
 
Siang ini pun masing-masing anggota BEST dan SEVEN berada di markas mereka. Maksudnya markas disini ya rumah pemimpin geng mereka.
Markas BEST (rumah Yamada)
 
“Aku nggak habis pikir sama si Yuto itu. Aku cuma nggak sengaja menyenggolnya dia langsung marah begitu.” Omel Keito sambil menempelkan es batu di pipinya yang tadi kena pukul. Inoo yang lagi asyik baca buku cuma menoleh sekilas lalu melanjutkan bacaannya yang super tebal itu. Sedangkan Yuya dan Daiki yang lagi asyik main PS tidak menghiraukannya. “Aku nggak ngerti, apa hebatnya si Chinen sampai Yuto rela membelanya mati-matian begitu.” Tambah Keito lagi. Yamada yang baru saja mengambil jus kaleng dari kulkas di kamarnya, melemparkan jus itu pada Keito yang refleks menangkapnya. “Tenangkan dirimu, cuma buang-buang waktu berurusan dengan mereka.” kata Yamada kalem. Inoo yang sudah selesai membaca buku, iseng memukul kepala Yamada. “Aaahh, iittaaii!” seru Yamada sambil memegang kepalanya, dan langsung menoleh menatap Inoo. “Inoo-chan kenapa sih? Kenapa kepalaku dipukul?” 
 
“Dasar Yama-chan baka. Kau menyuruh Keito tenangkan diri, sementara kau sendiri masih bersaing dan berantem sama Chinen.” Kata Inoo datar. Yamada yang nggak terima pun protes, “Kau juga Inoo-chan. Kau sendiri bersaing dengan Yabu senpai dalam hal akademik kan!” 
 
“Itu masih lebih baik, Daiki juga masih sering berkelahi sama Hikaru!” kata Inoo, membawa-bawa Daiki. Daiki yang asyik main PS pun menoleh karena namanya disebut, “Kenapa namaku juga dibawa-bawa? Kita semua kan memang sering berkelahi sama SEVEN.” Protes Daiki. Yuya yang kesal karena Daiki melupakan permainannya pun menengahi mereka, “Sudah-sudah. Jangan lanjutkan lagi! Semua sama-sama bermusuhan dengan SEVEN. Nggak perlu di tekankan lagi dong.” Katanya. Yuya sebenarnya lelah juga kalau harus berdebat lagi sampai disini. Keempat temannya pun diam. Walaupun Yamada adalah pemimpin di sana, tapi kalau menyangkut kedewasaan berpikir, Yuyalah yang paling dewasa di antara mereka. Mereka pun akhirnya diam dan melanjutkan aktifitas masing-masing.
Sementara itu di markas SEVEN (rumah Chinen)
 
“Chii, tolong bantu aku menempelkan plester ini dong.” Kata Yuto. Chinen pun membantu sahabatnya itu menempelkan plester di mukanya yang tadi dipukul oleh Keito. Setelah selesai, Chinen lalu menekan intercom di kamarnya dan menyuruh pembantunya untuk membawakan 4 minuman ke kamar. Dilihatnya dua sahabatnya yang lain, Yabu dan Hikaru sedang asyik memainkan gitar mereka mencoba nada-nada baru. Yabu dan Hikaru memang senang menciptakan lagu yang diiringi oleh permainan gitar mereka sendiri. 
 
“Sebenarnya aku malas berurusan dengan anggota BEST itu. Tapi kenapa mereka selalu cari gara-gara dengan kita?” keluh Chinen. “Aku ingin kita pindah kelas, supaya nggak sekelas dengan Yamada dan Keito itu.” Tambahnya lagi. Hikaru yang mendengar itupun mendongak, “Aku setuju sekali dengan usulmu itu Chii. Aku kadang kesal sekali harus sekelas dengan Inoo yang sok pintar, dan Yuya dan Daiki yang sok cakep itu.” Kata Hikaru. Chinen pun tertawa mendengar Hikaru mengatakan ejekan tentang Inoo, Yuya dan Daiki. Tiba-tiba pintu kamar Chinen diketuk, dan pembantunya pun masuk.
 
“Tuan muda, tadi ada pesan dari orangtua anda. Mereka mengatakan akhir minggu ini belum bisa pulang karena urusan mendadak di Australia. Lalu Nona muda juga berpesan tidak bisa pulang karena dirumah sakitnya sedang banyak pasien.” Kata pria yang berumur separuh baya itu. Chinen pun hanya mengangguk, lalu menyuruhnya keluar kamar. Cowok kawaii ini pun hanya mendesah pelan. “Selalu saja seperti itu.” Gumamnya. Yabu yang melihat itupun hanya terdiam sebentar, sementara yang lainnya hanya saling pandang.
 
Tiba-tiba Hikaru berseru, “YOSSHH, kalau begitu, akhir minggu ini kita menginap di rumah Chii. Bagaimana minna? Kalian setuju?” 
 
Yang lain pun mengangguk dan menyetujui usulan itu. Chinen hanya tersenyum melihat teman-temannya. “Arigato, minna.” Katanya.
 
***
 
KRIIINGG, bel jam istirahat pertama pun berbunyi. Semua penghuni di kelas 1-D pun membereskan buku mereka, dan bersiap untuk ke kantin. Sebelum semuanya pergi, Nakamura sensei memberikan pengumuman. “Untuk Nakajima-kun, Yamada-kun, Chinen-kun dan juga Keito-kun tolong temui kepala sekolah ya. Ada yang ingin dibicarakannya dengan kalian.” Lalu keempat orang tadi pun segera menuju ruang kepala sekolah dalam diam. Sampai di depan pintu, Chinen mengetuk pintu dan terdengar jawaban menyuruh mereka masuk. Ternyata di dalam sudah ada senpai mereka, yaitu Yabu, Yuya, Inoo, Hikaru dan juga Daiki. Tiba-tiba Chinen merasakan firasat tak enak karena mereka dikumpulkan begini. 
 
“Bagus, semuanya sudah lengkap berkumpul. Kalian sengaja saya kumpulkan karena kalian akan bekerja dalam satu tim mewakili sekolah untuk olimpiade akademik.” Kata kepsek mereka. Kesembilan pemuda yang ada di depannya itupun kontan terkejut. Bayangkan saja, dua geng yang selama ini musuhan sekarang harus kerjasama?
 
Muri! Itu nggak mungkin kan pak? Kenapa kami harus dijadikan satu tim? Kenapa nggak dipisah saja?” protes Hikaru. Lelaki tua di depan mereka yang bernama Johny Kitagawa itu hanya tersenyum penuh arti. “Jelas kalian harus satu tim, karena kemampuan kalian jika digabung akan membuat sekolah kita menang. Dan tidak ada penolakan, kalau ada yang menolak aku akan memanggil dan bicara dengan orangtua kalian.” Katanya tegas dan jelas, membuat Sembilan cowok itu diam dan nggak bisa membantah.
 
“Oh iya, kalian bisa mulai latihan mulai besok dan kalian diijinkan menggunakan semua fasilitas sekolah untuk belajar. Sekarang kalian bisa kembali ke kelas” Tambah kepala sekolah mereka.  kesembilan pemuda itupun berjalan lesu dan kembali ke kelas masing-masing. 
 
