君のしわと僕の心拍 (Your Wrinkles and My Heartbeat)
Categories : One
shot
Genre :
Friendship, Family, Angst, Romance
Rating : G (General)
Theme song :
K.Will – Please Don’t ; K.Will—We never Go alone
Alamat : Jl. P.
Jayakarta 46/A9, Jakarta Pusat.
Umur : 17
Years Old
Alasan mengikuti lomba : Karena saya sudah lama
tidak menulis Fanfic, dan kebetulan saat saya ingin menulis fanfic, tiba-tiba
ada yang menyelenggarakan lomba fanfic.
Cast :
1.
Chinen Yuri
2.
Tanamachi Kotomi (OC)
Disclaimers ! : The story and idea are mine,
the casts (except OC) are belongs to God and their family.
Synopsis/ Quote: “Eventhough our wrinkles
are getting more now, but also our love are getting bigger. Until this heart
beat is stop to beat now, My love to you is never end.”
***
Aku mengenalnya sejak usiaku berumur
5 tahun di daerah pengunungan Shizuoka. Aku menyebut pertemuan kami adalah
salah satu takdir yang telah ditetapkan oleh seorang ‘penulis’, tak lain adalah
Tuhan. Takdirlah yang membawanya kepadaku. Seolah-olah sudah ada benang merah
yang mengaitkan hubungan kami berdua. Dia, Tanamachi Kotomi, anak perempuan
yang baru pindah dari Tokyo. Awalnya, ia tidak begitu ramah kepada orang
sekitarnya. Mulutnya tajam selalu dianggap lucu karena pada saat itu ia berumur
3 tahun. Dua tahun lebih muda dariku tapi sudah bisa membedakan apa yang ia mau
dan tidak mau. Bagaikan seorang putri yang turun dari kerajaannya dan mulai
meninggalkan harta kekayaan di sana. Aku sangat ingin sekali untuk berbicara
kepadanya, Namun entah kapan aku bisa benar-benar bicara dengannya.
“When I was young, I thought I never be loved by someone
else,”
Suatu ketika kelinciku mati, aku
menangis terisak-isak dan tubuhku mengigil. Tak lama kemudian, seseorang
berambut hitam kelam dengan matanya bulat mendekatiku. Aku tidak sadar kalau
tangisanku sudah berhenti. Ia tersenyum kecil menanyakan ada apa dengan
kelinciku.
“Kelinciku mati,” jawabku.
Kelinciku ini sudah menjadi temanku
jika aku kesepian namanya Momo, sejak lusa kemarin ia sudah tidak napsu makan.
Aku sedih sekali. Anak perempuan itu memelukku, dan jemari kecilnya mengusapkan
kepalaku lembut. Awalnya kukira ia anak yang nakal tapi ternyata ia peduli pada
sekitarnya. Aku membalas pelukannya, dan kembali menangis.
Dibawah rintik-rintik salju, suara
kecilnya mulai terdengar olehku.
“Aku Kotomi yang ditulis dengan 3
huruf hiragana,”katanya melepaskan pelukannya.
“Aku Yuuri,” ulasku.
“Nah, Yuuri-kun, ayo kita berdoa
untuk kelincimu agar dia baik-baik saja diatas sana,” ia tersenyum.
Aku memandangnya dengan perasaan
kagum. Aku menggangguk. Sejak hari itu, Kotomi menjadi sahabatku yang paling
kusayangi walaupun umurnya lebih muda dariku tapi segala tingkahnya selalu
menunjukkan kedewasaannya, namun terkadang ia mudah menangis. Bukan karena ia
cengeng tapi karena ia punya hati yang lembut dan baik hati. Terkadang,
tingkahnya dingin dan langsung mengatakan apa yang ingin ia katakan. Sedangkan,
aku lebih terlihat tenang, walaupun aku tidak sabaran dan berbeda dengan Kotomi
yang lembut, aku lebih keras kepala.
Tetapi, kadangkala aku keras kepala,
Kotomi menghadapinya dengan sabar.
“By the time, I was with you, I realize that I
liked you”
Saat aku duduk di bangku SMP, ada
masa kita mulai menyukai lawan jenis kita. Waktu itu, aku tidak ingin jatuh
cinta kepada siapapun. Aku selalu melihat akhir dari jatuh cinta itu lebih
kearah patah hati dan itu sakit sekali. Apa itu cinta ? Walaupun aku tidak
pernah mempunyai pengalaman dalam hal bercinta, tapi aku punya definisi
sendiri. Cinta itu adalah dimana kita akan merasakan jatuh cinta, saling
menyayangi, dan patah hati. Jika kau benar-benar mencintai orang tersebut tidak
ada salahnya kalau kita melindungi mereka ? Jangan pernah membuat seseorang
patah hati, tetapi biarlah kita yang berkorban untuk mereka.
