NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, January 31, 2013

[Fanfiction] 君のしわと僕の心拍 (Your Wrinkles and My Heartbeat)


君のしわと僕の心拍  (Your Wrinkles and My Heartbeat)
 
Title                :    君のしわと僕の心拍 (Your Wrinkles and My Heartbeat)   

Categories   : One shot
Genre             : Friendship, Family, Angst, Romance
Rating            : G (General)
Theme song : K.Will – Please Don’t ; K.Will—We never Go alone
Author          :  FerinJohannes
Alamat           : Jl. P. Jayakarta 46/A9, Jakarta Pusat.
Umur              : 17 Years Old
 
Alasan mengikuti lomba : Karena saya sudah lama tidak menulis Fanfic, dan kebetulan saat saya ingin menulis fanfic, tiba-tiba ada yang menyelenggarakan lomba fanfic.

Cast             :
1.        Chinen Yuri
2.        Tanamachi Kotomi (OC)
 
Disclaimers ! : The story and idea are mine, the casts (except OC) are belongs to God and their family.
Synopsis/ Quote:  “Eventhough our wrinkles are getting more now, but also our love are getting bigger. Until this heart beat is stop to beat now, My love to you is never end.
***
Aku mengenalnya sejak usiaku berumur 5 tahun di daerah pengunungan Shizuoka. Aku menyebut pertemuan kami adalah salah satu takdir yang telah ditetapkan oleh seorang ‘penulis’, tak lain adalah Tuhan. Takdirlah yang membawanya kepadaku. Seolah-olah sudah ada benang merah yang mengaitkan hubungan kami berdua. Dia, Tanamachi Kotomi, anak perempuan yang baru pindah dari Tokyo. Awalnya, ia tidak begitu ramah kepada orang sekitarnya. Mulutnya tajam selalu dianggap lucu karena pada saat itu ia berumur 3 tahun. Dua tahun lebih muda dariku tapi sudah bisa membedakan apa yang ia mau dan tidak mau. Bagaikan seorang putri yang turun dari kerajaannya dan mulai meninggalkan harta kekayaan di sana. Aku sangat ingin sekali untuk berbicara kepadanya, Namun entah kapan aku bisa benar-benar bicara dengannya.
 
“When I was young, I thought I never be loved by someone else,”
 
Suatu ketika kelinciku mati, aku menangis terisak-isak dan tubuhku mengigil. Tak lama kemudian, seseorang berambut hitam kelam dengan matanya bulat mendekatiku. Aku tidak sadar kalau tangisanku sudah berhenti. Ia tersenyum kecil menanyakan ada apa dengan kelinciku. 
 
“Kelinciku mati,” jawabku.
 
Kelinciku ini sudah menjadi temanku jika aku kesepian namanya Momo, sejak lusa kemarin ia sudah tidak napsu makan. Aku sedih sekali. Anak perempuan itu memelukku, dan jemari kecilnya mengusapkan kepalaku lembut. Awalnya kukira ia anak yang nakal tapi ternyata ia peduli pada sekitarnya. Aku membalas pelukannya, dan kembali menangis.
 
Dibawah rintik-rintik salju, suara kecilnya mulai terdengar olehku.
 
“Aku Kotomi yang ditulis dengan 3 huruf hiragana,”katanya melepaskan pelukannya.
“Aku Yuuri,” ulasku.
“Nah, Yuuri-kun, ayo kita berdoa untuk kelincimu agar dia baik-baik saja diatas sana,” ia tersenyum.
 
Aku memandangnya dengan perasaan kagum. Aku menggangguk. Sejak hari itu, Kotomi menjadi sahabatku yang paling kusayangi walaupun umurnya lebih muda dariku tapi segala tingkahnya selalu menunjukkan kedewasaannya, namun terkadang ia mudah menangis. Bukan karena ia cengeng tapi karena ia punya hati yang lembut dan baik hati. Terkadang, tingkahnya dingin dan langsung mengatakan apa yang ingin ia katakan. Sedangkan, aku lebih terlihat tenang, walaupun aku tidak sabaran dan berbeda dengan Kotomi yang lembut, aku lebih keras kepala. 
 