Saat ini anggota geng BEST dan SEVEN berkumpul di perpustakaan. Mereka masih diam, belum ada yang berbicara, sampai akhirnya Yabu memulai pembicaraan. “Untuk sementara sampai lomba ini selesai, kita kesampingkan dulu permusuhan kita, karena saat ini kita membawa nama baik Horikoshi.” Katanya tegas. Chinen dan Yamada hendak protes, tapi tiba-tiba Inoo menyetujui, “Yabu-kun benar. Permusuhan ditangguhkan untuk sementara.” Selain Yamada dan Chinen, Yabu dan Inoo juga berpengaruh di antara kedua geng itu. “Dan aku rasa kita juga harus belajar saat dirumah agar lebih intensif. Kalian mau belajar dirumah siapa?”  tambah Inoo mengusulkan. 
 
“Di rumah Chinen saja. Disana lebih enak dan nyaman,” kata Yuto sambil memandang Chinen. Tapi sekarang Daiki yang protes, “Kau kira kami mau belajar di markas SEVEN? Rumah Yamada juga tidak kalah nyamannya seperti rumah Chinen! Dirumah Yamada saja.” 
 
Gantian Hikaru membela Yuto, “Kami juga nggak mau belajar di markas BEST! Mana mungkin kami belajar di markas musuh.” Kata Hikaru sambil memasang tampang cemberutnya. 
 
“Di rumah Yamada saja!” seru Keito
“Rumah Chinen!” balas Yuto
“Rumah Yamada!” tambah Yuya dan Daiki membela Keito
“Rumah Chinen!” seru Hikaru dan Yuto bersamaan. Mereka masih berdebat sampai petugas perpustakaan datang dan memarahi mereka. sedangkan Yabu dan Inoo hanya mendesah pelan. “Lebih baik bergantian saja.” Kata Yabu simple, dan Inoo mengangguk menyetujui. “Usul Yabu-kun bagus juga. Bergantian saja, dimulai dari rumah Yamada dulu besok jam 5 sore sampai 7 malam. Dan kalian jangan ada yang protes, karena lebih baik sekarang kita pulang.” Kata Inoo, dan dia membereskan tasnya. Yang lainnya pun tidak protes dan mengikuti Inoo untuk segera pulang.
 
Begitulah akhirnya mereka bersembilan mulai belajar bersama untuk olimpiade itu. Tapi walaupun namanya belajar bersama, mereka tetap saja masih terlihat bermusuhan. Siang ini setelah pulang sekolah mereka bersembilan memulai belajar di rumah Chinen. Akhirnya mereka pun saling menukarkan tugas masing-masing untuk diperiksa. Chinen memeriksa tugas Yamada. "Yamada, kau ini bodoh atau bagaimana sih? Rumus yang kau pakai ini salah! Bahkan siswa yang rankingnya paling rendah di sekolah pun tahu kalau ini salah. Kau ini bodoh sekali" Protes Chinen keras, yang justru membuat Keito kesal karena sahabatnya dibegitukan. "Kau kan nggak perlu bicara kasar begitu, tinggal bilang saja baik-baik!" Ucap Keito, sudah bangun dari kursinya ingin membela Yamada, tapi dia ditahan oleh Yamada. "Sudahlah Keito, jangan cepat emosi. Aku memang salah karena nggak memperhatikan soal." Ucap Yamada sambil tersenyum manis. Keito protes, "Tapi, Yama-chan.." Dan Yamada hanya melemparkan senyum agar Keito nggak kesal lagi. Akhirnya anak itupun duduk, tapi dia masih memandang Chinen sinis. Yang lainnya pun hanya melihat saja kejadian itu, dan melanjutkan belajar mereka. 
 
***
 
Yamada sedang berjalan menuju rumahnya, hari ini dia tidak dijemput sopir seperti biasa karena pulang agak terlambat dan dia nggak mau menyusahkan sopirnya. Dia terus berjalan menuju halte bus, dan dia melihat Yuto yang ingin menyebrang jalan. Saat Yuto mau menyebrang, tiba-tiba ada motor ngebut dan sepertinya nggak melihat ada yang menyebrang. Yamada yang melihat itu kontan berlari dan menarik Yuto agar tidak ditabrak motor tadi,
 
BRUKK! Tubuh Yamada dan Yuto pun menghempas pinggir jalan. “Aaahh, ittaiii..” keluh Yuto, sambil berusaha bangun. Yamada pun membantu Yuto untuk berdiri. “Yuto-kun, daijobu ka?” tanya Yamada. Yuto pun mendongak dan baru sadar kalau yang menolongnya adalah Yamada, “Aaah Yama-chan..Arigatou” kata Yuto canggung, lalu dia tersadar kalau tangan Yamada mengeluarkan darah. “Yama-chan, kau terluka.” Kata Yuto, lalu dia memberikan sapu tangannya pada anak yang telah menolongnya itu. Yamada menerima sapu tangan itu dan mengelap lukanya, “Ini hanya luka kecil saja. lebih baik kau berhati-hati Yuto. Aku duluan ya! Mata ashita!” kata Yamada, tapi Yuto mencegahnya, membuat yamada bingung. Yuto terlihat bingung dan ragu mau mengatakan sesuatu, tapi akhirnya dia bicara juga, “Kita pulang bareng.” Katanya datar dan agak canggung, dan Yamada hanya membalasnya dengan senyum dan anggukan. Mereka berdua pun akhirnya berjalan bersama menuju rumah. Saat sampai di pinggir sungai yang ada di tengah kota, tiba-tiba Yamada berhenti dan duduk ditanah. Yuto pun mengikuti cowok di depannya itu. “Gomen Yuto-kun, aku ingin refreshing sebentar di sini. Kalau kau ingin, duluan saja tidak apa.” Kata Yamada. Tapi Yuto malah duduk disamping Yamada. Yamada memandangi sungai di depannya sebentar, menutup matanya dan merasakan semilir angin yang menyentuh rambut coklatnya. Yuto  hanya memperhatikan anak yang selama ini menjadi musuhnya itu. Dalam hati Yuto berpikir kalau anak disampingnya ini tidak buruk juga, malahan sangat baik karena dia baru saja menyelamatkan Yuto.
 
“Ne, Yama-chan. Gomen atas perkataan Chii kemarin.” Kata Yuto datar, membuat Yamada membuka matanya. “Gomen karena dia sudah berkata kasar padamu.” Lanjut Yuto. 
 
“Hmm..aku tidak mempermasalahkan itu karena aku juga salah, jadi kau nggak perlu minta maaf karena itu.” Ucap Yamada, kalem. Yuto hanya mendesah pelan. “Aku cuma nggak mau ada yang berpikiran buruk tentang Chinen. Aku nggak mau nantinya sahabatku direndahkan oleh kalian, geng BEST.” Yamada hanya tertawa mendengar itu, “Aku nggak akan merendahkan orang hanya karena itu. Lagipula aku menganggap Chinen dan juga SEVEN adalah rival terbesarku. Mungkin karena itu juga kita bermusuhan.” Balas Yamada santai. Yuto memperhatikan anak di depannya ini, dia melihat kejujuran di mata Yamada, membuat Yuto tambah ingin bercerita.
 