Rintik-rintik hujan membasahi
ruas-ruas jalan di pagi hari, aku melangkahkan kakiku dengan cepat dan menutupi
kepalaku dengan tasku. Tidak berapa lama kemudian, aku tidak sengaja menabrak
seseorang yang berdiri di depanku. Seorang gadis dengan seragam sekolah yang
sama denganku itu sedikit terkejut dan menoleh ke arahku.
“Yuuri-kun,”panggilnya.
“Ko…Kotomi ? Gomen,” jawabku.
“Eh ? Kamu nggak bawa payung ?”
tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku, lalu ia
menyodorkan payungnya padaku. Ia tersenyum kembali. Ah, ia sudah tumbuh
gadis yang dewasa dan memiliki rambut yang panjang. Andai kalau ia tidak
berpacaran saat ini, mungkin aku akan menyatakan perasaanku. Tapi, lagi-lagi,
aku telat selangkah. Ia berpacaran dengan seorang kakak kelas yang dia kenal
dari teman sekelasnya. Pemuda itu adalah seorang pemain basket dan seorang
primadonna sekolah.
Andai kau ditakdirkan bukan sebagai
sahabatku, tapi melainkan takdir cintaku. Aku yang sekarang ini lebih bahagia
dari sebelumnya.
“The time with you is the precious time,”
Setelah wisuda upacara SMP, Kotomi
tiba-tiba menghilang. Aku tidak tahu kemana ia pergi, padahal teman-teman
sekelasnya mencarinya untuk memberinya selamat atas mendapat nilai tertinggi
pada tahun ini. Aku mulai mencarinya dari sudut-sudut sekolah. Mungkin, ia
memberikan salam perpisahan pada bunga-bunga yang ia rawat dulu. Aku berjalan ke
dalam halaman belakang, ternyata benar ia duduk sambil memupuk tanahnya. Lalu,
ia berdiri.
“Kotomi ?” panggilku.
“Yuuri-kun ?”
“Semua orang mencarimu,” lanjutku.
“Semua orang mencarimu,” lanjutku.
“Maaf, aku membuat semuanya kuatir,”
ia tersenyum lemah, “Yuuri-kun, aku dan dia sudah putus …”
Kata-katanya sebenarnya sama sekali membuatku terkejut, karena aku tahu cepat atau lambat ia akan putus darinya. Ini bukan hal yang pertama kalinya, beberapa orang pemuda silih berganti datang menggantikan setiap posisi pemuda yang pernah bersamanya. Tidak satu pun yang bertahan di hati Kotomi. Mereka seakan-akan menginjak-injak harga dirinya dan mereka juga tidak suka jika Kotomi dekat denganku. Seharusnya, seorang pasangan itu harus saling menghargai, tetapi kenapa harus Kotomi yang mengalaminya ?
Kata-katanya sebenarnya sama sekali membuatku terkejut, karena aku tahu cepat atau lambat ia akan putus darinya. Ini bukan hal yang pertama kalinya, beberapa orang pemuda silih berganti datang menggantikan setiap posisi pemuda yang pernah bersamanya. Tidak satu pun yang bertahan di hati Kotomi. Mereka seakan-akan menginjak-injak harga dirinya dan mereka juga tidak suka jika Kotomi dekat denganku. Seharusnya, seorang pasangan itu harus saling menghargai, tetapi kenapa harus Kotomi yang mengalaminya ?
“Sudah, sudah… aku berada disisimu
kok, tenang saja, ya?” aku menariknya ke dalam pelukanku dan mengelus-elus
kepalanya, membuatnya lebih tenang.
Seperti biasa, ia akan menangis
lebih deras jika sudah dipelukkanku. Gadis ini tidak sepantasnya untuk disakiti
seperti ini, ia lembut layaknya sebuah kapas putih. Hati mudah hancur, jika
seseorang menyakitinya. Kotomi dari 3 hiragana yang artinya harpa jepang, ia
harus benar-benar dirawat.
“I will always protect your smile,”
Waktu bergulir dengan cepat, hingga
aku bertemu dengan seorang gadis yang merupakan sahabat baik dari Kotomi saat
aku menginjakkan kakiku di SMA, tampaknya gadis itu menyukaiku. Kotomi begitu
semangat dan selalu menjodohkan kami berdua. Entah apa daya tarikku pada gadis
ini, apa gadis ini bisa membantuku melupakan perasaanku terhadap Kotomi ? Aku
harus bagaimana ? Haruskah aku tetap mencintai Kotomi atau aku lebih baik
menyayanginya sebagai adikku ? Tapi ini semua membuatku sakit hati.