Tetapi, kadangkala aku keras kepala, Kotomi menghadapinya dengan sabar.
 
  “By the time, I was with you, I realize that I liked you”
 
Saat aku duduk di bangku SMP, ada masa kita mulai menyukai lawan jenis kita. Waktu itu, aku tidak ingin jatuh cinta kepada siapapun. Aku selalu melihat akhir dari jatuh cinta itu lebih kearah patah hati dan itu sakit sekali. Apa itu cinta ? Walaupun aku tidak pernah mempunyai pengalaman dalam hal bercinta, tapi aku punya definisi sendiri. Cinta itu adalah dimana kita akan merasakan jatuh cinta, saling menyayangi, dan patah hati. Jika kau benar-benar mencintai orang tersebut tidak ada salahnya kalau kita melindungi mereka ? Jangan pernah membuat seseorang patah hati, tetapi biarlah kita yang berkorban untuk mereka. 
 
Rintik-rintik hujan membasahi ruas-ruas jalan di pagi hari, aku melangkahkan kakiku dengan cepat dan menutupi kepalaku dengan tasku. Tidak berapa lama kemudian, aku tidak sengaja menabrak seseorang yang berdiri di depanku. Seorang gadis dengan seragam sekolah yang sama denganku itu sedikit terkejut dan menoleh ke arahku.
 
“Yuuri-kun,”panggilnya.
“Ko…Kotomi ? Gomen,” jawabku.
“Eh ? Kamu nggak bawa payung ?” tanyanya.
 
Aku menggelengkan kepalaku, lalu ia menyodorkan payungnya padaku.  Ia tersenyum kembali. Ah, ia sudah tumbuh gadis yang dewasa dan memiliki rambut yang panjang. Andai kalau ia tidak berpacaran saat ini, mungkin aku akan menyatakan perasaanku. Tapi, lagi-lagi, aku telat selangkah. Ia berpacaran dengan seorang kakak kelas yang dia kenal dari teman sekelasnya. Pemuda itu adalah seorang pemain basket dan seorang primadonna sekolah.
 
Andai kau ditakdirkan bukan sebagai sahabatku, tapi melainkan takdir cintaku. Aku yang sekarang ini lebih bahagia dari sebelumnya. 
 
 
“The time with you is the precious time,”
 
Setelah wisuda upacara SMP, Kotomi tiba-tiba menghilang. Aku tidak tahu kemana ia pergi, padahal teman-teman sekelasnya mencarinya untuk memberinya selamat atas mendapat nilai tertinggi pada tahun ini. Aku mulai mencarinya dari sudut-sudut sekolah. Mungkin, ia memberikan salam perpisahan pada bunga-bunga yang ia rawat dulu. Aku berjalan ke dalam halaman belakang, ternyata benar ia duduk sambil memupuk tanahnya. Lalu, ia berdiri.
 
“Kotomi ?” panggilku.
“Yuuri-kun ?”

“Semua orang mencarimu,” lanjutku.
“Maaf, aku membuat semuanya kuatir,” ia tersenyum lemah, “Yuuri-kun, aku dan dia sudah putus …”

Kata-katanya sebenarnya sama sekali membuatku terkejut, karena aku tahu cepat atau lambat ia akan putus darinya. Ini bukan hal yang pertama kalinya, beberapa orang pemuda silih berganti datang menggantikan setiap posisi pemuda yang pernah bersamanya. Tidak satu pun yang bertahan di hati Kotomi. Mereka seakan-akan menginjak-injak harga dirinya dan mereka juga tidak suka jika Kotomi dekat denganku. Seharusnya, seorang pasangan itu harus saling menghargai, tetapi kenapa harus Kotomi yang mengalaminya ?
 
“Sudah, sudah… aku berada disisimu kok, tenang saja, ya?” aku menariknya ke dalam pelukanku dan mengelus-elus kepalanya, membuatnya lebih tenang.
 