“Kau tahu, Chinen itu anak yang baik. Walaupun dia sering berkata kasar dan arogan tapi sebenarnya dia punya hati yang lembut. Dia sangat sering membantuku. Dia melakukan itu karena sebenarnya dia sangat kesepian.” Kata Yuto tiba-tiba. Yamada melihat Yuto yang sekarang sedang memandang langit, dia tidak berkomentar sampai Yuto melanjutkan lagi, “Orangtua dan kakak perempuan Chinen selalu saja sibuk dan tidak punya waktu untuknya. Mereka selalu pergi keluar kota untuk urusan bisnis. Walaupun dari luar Chinen terlihat sempurna, dengan wajah yang kawaii dan harta yang melimpah, tapi kami sahabatnya tahu kalau dia sangat kesepian.” Lalu sepertinya Yuto tersadar kalau dia sudah bercerita banyak. “aaahh, yabai! Aku sudah bercerita yang bukan-bukan. Kalau kau sampai menyebarkan ini Yama-chan, kau habis ditanganku!” katanya, lalu memandang langit lagi.
 
Yamada hanya tersenyum mendengar itu, dia sangat mengerti apa yang dikatakan Yuto barusan. Malahan mungkin Yamada jauh lebih mengerti perasaan Chinen daripada Yuto sendiri. “Tenang saja Yuto-kun, aku bukan tipe cowok penggosip.” Kata Yamada sambil tersenyum simpul.
Sementara itu di tempat lain, waktu yang sama..
 
Keito menaruh roti dan susunya di depan meja kasir dan merogoh tasnya untuk mengambil dompet. Tapi dia tidak menemukan dompet kulit hitamnya di tas, padahal biasanya dompet itu selalu dia bawa kemana-mana, lama dia mencari dia tetap nggak menemukannya sampai pelayan kasir menatapnya. Lalu dia baru ingat kalau dia mengganti tasnya tadi pagi, dan lupa mengecek dompetnya. “Anoo..gomen..” kata Keito, berencana untuk nggak jadi belanja, tapi tiba-tiba dari belakangnya ada seseorang yang menyeruak antrian. “Berapa total belanjaannya?” tanya seorang cowok, dan Keito mengenali suara ini sebagai suara Chinen Yuri. Si pelayan pun menyebutkan totalnya dan Chinen membayarnya. Setelah itu dia mengambil roti dan susu itu, menyerahkannya pada Keito lalu berjalan keluar supermarket. Keito yang sempat kaget, berusaha mengikuti Chinen yang berjalan menuju taman. “Tunggu, Chinen-kun. Arigato na. Besok aku akan menggantinya” Kata Keito akhirnya. 
 
“Tidak usah kau ganti, anggap itu permintaan maaf karena kemarin sudah sedikit mengacaukan belajar kita.” Kata Chinen datar, lalu dia duduk di kursi taman. Keito pun ikut duduk disamping Chinen. Dia masih heran karena anak yang selama ini jadi rival dan musuhnya barusan malah menolongnya. Dilihatnya Chinen mengeluarkan roti dan susu miliknya, lalu memakannya dalam diam. Dia makan sambil sesekali tersenyum senang melihat keluarga-keluarga kecil yang bermain di taman itu. “Bahagia sekali melihat keluarga kecil seperti itu bisa berkumpul dan bercanda bersama.” Kata Chinen tiba-tiba, membuat Keito ikut memperhatikan mereka. Keito memperhatikan Chinen lagi, lalu dia berdeham.
 
“Ne, Chinen-kun. Kemarin aku kesal bukan karena kau telah mengacaukan acara belajar. Tapi aku kesal terlebih karena kau berkata kasar pada Yama-chan.” Kata Keito, membuat Chinen memandangnya. “Kalau kau berkata kasar padaku, atau pada semua anggota BEST, aku nggak mempermasalahkannya, tapi jangan lakukan itu secara personal ke Yama-chan. Aku nggak mau orang sebaik Yama-chan diperlakukan begitu. Aku nggak mau dia sakit hati, karena dia sudah cukup menderita.” Lanjut Keito.
 
Chinen bengong mendengar itu, dan sudah penasaran apa yang dimaksud Keito, tapi Keito nggak mau melanjutkan lagi. “Apa maksudmu, Keito?” tanya Chinen. Tapi Keito hanya menggeleng, “Aku nggak akan cerita lebih lanjut. Karena kau adalah rival dan musuh BEST. Nanti kau malah menyebarkan gosip yang tidak-tidak lagi.” 
 
“Baiklah kalau kau memang nggak mau cerita. Tapi kau perlu tahu satu hal, aku bukanlah tipe orang yang menggunakan kelemahan seseorang untuk menjatuhkannya. Itu adalah cara yang sangat nggak terhormat.” Ucap Chinen, lalu memandangi orang yang lalu lalang disekitar sana. Keito memikirkan perkataan Chinen barusan, dan memperhatikan anak itu lagi. Mungkin kata-kata Chinen bisa dipegang, apalagi selama ini dia memang nggak pernah menggunakan cara curang untuk menjatuhkan BEST, dan Keito memang nggak ingin Chinen menganggap Yamada sebagai seorang rendahan, karena Keito begitu menyayangi sahabatnya itu.
 
“Yamada..” kata Keito tiba-tiba, membuat Chinen menoleh padanya. “Yama-chan itu anak yang baik. Dialah yang menolongku saat usaha ayahku hampir bangkrut dulu. Dia anak yang ceria dan semangatnya tinggi sekali.  Dia memang punya segalanya, tampan, pintar, populer, kaya, berkharisma. Aku dan sahabatku yang lain bahkan kadang iri dengannya.” Kata Keito memberi jeda sebentar dan meneguk susunya. Chinen melihat ekspresi Keito tiba-tiba berubah sendu, “Tapi Yama-chan itu sangat merindukan kasih sayang orangtuanya. Dia tidak mendapat kasih sayang dan perhatian orangtua sebanyak seperti yang didapatkan anak-anak lain. Aku tahu dia sangat kesepian, makanya dia menutupinya dengan selalu ceria dan tersenyum. Karena itulah, aku nggak mau ada yang menyakiti hatinya, karena aku sayang padanya.” Kata Keito mengakhiri ceritanya. Chinen yang mendengar itu benar-benar terharu, dia sadar kalau sebenarnya Yamada sama seperti dirinya, sama-sama kesepian. Hanya saja Yamada mengekspresikannya dengan cara menjadi orang yang ceria, yang justru membuat Chinen kesal dan menjadikan Yamada rivalnya. Sebenarnya Chinen merasa simpati, tapi dia nggak mau menunjukkannya di depan Keito karena gengsi.
 
“Aku pegang janjimu untuk nggak menyebarkan ini.” Kata Keito, dan Chinen hanya mengangguk. Setelah puas berada di taman itu, akhirnya mereka pun kembali ke rumah masing-masing.
 
***
 
Sudah selama dua minggu ini anggota BEST dan SEVEN belajar bersama untuk memenangkan olimpiade akademik itu. Mereka juga sudah lolos dalam babak-babak kualifikasi yang mereka ikuti, dan mereka belajar untuk tahap final, yang hasilnya akan diumumkan pada akhir bulan November, 3 hari lagi. Perkelahian antara kedua geng pun mulai berkurang, dan walaupun mereka masih sama-sama gengsi, anggota BEST dan SEVEN sudah tidak menunjukkan aura permusuhan yang kuat seperti dulu, seperti saat waktu istirahat siang ini contohnya.
 
Chinen sedang membawa beberapa buku berat yang tadi diminta oleh Sayama sensei, saat sampai di belokan koridor ada seorang cowok yang nggak sengaja menabraknya, dan buku itu jatuh berantakan, tapi cowok itu langsung berlari begitu saja sepertinya buru-buru. Untung saat itu Yamada kebetulan lewat dan membantu Chinen.
 