Di saat malam hari, kami sering
berbincang-bincang satu sama lain, beruntung kamar kami saling berdekatan. Ia
selalu tertawa saat aku membuat lelucon. Namun, entah kenapa, hari ini ia tidak
keluar ke balkonnya padahal lampunya masih menyala tapi tirai jendela
kamarnya tertutup rapat-rapat. Aku pun meraih ponselku dan meneleponnya,
terdengar bunyi ponselnya dari kamarnya. Tetapi, ia tidak mengangkatnya. Ada
apa ? Aku meneleponnya hingga 5 kali berturut-turut.
“Kotomi ?” tegurku dengan suara
pelan.
Tak lama, Ia mengeser jendela
kamarnya, matanya sembab seperti sehabis menangis. Ia mendekatiku, dan kemudian
butiran-butiran kecil itu keluar dari matanya. Suaranya serak mulai terdengar,
“Yuuri-kun… Aku harus bagaimana ? Dia menyuruhku untuk menjauhimu,”.
Mataku terbelalak karena mendengar
apa yang ia katakan barusan. Ia meraih pergelanganku dan ia kembali berkata,
“Aku tidak bisa seenaknya meninggalkanmu ! Aku ingin bersamamu, Yuuri-kun !”
Ungkapannya membuatku terkejut, “Apa
? Apa maksudmu ?”
“Yuuri-kun, aku ingin kau melihatku
seorang saja, aku tidak mau kau melihatnya atau siapapun diluar sana, tapi
tolonglah …” katanya, ia menunduk dan menangis.
Aku mengelus-elus kepalanya, apa
sudah saatnya aku mengungkapkannya ? Tampak sudah, ya ?
“Kotomi … Aku mencintaimu, Kotomi.
Aku takkan kemana-mana, aku hanya akan melihat dirimu seorang saja, boleh aku
mengisi hatimu ?” kataku dengan hati-hati.
Kotomi mendongak, yang semula raut
wajahnya bingung lambat laun berubah dengan sebuah tangisan bahagia. Ia
tersenyum senang, tetapi butiran air matanya terus mengalir saja.
“Terima kasih, Yuuri-kun…”
Sejak saat itulah perasaan kami
akhirnya menjadi satu. Kami pun menjadi sepasang kekasih sejak saat itu. Ia
menjadi kekasihku yang dimana ia akan mencintaiku sepenuh hatinya sekaligus
sahabatku yang selalu memberiku nasihat jika aku sedang terpuruk, dan juga
sebagai adikku yang bisa kumanjakan setiap hari.
“It feels like a dream, My feeling reached you”
Kami berjalin cinta hingga
bertahun-tahun, cinta kami pun disetujui oleh kedua orang tua kami hingga ke
altar pernikahan. Memang sebuah pernikahan adalah awal dari hidup kami berdua.
Aku akan terus mencintai hingga sampai tua nanti. Hanya sebuah acara pernikahan
yang sederhana, sebuah taman kecil dengan di hiasi bunga-bunga ros berwarna
pink, semua kerabat dan teman-teman dari kedua pihak sudah menunggu kedatangan
sang mempelai wanita, begitu pula denganku. Di saat, ia muncul ditengah-tengah
kami semua, para tamu berdiri dan tersenyum kearahnya.
Ia dengan baju pengantin putih
selutut dengan buket bunga ros di tangannya, sedangkan aku dengan jas pengantin
berwarna putih. Kami saling berhadapan dan mengatakan sumpah kami berdua.
“Aku, Chinen Yuuri, bersedia menjadi
suami untuk Tanamachi Kotomi…” kataku.
“Aku, Tanamachi Kotomi, bersedia
menjadi istri untuk Chinen Yuuri …” lanjut Kotomi.
“Walaupun suka duka, kaya miskin,
dan sakit maupun sehat… Kami berdua akan terus bersama selamanya …” kataku
dengan tersenyum kearahnya.
Sang pendeta yang menjadi saksi
cinta kami berdua berkata, “You may kiss the bride now,”
Kukecup bibirnya yang tipis itu
dengan lembut, perlahan tapi pasti. Sekarang dan untuk selamanya aku akan
mencintaimu, menjagamu, dan melindungi senyummu. Aku memasukkan cincinnya ke
jari manisnya, matanya mulai tergenang airmata. Ia tampak bahagia, begitu pun
dengan aku.