Seperti biasa, ia akan menangis lebih deras jika sudah dipelukkanku. Gadis ini tidak sepantasnya untuk disakiti seperti ini, ia lembut layaknya sebuah kapas putih. Hati mudah hancur, jika seseorang menyakitinya. Kotomi dari 3 hiragana yang artinya harpa jepang, ia harus benar-benar dirawat.
 
“I will always protect your smile,”
 
Waktu bergulir dengan cepat, hingga aku bertemu dengan seorang gadis yang merupakan sahabat baik dari Kotomi saat aku menginjakkan kakiku di SMA, tampaknya gadis itu menyukaiku. Kotomi begitu semangat dan selalu menjodohkan kami berdua. Entah apa daya tarikku pada gadis ini, apa gadis ini bisa membantuku melupakan perasaanku terhadap Kotomi ? Aku harus bagaimana ? Haruskah aku tetap mencintai Kotomi atau aku lebih baik menyayanginya sebagai adikku ? Tapi ini semua membuatku sakit hati.
 
Di saat malam hari, kami sering berbincang-bincang satu sama lain, beruntung kamar kami saling berdekatan. Ia selalu tertawa saat aku membuat lelucon. Namun, entah kenapa, hari ini ia tidak keluar ke balkonnya padahal  lampunya masih menyala tapi tirai jendela kamarnya tertutup rapat-rapat. Aku pun meraih ponselku dan meneleponnya, terdengar bunyi ponselnya dari kamarnya. Tetapi, ia tidak mengangkatnya. Ada apa ? Aku meneleponnya hingga 5 kali berturut-turut.
 
“Kotomi ?” tegurku dengan suara pelan.
 
Tak lama, Ia mengeser jendela kamarnya, matanya sembab seperti sehabis menangis. Ia mendekatiku, dan kemudian butiran-butiran kecil itu keluar dari matanya. Suaranya serak mulai terdengar, “Yuuri-kun… Aku harus bagaimana ? Dia menyuruhku untuk menjauhimu,”.
 
Mataku terbelalak karena mendengar apa yang ia katakan barusan. Ia meraih pergelanganku dan ia kembali berkata, “Aku tidak bisa seenaknya meninggalkanmu ! Aku ingin bersamamu, Yuuri-kun !” 
 
Ungkapannya membuatku terkejut, “Apa ? Apa maksudmu ?”
 
“Yuuri-kun, aku ingin kau melihatku seorang saja, aku tidak mau kau melihatnya atau siapapun diluar sana, tapi tolonglah …” katanya, ia menunduk dan menangis.
 
Aku mengelus-elus kepalanya, apa sudah saatnya aku mengungkapkannya ? Tampak sudah, ya ?
 
“Kotomi … Aku mencintaimu, Kotomi. Aku takkan kemana-mana, aku hanya akan melihat dirimu seorang saja, boleh aku mengisi hatimu ?” kataku dengan hati-hati.
 
Kotomi mendongak, yang semula raut wajahnya bingung lambat laun berubah dengan sebuah tangisan bahagia. Ia tersenyum senang, tetapi butiran air matanya terus mengalir saja.
 
“Terima kasih, Yuuri-kun…”
 
Sejak saat itulah perasaan kami akhirnya menjadi satu. Kami pun menjadi sepasang kekasih sejak saat itu. Ia menjadi kekasihku yang dimana ia akan mencintaiku sepenuh hatinya sekaligus sahabatku yang selalu memberiku nasihat jika aku sedang terpuruk, dan juga sebagai adikku yang bisa kumanjakan setiap hari. 
 
“It feels like a dream, My feeling reached you”
 
Kami berjalin cinta hingga bertahun-tahun, cinta kami pun disetujui oleh kedua orang tua kami hingga ke altar pernikahan. Memang sebuah pernikahan adalah awal dari hidup kami berdua. Aku akan terus mencintai hingga sampai tua nanti. Hanya sebuah acara pernikahan yang sederhana, sebuah taman kecil dengan di hiasi bunga-bunga ros berwarna pink, semua kerabat dan teman-teman dari kedua pihak sudah menunggu kedatangan sang mempelai wanita, begitu pula denganku. Di saat, ia muncul ditengah-tengah kami semua, para tamu berdiri dan tersenyum kearahnya. 
 