"Hati-hatilah Chii, kalau sampai buku ini rusak, nanti kau dimarah oleh sensei." Kata Yamada meletakkan buku terakhir yang dipungutnya. Chinen menoleh cepat, karena dia sadar itu pertama kalinya dia dipanggil 'Chii' oleh Yamada, panggilan yang memang dia sukai karena terdengar enak dan dia merasa lebih disayang jika dipanggil begitu. "Arigato, Yamada.." Ucap Chinen pelan. 
 
"Panggil Yama-chan saja. Biar lebih gampang" Kata Yamada ceria. Lalu tiba-tiba, KLIK! Terdengar suara kamera. Ada seorang gadis yang mengambil gambar mereka berdua. Chinen mengenalinya sebagai teman seangkatannya yang beda kelas. "Waahh, ternyata Chinen-kun dan Yamada-kun kalau tidak bermusuhan dan akrab seperti itu sangat manis." Kata gadis itu. "Semoga saja kepsek terus mengikutkan kalian dalam lomba, agar kalian nggak musuhan lagi. Semua siswa pasti akan senang kalau BEST dan SEVEN bisa bersatu." Kata cewek itu manis, dan meninggalkan dua eksistensi yang masih bengong itu. Akhirnya Yamada dan Chinen pun tersadar dan salah tingkah. "Jaa, mata! Sampai ketemu saat belajar bersama nanti." Kata Yamada dan berlari meninggalkan Chinen.   
 
 Sore ini pun BEST dan SEVEN belajar lagi dirumah Chinen, karena 2 hari yang lalu sudah belajar di rumah Yamada. "Inoo-kun, tolong bantu aku mengerjakan soal yang ini." Kata Hikaru, sambil mendekati Inoo dan Inoo mulai menjelaskan soal itu pada Hikaru. Chinen hanya tersenyum melihat Hikaru, mengingat dulu dia mengejek Inoo orang yang sok pintar. Chinen melirik kalender yang ada disebelahnya. 3 hari lagi, adalah waktu pengumuman final dan saat itu tepat hari ulang tahunnya yang ke 17. Chinen ingin sekali bisa masuk final, ia ingin menunjukkannya pada orangtua dan kakaknya. Tapi mengingat kesibukan orangtuanya yang saat ini sedang keluar kota, Chinen nggak berharap banyak. Anggota BEST pun sudah tahu tentang ultah Chinen, karena anak-anak perempuan disekolah mereka sudah heboh ingin memberi kado, otomatis membuat mereka tahu.
 
 Saat itu terdengar suara mobil, ternyata itu orangtua Chinen. Sepertinya mereka kembali untuk mengambil beberapa dokumen. Chinen tersenyum melihat orangtuanya. "Kaa-san, too-san, bisakah aku bicara sebentar?" Tanya Chinen.
 
"Bisa, tapi jangan lama ya nak. Ibu dan ayah masih harus pergi lagi." Jawab ibunya, lalu ibu dan ayahnya menuju ruang kerja mereka. 
 
"Minna, kalian lanjutkan dulu ya. Aku tinggal sebentar." Kata Chinen meninggalkan yang lainnya di ruang belajar, lalu menyusul ayah dan ibunya.
 
Beberapa saat kemudian, orangtua Chinen keluar lagi. Tapi tampang mereka sepertinya kesal, dan Chinen mengikuti dari belakang dengan tampang frustasi juga. Baik Yabu, Hikaru Yuto, Yuya, Inoo, Daiki, Keito dan Yamada memperhatikan kejadian itu. "Too-san, kaa-san! Tidak bisakah kalian libur sehari saja pada tanggal 30?" Tanya Chinen. 
 
"Kami sangat sibuk Yuri, tidak bisa meninggalkan janji dengan klien. Saat itu kami ada janji penting dengan klien." Kata ayahnya, menatap putra bungsunya itu.
 
Lalu ibunya pun menambahkan, "Lagipula ada apa dengan hari itu? Kau kan harus sekolah pada saat itu. Jangan sampai kau berbuat yang aneh-aneh ya." Kata ibunya, membuat Chinen tambah diam. "Kalau tidak ada lagi yang mau kau bicarakan, ayah dan ibu mau pergi dulu. Mungkin kami baru kembali beberapa hari lagi." Kata ayahnya, lalu mengajak ibunya pergi. Chinen merasa kesal sekali dengan orangtuanya, dia sakit hati karena bahkan mereka tidak ingat dengan hari ulangtahunnya dan malah sibuk dengan pekerjaan. "Mereka itu sibuk bekerja untuk siapa sih!?" Keluh Chinen kesal, membuat 8 eksistensi Horikoshi Gakuen yang ada disana hanya bisa terdiam. Walaupun mereka tidak melihat keseluruhan kejadiannya, tapi mereka tahu apa yang sedang terjadi antara Chinen dan orangtuanya.
 
Yabu tiba-tiba menepuk pundak cowok imut yang lebih muda 2 tahun darinya itu, "Tenanglah Chii, aku yakin mereka itu sangat sayang padamu." Katanya menghibur Chinen. Tapi Chinen menghempaskan tangan senpainya itu. "Kau tidak mengerti bagaimana perasaanku!" Seru Chinen kesal, lalu dia berlari keluar. 
 
"Chii, matte!" Seru anggota SEVEN, tapi anak itu nggak memedulikan panggilan teman-temannya. Yamada yang melihat itupun segera berlari menyusul Chinen. Yabu dan Hikaru juga ingin menyusul, tapi mereka berdua dihalangi oleh Yuya. 
 
"Sebaiknya biarkan Yama-chan yang bicara pada Chinen." Kata Inoo. Yuto sudah menaikkan alisnya, pertanda nggak setuju.
 
"Kenapa begitu? Mana mau aku membiarkan Yamada yang jelas-jelas rival kita membujuk Chinen!" Protes Yuto. 
 
"Iya, nanti dia malah berkata yang aneh-aneh pada Chii." Tambah Hikaru.
Yuya sudah berdecak nggak sabar, "Saat ini yang paling mengerti perasaan Chinen hanya Yama-chan. Jadi aku yakin mereka akan baik-baik saja." Kata Yuya. Akhirnya  Hikaru menuruti kata-kata Yuya, tapi Yabu sepertinya masih penasaran. “Yuya, bisa tolong kau jelaskan maksud perkataanmu tadi? Kenapa hanya Yamada yang paling mengerti perasaan Chii? Kami ini sahabatnya!” kata cowok tinggi itu penasaran, membuat anggota SEVEN yang lain juga ikut penasaran.
 
“Benar kata Yabu. Kami ini sudah bersahabat sejak lama, jadi kamilah yang tahu persis bagaimana keadaan Chii.” Kata Yuto skeptis. Yuya jadi tambah bingung bagaimana harus menjelaskannya pada SEVEN tanpa menceritakan latar belakang Yamada. “Kami tidak bisa menjelaskannya, yang jelas kita biarkan saja Yama-chan bicara dengan Chinen.” Kata Daiki, membantu Yuya yang kebingungan, tapi anggota SEVEN tambah protes. “Tidak bisa! Ini menyangkut sahabat kami!” seru Hikaru. 
 
“Sudahlah Yuya-kun, ceritakan saja apa yang terjadi. Toh lama-lama juga mereka akan tahu.” Kata Inoo akhirnya memutuskan. 
 