“Our heart is connected now,”
Sebuah hadiah istimewa yang Kotomi
berikan untukku yaitu anak kami berdua. Tangisan bayi itu membuat kami bahagia.
Perjuangan Kotomi selama 9 bulan, tidak pernah sia-sia. Aku selalu berusaha
menjaga kandungan dan kondisinya agar sang bayi lahir sempurna. Aku bahagia
bisa menjadi ayah dari anak ini. Aku mengecup dahi Kotomi dan tersenyum. Tahun
demi tahun berlalu, kami membesarkan putra kami hingga ia duduk di bangku
sarjana. Kemudian, aku merasakan betapa berartinya hidup bersama dengan Kotomi.
Ia selalu mempertahankan keutuhan dari keluarga kami bahkan membimbing putra
kami agar menjadi anak yang baik dan patuh pada orang tua. Aku tidak menyangka,
jika masa depanku akan seperti ini, begitu bahagia.
“Yuuri,” panggilnya.
Wajahnya yang dulunya begitu mulus,
tetapi kerutan keriputnya tumbuh satu persatu di wajahnya karena diikuti waktu
yang begitu panjang. Aku sama sekali tidak menyadari tentang parasnya, karena
sampai sekarang pun ia masih begitu cantik di mataku.
“Aku sangat bahagia,” katanya lagi.
“Aku tahu,” aku memeluk pinggangnya
dan mengecup dahinya. “aku juga sangat bahagia… Jika nanti kita berdua
dipisahkan, aku tidak bisa membayangkan sebanyak apa yang kita derita nantinya
? Aku tidak ingin kau meninggalkanku,”
Ia meraih pipiku dan tersenyum,
“Tidak ada yang memisahkan kita berdua, Yuuri. Hanya mautlah yang bisa
memisahkan kita berdua …”
Walaupun kematian memisahkan kami
berdua, tetapi aku lebih baik ikut bersamamu. Walaupun rambut kita tidak
sehitam dulu lagi, walaupun kita tidak setampan dan secantik dulu lagi,
walaupun daya ingat kita mulai mengurang. Semua itu tidak akan menghambat kita
berdua.
“Even Your heartbeat is low beat now”
Kesehatan Kotomi menurun dratis, ia
mulai tidak napsu makan dan lebih banyak tidur. Entah kapan ia akan benra-benar
memejamkan matanya. Aku menjaganya, hingga tidak dapat tidur dengan pulas.
Telapak tanganku memeluk telapaknya. Ia selalu tersenyum kepadaku, mengatakan
ia akan baik-baik saja. Apa itu sebuah jaminan ia akan bersamaku selama-lamanya
?
“Yuuri, aku ingin kau baca surat ini
…” ia memberikan sebuah pucuk surat.
Aku membuka suratnya, mataku
terbelalak.
Untuk Yuuri yang amat kucintai,
Yuuri, perasaanku kepadamu sudah bertumbuh saat aku masih
berumur 3 tahun dan waktu itu pertama kalinya aku bertemu denganmu, betapa
polosnya aku. Cintaku mulai menumpuk seiringnya waktu. Awalnya, aku mengira aku
hanya menyukaimu sebagai kakak beradik. Namun ternyata aku salah, kau selalu
ada untukku dan berusaha melindungi senyuman yang tidak sempurna ini. Beberapa
kali kau melihatku bersama pria lain, kau tetap tabah berada bersamaku. Kau
selalu memelukku di saat aku jatuh, kau selalu mengusap kepalaku di saat aku
butuh perhatian, kau menepuk punggungku di saat aku menangis. Kau ada setiap
aku sedang sedih maupun senang.
Saat aku tahu sahabatku menyukaimu juga, rasanya begitu
menyakitkan sekali. Aku ingin sekali melihat kau berada di sampingnya dan
bahagia. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku merasa aku begitu egois. Aku
berusaha aku tidak mengucapkan bahwa aku mencintaimu. Tapi aku lepas kontrol,
aku tidak bisa menahan perasaanku lebih lama lagi. Begitu aku luapkan isi
hatiku, kau juga mencintaiku. Tidak satu pun kata yang bisa aku ucapkan.
Bersamamu, itu adalah sesuatu memori yang begitu bahagia.
Sikap kita memang bertolak belakang, kau begitu keras kepala sedangkan aku yang
begitu sabar. Namun, semua itu bisa ditutup dengan saling mempercayai dan
saling memenuhi satu sama lain. Setiap kali kita berkelahi, aku lah yang selalu
meminta maaf padamu. Kau tahu ? Kata minta maaf itu sulit diucapkan, namun saat
kau memaafkan kesalahanku atau mengakui kesalahan yang kau perbuat itu adalah
sesuatu bermakna bagi diriku.