Ia dengan baju pengantin putih selutut dengan buket bunga ros di tangannya, sedangkan aku dengan jas pengantin berwarna putih. Kami saling berhadapan dan mengatakan sumpah kami berdua.
 
“Aku, Chinen Yuuri, bersedia menjadi suami untuk Tanamachi Kotomi…” kataku.
 
“Aku, Tanamachi Kotomi, bersedia menjadi istri untuk Chinen Yuuri …” lanjut Kotomi.
 
“Walaupun suka duka, kaya miskin, dan sakit maupun sehat… Kami berdua akan terus bersama selamanya …” kataku dengan tersenyum kearahnya.
 
Sang pendeta yang menjadi saksi cinta kami berdua berkata, “You may kiss the bride now,”
Kukecup bibirnya yang tipis itu dengan lembut, perlahan tapi pasti. Sekarang dan untuk selamanya aku akan mencintaimu, menjagamu, dan melindungi senyummu. Aku memasukkan cincinnya ke jari manisnya, matanya mulai tergenang airmata. Ia tampak bahagia, begitu pun dengan aku.
 
“Our heart is connected now,”
 
Sebuah hadiah istimewa yang Kotomi berikan untukku yaitu anak kami berdua. Tangisan bayi itu membuat kami bahagia. Perjuangan Kotomi selama 9 bulan, tidak pernah sia-sia. Aku selalu berusaha menjaga kandungan dan kondisinya agar sang bayi lahir sempurna. Aku bahagia bisa menjadi ayah dari anak ini. Aku mengecup dahi Kotomi dan tersenyum. Tahun demi tahun berlalu, kami membesarkan putra kami hingga ia duduk di bangku sarjana. Kemudian, aku merasakan betapa berartinya hidup bersama dengan Kotomi. Ia selalu mempertahankan keutuhan dari keluarga kami bahkan membimbing putra kami agar menjadi anak yang baik dan patuh pada orang tua. Aku tidak menyangka, jika masa depanku akan seperti ini, begitu bahagia. 
 
“Yuuri,” panggilnya.
 
Wajahnya yang dulunya begitu mulus, tetapi kerutan keriputnya tumbuh satu persatu di wajahnya karena diikuti waktu yang begitu panjang. Aku sama sekali tidak menyadari tentang parasnya, karena sampai sekarang pun ia masih begitu cantik di mataku.
 
“Aku sangat bahagia,” katanya lagi.
 
“Aku tahu,” aku memeluk pinggangnya dan mengecup dahinya. “aku juga sangat bahagia… Jika nanti kita berdua dipisahkan, aku tidak bisa membayangkan sebanyak apa yang kita derita nantinya ? Aku tidak ingin kau meninggalkanku,”
 
Ia meraih pipiku dan tersenyum, “Tidak ada yang memisahkan kita berdua, Yuuri. Hanya mautlah yang bisa memisahkan kita berdua …”
 
Walaupun kematian memisahkan kami berdua, tetapi aku lebih baik ikut bersamamu. Walaupun rambut kita tidak sehitam dulu lagi, walaupun kita tidak setampan dan secantik dulu lagi, walaupun daya ingat kita mulai mengurang. Semua itu tidak akan menghambat kita berdua.
 
“Even Your heartbeat is low beat now”
 
Kesehatan Kotomi menurun dratis, ia mulai tidak napsu makan dan lebih banyak tidur. Entah kapan ia akan benra-benar memejamkan matanya. Aku menjaganya, hingga tidak dapat tidur dengan pulas. Telapak tanganku memeluk telapaknya. Ia selalu tersenyum kepadaku, mengatakan ia akan baik-baik saja. Apa itu sebuah jaminan ia akan bersamaku selama-lamanya ? 
 