“Iya, lagipula Yama-chan nggak akan keberatan jika kita menceritakan ini pada SEVEN.” Tambah Keito lagi. Akhirnya Yuya pun bercerita, dan anak-anak SEVEN mendengarkannya dengan baik. 
 
“Mungkin kalian memang sahabat Chinen, dan paling mengetahui keadaannya dari dulu. Tapi bahkan di antara kita semua, hanya Yama-chan yang paling tahu dan mengerti perasaan Chinen.” Kata Yuya. “Itu karena Yama-chan juga mengalami hal yang sama dengan Chinen.” Tambahnya lagi, membuat anggota SEVEN yang lain diam. “Jadi maksudmu, orangtua Yamada juga sama-sama sibuk seperti orangtua Chii? Dan dia juga kurang mendapat perhatian?” tanya yuto, dan keempat anggota BEST hanya mengangguk. “Tapi itu dulu, dan orangtua Yama-chan ternyata sangat menyayanginya dan begitu memperhatikannya. Sekarang Yama-chan pun tahu dan sadar kalau orangtuanya sangat sayang padanya.” Kata Yuya.
 
“Lalu dimana sisi Yamada yang juga mengalami hal yang sama seperti Chii? Jangan kalian samakan Chii dengan Yamada! Chii orang yang berbeda, dia itu anak yang kuat. Walaupun orangtuanya sibuk, dia tidak pernah terjerumus hal-hal buruk. Beda dengan Yamada yang mendapat perhatian dari orangtuanya, sebagai seorang anak dia sangat beruntung.” KataYabu panjang lebar, disertai anggukan anak SEVEN yang lain. “Kalian salah..” kata Daiki sambil tersenyum miris. “Chinen mungkin lebih beruntung. Yama-chan sama seperti Chinen, tidak bisa merasakan kasih sayang secara nyata dari orangtuanya.” Sambung Daiki. 
 
“Itu karena Yama-chan tidak akan pernah bisa bertemu dengan orangtuanya lagi, karena mereka sudah meninggal.” Lanjut Daiki pelan, yang sukses membuat mata anak-anak SEVEN melebar.
Sementara itu disaat yang bersamaan, Yamada berlari menyusul Chinen..
 
Yamada melihat Chinen yang duduk di bangku taman di kompleks rumahnya. Yamada pun berjalan perlahan mendekati anak yang sedang menutup wajahnya dengan tangan itu. Yamada juga bisa melihat sedikit butir-butir air mata jatuh dari sela-sela tangan itu. “Kau bisa saja sakit kalau diam di luar tanpa jaket dengan cuaca sedingin ini.” Kata Yamada berdiri di depan bangku yang di duduki Chinen. Chinen pun perlahan mendongak dan melihat Yamada sudah berdiri di depannya. Dengan segera dia menghapus air matanya, merasa malu juga dilihat menangis oleh rival sekaligus musuhnya ini. “Apa pedulimu!?” seru Chinen skeptis. 
 
“Tentu saja aku peduli, karena kalau kau sakit dan nanti tim kita masuk final, kita bisa saja di diskualifikasi karena kekurangan anggota. Kau juga akan merugikan yang lainnya.” Kata Yamada enteng, lalu dia pun melemparkan jaket yang refleks di tangkap oleh Chinen. Tadi Yamada memang sempat mengambil jaket sebelum menyusul Chinen, karena dia melihat anak itu berlari hanya menggunakan sweater saja. Yamada pun langsung duduk disebelah Chinen yang sedang memakai jaket yang diberikan Yamada, padahal belum diijinkan. Chinen juga merasa malas untuk berdebat, jadi dia membiarkan saja anak disebelahnya ini duduk disampingnya. “Aku mengerti bagaimana perasaanmu.” Kata Yamada pelan.
 
“Jangan banyak bicara. Tidak ada yang mengerti perasaanku. Semua orang mengatakan mengerti perasaanku, tapi mereka nggak mengalami apa yang aku alami.” Kata Chinen kesal. Yamada pun hanya tersenyum simpul mendengar kata-kata Chinen.
 
“Kau tahu, aku bukan sekedar mengerti perasaanmu. Tapi aku tahu bagaimana rasanya jadi kau, karena aku pernah berada di posisimu.” Kata Yamada, membuat Chinen menoleh padanya. Seketika Chinen teringat cerita Keito tentang masa lalu Yamada beberapa hari yang lalu, dan dia menjadi merasa nggak enak. 
 
Gomen..” kata Chinen pelan. “Gomen, aku lupa kalau orangtuamu juga sama sibuknya seperti orangtuaku.” Tambah Chinen lagi, dan Yamada memiringkan kepalanya, tanda dia bingung darimana Chinen tahu tentang itu. “Ah, kemarin Keito cerita padaku sedikit tentang kau Yama-chan. Tapi jangan marah padanya, karena aku sebenarnya sudah janji nggak akan cerita ini padamu.” Kata Chinen lagi. Yamada pun hanya tersenyum, dia memang tahu kalau beberapa hari yang lalu Keito sempat ditolong oleh Chinen karena Keito yang cerita.
 
“Itu nggak masalah. Tapi Chinen-kun, janganlah membenci orangtuamu.” Ucap Yamada. Chinen hanya mendesah pelan mendengarnya, membuat uap udara muncul dari desahannya itu. “Bagaimana aku bisa nggak benci dan kesal pada mereka, mereka begitu sibuk. Bahkan kakakku juga sibuk sekali dengan pekerjaannya di rumah sakit. Aku hanya ingin paling tidak mereka ada saat hari ulangtahunku, tapi ternyata mereka bahkan tidak mengingatnya.” Keluh Chinen. Chinen merasa aneh sekali, padahal selama ini dia selalu kesal dengan Yamada tapi entah kenapa hari ini dia begitu nyaman dan leluasa menceritakan apa yang selama ini dipendamnya. 
 
Yamada masih diam, belum berkomentar. Lalu dia memandang langit sebentar, dan berkata, “Jangan sampai kau menyesal mengatakan kau membenci orangtuamu Chii.” Katanya, dan lagi-lagi Chinen menoleh padanya senang dipanggil dengan kata ‘Chii’ Chinen hanya menunggu Yamada melanjutkan kata-katanya. 
 
“Dulu aku juga sama sepertimu. Sangat haus dengan kasih sayang, kesal dan benci sekali dengan orangtuaku yang tidak pernah punya waktu untukku. Bahkan saat aku ulangtahun pun, mereka hanya mengirimkan kartu ucapan dan belakangan aku tahu bahwa yang mengirim kartu itu adalah pembantuku, agar aku tidak sedih.” Kata Yamada. Chinen masih diam mendengarkan, dan Yamada pun melanjutkan, “Aku bahkan mengatakan pada mereka berdua aku benci dengan mereka. Aku bertengkar hebat dengan kedua orangtuaku hari itu. Ayah dan ibuku berusaha menjelaskan padaku bahwa semua yang mereka lakukan ini demi kebaikanku, tapi aku nggak mau mendengarkannya dan sangat marah pada mereka. Dan setelahnya aku sadar kalau aku sudah melakukan hal yang sangat salah melawan orangtuaku, dan benar-benar menyesali sikapku itu.”
 
“Kau kan tinggal bilang maaf pada mereka kalau kau benar-benar menyesal.” Sungut Chinen. Sementara eksistensi disebelahnya hanya tersenyum kecil.
 