Manusia bisa berubah layaknya musim. Tetapi, perasaanku
kepadamu tidak akan berubah. Hingga saat kau memberikan ku sebuah cincin itu
hadiah yang sangat special. Sewaktu aku melahirkan anak pertama kita, itulah
hadiah yang bisa kuberikan kepadamu.
Cinta mungkin sebuah kata yang istilahnya sangat simple,
akan tetapi begitu bermakna. Walaupun usia kita bertambah setiap tahunnya,
begitu banyak yang terjadi di antara kita berdua, cintalah yang membuat kita
tetap kuat sampai saat ini. Cinta kita mungkin tidak sesempurna kisah dongeng
yang ada di buku-buku cerita yang pernah ku baca sebelumnya, tetapi cinta yang
penuh warna warni di setiap lembaran album yang kau simpan di lemari itu lebih
bermakna.
Yuuri,
Jika aku meninggal nanti, jangan susul aku. Biarkan kau
hidup di sini lebih lama lagi, karena walau aku meninggal nanti aku ingin masih
hidup di dalam hati mu. Biarpun aku tidak dapat di samping mu lagi, ingat apa
yang kulakukan untukmu. Sebuah kasih sayang yang tak pernah terukirkan selama
ini.
Yuuri,
Masih ingatkah kau, pertemuan kita berdua di tengah salju ?
Saat itu kau menangis karena kelincimu mati. Aku ingin kau tetap tersenyum
walaupun aku menutup mataku nanti.
Teruslah bahagia. Karena disaat kau bahagia, aku pun ikut
bahagia. Aku selalu ada di hatimu hingga nanti.
Dari,
Tanamachi Kotomi
Mataku menitikkan butiran air mata,
mataku melirikku kearah Kotomi yang terus tersenyum. Aku menangis layaknya anak
kecil, nafasku tersendat-sendat. Kotomi menyentuh pipiku dan berkata, “Jangan
menangis. Apa kau tidak bahagia bersama ku ?”
“Tentu saja, aku bahagia. Tapi ini
semua terlalu mendadak untukku, aku tidak ingin kau pergi,” jawabku.
“Jangan bilang seperti itu, Yuuri.
Aku harus pergi,” balasnya tersenyum. “Sampai sekarang pun kau begitu tampan,
aku begitu bahagia bersamamu, Yuuri. Aku mencintaimu seperti diriku sendiri…”
“Kotomi …”
Saat ia memejamkan matanya untuk
terakhir kalinya, ia menangis dan juga tersenyum. Walau ini semua menyayat
hatiku tetapi kebersamaannyalah yang bisa membuatku bisa mencintai orang lain.
Aku mengira dulu aku tak dapat mencintai siapa-siapa, tapi saat aku bertemu
dengannya semuanya berubah begitu indah.
“In the end, I still love you”
Aku menaruh bunga lily kesukaannya
di atas batu nisannya. Aku tersenyum. Terima kasih atas cinta kau berikan
padaku. Pertemuan kita berdua adalah takdir yang telah ditentukan oleh kita
berdua. Jika kita dilahirkan kembali, aku akan mencarimu lagi walaupun itu akan
menjadi 1 : 1 miliyar, namun rasa cintaku tidak akan berakhir begitu saja.
“Our wrinkles is increased now but Our heart never stop
beating,
It means our love is stronger than before”
The End
Author’s Note :
Aku mau mengucapkan
puji syukur kepada Tuhan, yang telah membimbingku bisa menyelesaikan FF ini
dengan tepat waktu. Aku mau terima kasih buat K-Will, Miyano Mamoru-sama, dan
Matsushita Yuya untuk menemani aku saat bikin FF. Terima kasih buat Akira-kun
karena sudah menginspirasikanku dan moment bersamamu itu yang bisa membuatku
menulis FF ini. Cerita ini yang terlihat datar tetapi aku ingin memberitahukan
bahwa cinta itu begitu bermakna. Even in the end, it will be broken heart.
Just smile, Maybe he / she wasn’t yours. Kau tidak tahu siapa jodohmu
nanti. Jadi, untuk menang atau kalah dalam perlombaan ini, aku serahkan kepada
juri. Terima kasih telah menyelenggarakan lomba ini, semoga Pagenya tetap
lancar. Ganbatte !! :D
Arigatou Gozaimasu.
No comments:
Post a Comment