“Aku juga inginnya begitu Chii. Tapi sayangnya aku nggak bisa. Aku nggak bisa mengucapkan kata maaf pada mereka walaupun sangat ingin, karena tepat hari itu mereka mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia sebelum aku sempat minta maaf.” Kata Yamada pelan. Chinen kaget mendengar cerita itu. Dia masih diam, tidak bisa berkata-kata mendengar cerita yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.
 
Yamada pun tersenyum pada Chinen. “Jadi, semasih orangtuamu ada di dunia, dan kau juga memiliki seorang kakak, sayangilah mereka. Jangan pernah membenci mereka karena mereka adalah keluargamu. Jika mereka melupakan ulangtahunmu, itu belum seberapa jika harus kehilangan mereka untuk selamanya kan?” kata Yamada, dan entah kenapa Chinen hanya mengangguk. “Jangan sampai kau juga mengalami penyesalan seperti yang aku alami dulu.” Tambahnya Yamada lagi, dan dia pun bangkit dari duduknya. 
 
“Baiklah, aku akan kembali sekarang. Kau juga cepatlah kembali, agar teman-temanmu tidak khawatir.” Kata Yamada lagi sambil tersenyum manis, dan meninggalkan Chinen yang masih menatapnya. Setelah di tinggal Yamada, Chinen pun termenung beberapa saat. Dia baru sadar apa yang dikatakan Yamada tadi benar. “Kalau aku harus kehilangan ayah, ibu dan juga kakakku, aku nggak tahu harus bagaimana.” Gumam cowok bergigi kelinci itu, pelan. Tanpa sadar, air matanya sudah jatuh. Dia sedih, sedih karena perlakuan orangtua dan kakaknya yang tidak perhatian pada dirinya. Tapi di sisi lain dia juga bahagia, karena dia merasa beruntung masih bisa melihat ayah, ibu dan juga kakaknya berbicara padanya.
 
Arigatou, Yama-chan. Kau telah mengajarkanku banyak hal.” Ucap Chinen pelan.
Sekembalinya Yamada dari taman..
 
Yamada masuk ke ruang belajar, dan dia melihat tujuh temannya yang lain masih menunggu dan tidak ada satupun dari mereka yang belajar. Melihat Yamada datang, baik Yabu, Yuto dan Hikaru langsung menghampirinya. "Bagaimana Chii? Dia baik-baik saja? Kenapa dia nggak kembali bersamamu?" Cecar Yuto. 
 
"Kalian tenang saja, dia baik-baik saja. Sebentar lagi dia pasti kembali kesini. Tapi sebelumnya, minna aku punya sebuah rencana, dan aku butuh bantuan kalian semua. Bantuan dari anggota BEST dan SEVEN." Kata Yamada, membuat 7 eksistensi yang ada di depannya menaikkan alisnya tanda bingung. Yamada pun menceritakan tentang rencananya, dan teman-temannya mengangguk-angguk mengerti.
 
"Yamada-kun, kenapa kau mau melakukan itu untuk Chii? Kita ini adalah rival lho." Kata Hikaru.
"Aku tahu itu. Tapi, aku cuma nggak mau ada yang mengalami penyesalan seperti yang aku alami dulu. Semasih hal itu bisa diperbaiki, lebih baik kita perbaiki dari sekarang kan." Jawab Yamada, membuat Yuto, Yabu, dan Hikaru diam nggak bisa berkata-kata. Lalu Yamada memandang teman-teman BESTnya. "Kalian bagaimana? Apakah kalian mau ikut membantu?"
Keito tersenyum melihat sahabat di depannya ini, "Tenang saja aku pasti akan membantu. Kami mengerti bagaimana perasaanmu kok Yama-chan." Kata Keito, dan baik Daiki, Inoo dan Yuya juga mengangguk menyetujui. Yamada tersenyum senang melihat sahabat-sahabatnya itu.
"Arigatou, Yamada-kun." Kata Hikaru canggung, dan Yamada hanya membalas dengan senyuman.
 
***
 
KRING! KRING! KRING! 
 
Alarm yang ada disamping tempat tidur Chinen berbunyi nyaring. Si empunya alarm langsung menekan tombol of di jam yang berbentuk bola itu, jadi nggak menganggu telinganya lagi. Perlahan Chinen membuka matanya, dan dia menyipit sedikit karena sinar matahari pagi yang masuk lewat celah gorden kamarnya.
 
"Aaahh, otanjoubi omedeto, Chinen-kun." Ucapnya pada diri sendiri, setelah berhasil mengumpulkan nyawanya. Chinen mendesah pelan. Hari ini tepat ulangtahunnya yang ke 17. Seperti biasa, tidak ada kejutan dirumahnya karena orangtua dan juga kakaknya saat ini pasti sedang berada entah dimana. Paling-paling nanti saat disekolah, anak-anak perempuan akan heboh memberinya kado, lalu setelah itu dia akan pergi ke karaoke bersama teman-teman SEVEN yang lain dan membuka kado-kado itu disana. 
 
"Tidak ada yang spesial." Komentar Chinen. Anak itu mengecek keitai berwarna hitamnya, dan melihat e-mail yang masuk. Disana sudah banyak e-mail dari teman-temannya disekolah dan juga anak-anak cewek di kelasnya yang mengucapkan selamat ulangtahun padanya. Dia terus mencari daftar e-mail itu, mengecek e-mail dari sahabat-sahabatnya. Tapi sampai lama dia menggulir tombol keitainya, e-mail dari 4 sahabatnya tidak ada satupun. Yang terakhir adalah e-mail dari Yuto kemarin sore yang mengatakan dia terlambat datang kerumahnya. Hanya itu, dan tidak ada e-mail baru dari mereka hari ini untuknya.
 
"Aneh. Biasanya mereka yang selalu pertama mengucapkan selamat padaku lewat e-mail." Kata Chinen lagi, sambil bangkit dari tempat tidurnya dan segera bersiap. Mungkin mereka akan mengucapkannya langsung saat nanti disekolah, pikir Chinen.
 
Chinen segera menuju Horikoshi Gakuen. Sampai disana, dia segera mencari keberadaan sahabat-sahabatnya. Pertama dia melewati koridor kelas 3-D dan melongok ke kelas itu, tapi dia nggak melihat ada Yabu dan Hikaru disana. Cuma ada Inoo, Yuya dan Daiki yang sepertinya lagi asyik bergosip entah tentang apa. Lalu dia berjalan lagi menuju kelasnya. Dia heran karena biasanya akan ada sapaan dari Yuto, tapi dia nggak melihat sosok sahabatnya yang tinggi itu. Mungkin dia belum datang, pikir Chinen. Chinen pun berjalan menuju mejanya.
 
"Yuto tidak sekolah hari ini, dia sakit." Kata Yamada, saat Chinen melewati mejanya. "Tadi barusan surat ijinnya dibawakan oleh ketua kelas kita." Tambah Yamada lagi saat melihat keheranan di wajah Chinen. Chinen pun hanya mengangguk dan segera duduk dibangkunya. Chinen menunggu dibangkunya, karena setelah ini biasanya akan ada anak-anak cewek yang memberinya kado dan mejanya akan penuh kado, membuat teman-teman cowoknya yang lain iri. Dan benar saja pikiran Chinen, karena Shida Mirai datang mendekatinya.
 
"Omedeto, Chinen-kun! Ini kado untukmu, semoga kau suka" Kata Mirai sambil menepuk bahu Chinen, lalu berjalan pergi. "Arigatou" jawab Chinen. Lalu bergantian Suzuka Ohgo memberikannya kado, dan setelah itu Umika. "Otanjoubi omedeto Chinen. Semoga kau suka kado dariku." Kata Umika sambil memberikan kadonya, dan dibalas dengan senyuman oleh Chinen. Lalu anak itupun menunggu lagi, sambil senyum-senyum sendiri berapa banyak kado yang akan diterimanya tahun ini. Teman-temannya yang lain pun bergantian mengucapkan selamat ulang tahun, tapi tidak ada lagi yang memberinya kado, terutama dari anak-anak cewek. Chinen pun tersenyum miris, karena dimejanya hanya ada 3 buah kado saja. Anak itupun menunggu sampai bel masuk, bahkan sampai jam terakhir, tapi yang datang hanya ucapan selamat saja. "Hah, mungkin tahun ini tahun untuk berhemat, jadi mereka hanya memberi ucapan saja." Pikir Chinen.
 
Chinen merasa bosan hari ini karena dia biasanya bersama Yuto, apalagi saat jam istirahat pun dia tidak melihat Yabu dan Hikaru. Kata teman-temannya sih mereka ikut pelajaran tambahan. Memang kelas 3 sedang mempersiapkan ujian nasional karena sebentar lagi akan lulus. Chinen melihat ke arah Yamada dan Keito yang sedang asyik mengobrol seru bersiap pulang, lalu tanpa sadar dia mendekat, membuat Yamada dan Keito menatapnya heran. "Doushita no, Chinen-kun?" Tanya Keito, membuat Chinen tersadar. "Aah, nandemonai." Jawab Chinen, lalu segera meninggalkan dua orang itu. 
 
"Aah, mereka asyik sekali tadi. Aku jadi iri. Andai saja kami nggak musuhan, mungkin sekarang aku bisa pulang bareng mereka." Keluh Chinen sambil berjalan. Lalu dia melihat toko buah, dan masuk ke dalamnya. Dia membeli sekantong strawberry. Dia memang suka dengan buah yang satu itu. Lalu dia pun berjalan santai kerumahnya.
"Tadaima.." Kata Chinen datar, saat masuk kerumahnya.
 
"OTANJOUBI OMEDETO CHINEN!!!!" Teriak beberapa orang, membuat Chinen kaget. Ternyata yang tadi berteriak adalah Yuto, Yabu, Hikaru yang membawa kue tart, dan juga teman-teman sekelasnya yang lain masing-masing dengan kado di tangan mereka, bahkan Yamada, Keito, Inoo, Yuya dan Daiki juga ada. Bahkan ruang tamunya sudah didekorasi untuk pesta kecil. Chinen masih bengong, sampai Yuto menarik tangannya.
 
"Kenapa kau bengong saja, ayo tiup lilinnya." Kata Yuto, dan Chinen hanya mengikuti, masih shock diberi surprise seperti itu. Semua yang ada disitu pun menyanyikan lagu happy birthday. "Ayo make a wish dan tiup lilinnya Chii." Kata Yabu. Chinen pun menatap mereka satu persatu.
 
"Minna, arigatou na." Katanya terharu, dan meniup lilin berjumlah 17 didepannya. Semuanya pun bertepuk tangan heboh, dan beberapa sudah meniup terompet. Akhirnya semuanya pun berpesta disana sampai sore, dan Chinen merasa senang karena itu. Saat sudah jam menunjukkan pukul 6 sore, teman-teman sekelas Chinen pun satu persatu pulang, sampai menyisakan Yuto, Hikaru, Yabu, dan anggota BEST. Lalu tiba-tiba Chinen ingat, "Aah, Yuto, bukannya kau sakit ya?" Tanya Chinen, yang ditanya hanya tersenyum jahil. "Sebenarnya aku nggak sakit, tapi memang ijin, supaya kau merasa kesepian hari ini disekolah dan kaget dengan surprise kami." Kata Yuto, diikuti senyum Yabu dan Hikaru. "Ini ide Hikaru" tambah Yuto lagi. Chinen hanya bisa memanyunkan bibirnya karena sudah dikerjai oleh teman-temannya.
 
"Otanjoubi omedeto Chii." Kata Yabu, Hikaru dan Yuto bersamaan, membuat Chinen tersenyum bahagia. Tidak apa walaupun orangtua dan kakaknya lupa dengan ulangtahunnya, yang penting dia masih punya sahabat-sahabatnya, pikir Chinen. Tiba-tiba Chinen ingat, lalu menoleh ke arah BEST. 
 
"Anoo, arigatou karena sudah mau ikut memeriahkan hari ini." Kata Chinen pada Yamada. Yamada hanya tersenyum, lalu dia menepuk pundak Chinen. "Chinen, kami berlima juga akan memberikan hadiah." Kata Yamada, lalu dia, Yuya dan Inoo sepertinya menyetel sesuatu di TV yang ada di ruangan itu. Kemudian Keito menyalakan TVnya. "Lihatlah ini Chii." Kata Hikaru. Sesaat Chinen bingung apa yang dilakukan oleh mereka, karena TV itu tidak menunjukkan gambar apa-apa, tapi tiba-tiba
 
"OTANJOUBI OMEDETO YURI!!" Seru ayah, ibu, dan juga kakaknya dari layar TV itu, membuat Chinen kaget. "Aa..aa, too-san, kaa-san, nee-chan..kalian.." Kata Chinen terbata-bata. Semua anggota keluarganya tersenyum padanya. Chinen tahu, itu pastilah rekaman dan bukan LIVE, tapi dia merasa semua itu seperti LIVE, melihat anggota keluarganya berkumpul dan mengucapkan selamat ulangtahun padanya.
 
"Kau mengira pasti kami melupakan ulangtahunmu kan?" Kata nee-chan sambil tertawa ringan. "Tenang saja Yuri, kami ini keluargamu. Walaupun kami ini terlihat sibuk, kami tidak mungkin lupa dengan hari penting ini. Apalagi kau itu satu-satunya adikku yang paling aku sayang." Chinen tersenyum mendengar itu. "Maaf aku tidak bisa kesana Yuri, karena rumah sakit saat ini sedang sibuk-sibuknya. Tempat paling dekat denganku sekarang memang tempat ayah dan ibu mengurus bisnis sekarang, jadi aku kesini agar aku bisa menyampaikan ucapanku padamu." Tambah nee-channya lagi sambil tertawa. 
 
"Sudah Sayaka, ibu juga ingin bicara." Kata ibunya, dan Chinen melihat sosok ibunya yang cantik tersenyum. "Yuri, kau sekarang sudah 17 tahun, sudah dewasa. Ibu senang sekali kau tumbuh menjadi anak kebanggaan kami, walaupun kami sangat sibuk. Kesibukan ini bukan karena kami tidak sayang padamu nak, tapi justru karena kami terlalu sayang padamu makanya kami tidak ingin kau kekurangan apapun." Kata ibunya sambil tersenyum bangga, dan sedikit meneteskan air mata. "Ibu jangan menangis dong." Protes kakak Chinen, dan ibunya mengusap air matanya. 
 
"Arigatou kaa-san. Aku juga sayang kau." Kata Chinen, tanpa sadar air matanya keluar. Lalu didengarnya ayahnya berdeham. Ayahnya menatap kamera lama, membuat Chinen dan yang lainnya yang ada diruangan itu penasaran apa yang akan dikatakan pria setengah baya itu.
 
"Yuri, kau anak laki-laki ayah satu-satunya." Kata ayahnya, lalu terdiam sebentar, kemudian dia melanjutkan, "Bagaimana pun kondisinya, dan apapun yang terjadi pada kita, kau harus ingat satu hal Yuri. Kau, Sayaka dan juga ibumu selalu menjadi prioritas utama ayah. Kalian bertiga adalah harta paling berharga bagiku, melebihi apapun di dunia. Ayah sangat sayang padamu, nak." Kata-kata itu sukses membuat Chinen menangis terharu sekaligus bahagia.
 
Lalu sekali lagi ayah, ibu dan juga kakaknya berkoor ria, "Otanjobi Omedeto!!" Dan akhirnya rekaman itupun selesai. Chinen menghapus air matanya. "Aku juga sangat sayang kalian." Gumam Chinen. Yabu, Hikaru, Yuto, Yuya, Inoo, Keito, Daiki dan Yamada terdiam melihat itu semua. Lalu Chinen menoleh pada kedelapan temannya. "Minna, arigatou.." Kata Chinen. "Sudah memberi hadiah paling indah dalam hidupku." Tambahnya lagi sambil tersenyum. 
 
"Ini semua ide Yama-chan." Kata Daiki. Dia yang menghubungi orangtua dan kakakmu, lalu mengirim orang untuk merekam mereka." Tambah Daiki, membuat Chinen menoleh ke arah Yamada. Dilihatnya Yamada berjalan mendekatinya dan memberikannya sebuah keitai. "Telponlah orangtua dan kakakmu, lalu minta maaflah karena kau sempat kesal dan membenci mereka." Kata Yamada sambil tersenyum, dan Chinen pun melakukan apa yang dikatakan Yamada. Chinen menelpon ibunya, dan berbicara dengannya. Yamada yang melihat itu, nggak bisa menahan air matanya dan dia berjalan keluar. Yuya, Inoo, Daiki dan Keito mengikutinya.
 
Yamada duduk dibangku taman rumah Chinen, dan masih menangis sampai keempat temannya berhasil menyusulnya. Mereka pun mendekati Yamada yang sedang menghapus air matanya itu. "Yama-chan, kau sedih?" Tanya Daiki. Yang ditanya hanya tersenyum. "Sedih? Nggak mungkin aku sedih. Aku senang, karena paling tidak aku bisa membuat seseorang nggak akan mengalami penyesalan yang sama seperti aku dulu." Jawab Yamada sedikit serak.
 
Yuya, Inoo, Daiki dan Keito hanya memeluk sahabat kecil mereka itu, untuk menenangkan hatinya. Walau tidak dikatakan pun, mereka tahu kalau Yamada teringat dengan orangtuanya, makanya anak itu menangis. "Minna, setelah ini apa yang akan kita lakukan dengan SEVEN? Kita akan tetap musuhan atau bagaimana?" Kata Yamada. Semuanya pun terdiam. Mereka sadar, walaupun dengan waktu belajar bersama yang singkat, mereka sudah merasa anak-anak SEVEN adalah teman mereka. 
 
"Sebaiknya kita tidak usah bermusuhan lagi dengan mereka. Mereka ternyata anak-anak yang baik." Komentar Yuya.
"Iya, walaupun diluarnya mereka kadang terlihat sombong, tapi mereka sangat setia dengan sahabat-sahabatnya." Tambah Inoo.
"Kalau memang mereka nggak mau menganggap kita teman, tidak apa. Yang penting kita nggak usah berkelahi lagi dengan mereka." Daiki juga ikut-ikutan.
"Hai, wakatta." Kata Yamada pelan.
"Yamada-kun!" Teriak Chinen, yang entah sejak kapan sudah muncul di taman itu bersama dengan Yabu, Yuto dan Hikaru. "Kenapa kau malah pergi tiba-tiba." Kata Chinen sambil mendekat. "Minna, sekali lagi arigatou, karena kalian sudah memberiku kejutan di hari ulangtahunku. Kalian memberiku banyak pelajaran berharga di hari istimewa ini." Kata Chinen pada anak-anak BEST dan dibalas dengan senyuman.
"Anoo, aku sudah memutuskan. Kita hentikan saja permusuhan antara BEST dan SEVEN ini. Karena menurutku ini tidak ada gunanya." Kata Chinen tiba-tiba. Baik anggota BEST dan SEVEN pun terdiam. "Menurut kalian bagaimana?" Tanya Chinen pada Yuto, Yabu dan Hikaru.
"Ya, memang sebenarnya kita musuhan dengan alasan yang sepele. Lagipula setelah aku sadari anak-anak BEST adalah anak-anak yang baik." Kata Yabu. Lalu Chinen menoleh pada Hikaru dan Yuto. "Aku nggak bisa bohong, kalau mereka memang baik." Tambah Hikaru, dan Yuto pun menyetujui. Lalu Chinen menatap Yamada, Yuya, Inoo, Daiki dan Keito.
"Teman lebih baik daripada musuh." Kata Yamada sambil tersenyum. Yuya, Inoo, Daiki dan Keito pun mengangguk dan tersenyum lebar.
"Teman?" Tanya Chinen sambil menaikkan jari kelingkingnya.
"Teman." Jawab Yamada ceria, dan mengaitkan jari kelingkingnya di jari Chinen, lalu mereka berdua pun berpelukan. Tanpa sadar Yabu, Yuya, Inoo, Hikaru, Daiki, Keito dan Yuto pun ikut berpelukan bersama mereka.
“Sahabat dan Keluarga adalah hadiah terbaik dan terindah dalam hidupku.” Kata Chinen sambil tersenyum lebar.
 
Akhirnya geng BEST dan SEVEN tidak bermusuhan lagi. Mereka tidak pernah berkelahi dan menjadi sahabat. Semua siswa Horikoshi pun senang karena duo 'penguasa' sekolah kini berteman. Chinen juga menjadi lebih sayang dengan orangtua dan kakaknya, dan tidak akan menyia-nyiakan kasih sayang mereka. Hari ulangtahun yang awalnya dia anggap sangat mengesalkan, merupakan titik awal perubahan kehidupan seorang Chinen Yuri. Otanjoubi Omedetou Chinen-kun!
***OWARI ***
 
 
Kata / pesan dari penulis : tidak selamanya musuh akan menjadi musuh seumur hidup. Adakalanya seorang musuh bisa menjadi sahabat yang dekat, dan mengajarkan pada kita banyak hal termasuk tentang keluarga. Persahabatan itu sangat indah dan begitu murni, bahkan sama indah dan murninya dengan cinta. Jadi, jagalah sahabat dan juga hubungan persahabatan, karena itu termasuk harta berharga yang dimiliki oleh manusia.
 
GLOSARIUM
Yamete : berhenti
Itai : sakit
Senpai : senior
Arigato : terimakasih
Minna : semuanya
Baka : bodoh
Muri : tidak mungkin
Daijobu ka : baik-baik saja?
Mata ashita : sampai jumpa besok
Gomen : maaf
Yabai : sial
Sensei : guru
Jaa mata : sampai jumpa
Kaa-san : panggilan untuk ibu
Too-san : panggilan untuk ayah
Nee-chan : panggilan untuk kakak perempuan
Matte : tunggu
Otanjoubi omedeto : selamat ulang tahun
Keitai : ponsel
Omedeto : selamat
Doushita no : ada apa?
Nandemonai : tidak ada apa-apa
Tadaima : aku pulang
Make a wish : buat sebuah harapan
Hai wakatta : iya, aku mengerti

No comments:

Post a Comment