“Yuuri, aku ingin kau baca surat ini …” ia memberikan sebuah pucuk surat.
 
Aku membuka suratnya, mataku terbelalak.
 
Untuk Yuuri yang amat kucintai,
 
Yuuri, perasaanku kepadamu sudah bertumbuh saat aku masih berumur 3 tahun dan waktu itu pertama kalinya aku bertemu denganmu, betapa polosnya aku. Cintaku mulai menumpuk seiringnya waktu. Awalnya, aku mengira aku hanya menyukaimu sebagai kakak beradik. Namun ternyata aku salah, kau selalu ada untukku dan berusaha melindungi senyuman yang tidak sempurna ini. Beberapa kali kau melihatku bersama pria lain, kau tetap tabah berada bersamaku. Kau selalu memelukku di saat aku jatuh, kau selalu mengusap kepalaku di saat aku butuh perhatian, kau menepuk punggungku di saat aku menangis. Kau ada setiap aku sedang sedih maupun senang.
Saat aku tahu sahabatku menyukaimu juga, rasanya begitu menyakitkan sekali. Aku ingin sekali melihat kau berada di sampingnya dan bahagia. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku merasa aku begitu egois. Aku berusaha aku tidak mengucapkan bahwa aku mencintaimu. Tapi aku lepas kontrol, aku tidak bisa menahan perasaanku lebih lama lagi. Begitu aku luapkan isi hatiku, kau juga mencintaiku. Tidak satu pun kata yang bisa aku ucapkan.
 
Bersamamu, itu adalah sesuatu memori yang begitu bahagia. Sikap kita memang bertolak belakang, kau begitu keras kepala sedangkan aku yang begitu sabar. Namun, semua itu bisa ditutup dengan saling mempercayai dan saling memenuhi satu sama lain. Setiap kali kita berkelahi, aku lah yang selalu meminta maaf padamu. Kau tahu ? Kata minta maaf itu sulit diucapkan, namun saat kau memaafkan kesalahanku atau mengakui kesalahan yang kau perbuat itu adalah sesuatu bermakna bagi diriku.
Manusia bisa berubah layaknya musim. Tetapi, perasaanku kepadamu tidak akan berubah. Hingga saat kau memberikan ku sebuah cincin itu hadiah yang sangat special. Sewaktu aku melahirkan anak pertama kita, itulah hadiah yang bisa kuberikan kepadamu.
Cinta mungkin sebuah kata yang istilahnya sangat simple, akan tetapi begitu bermakna. Walaupun usia kita bertambah setiap tahunnya, begitu banyak yang terjadi di antara kita berdua, cintalah yang membuat kita tetap kuat sampai saat ini. Cinta kita mungkin tidak sesempurna kisah dongeng yang ada di buku-buku cerita yang pernah ku baca sebelumnya, tetapi cinta yang penuh warna warni di setiap lembaran album yang kau simpan di lemari itu lebih bermakna.
 
Yuuri,
 
Jika aku meninggal nanti, jangan susul aku. Biarkan kau hidup di sini lebih lama lagi, karena walau aku meninggal nanti aku ingin masih hidup di dalam hati mu. Biarpun aku tidak dapat di samping mu lagi, ingat apa yang kulakukan untukmu. Sebuah kasih sayang yang tak pernah terukirkan selama ini.
 
Yuuri,
 
Masih ingatkah kau, pertemuan kita berdua di tengah salju ? Saat itu kau menangis karena kelincimu mati. Aku ingin kau tetap tersenyum walaupun aku menutup mataku nanti.
Teruslah bahagia. Karena disaat kau bahagia, aku pun ikut bahagia. Aku selalu ada di hatimu hingga nanti.
 
Dari,
 
Tanamachi Kotomi
 
Mataku menitikkan butiran air mata, mataku melirikku kearah Kotomi yang terus tersenyum. Aku menangis layaknya anak kecil, nafasku tersendat-sendat. Kotomi menyentuh pipiku dan berkata, “Jangan menangis. Apa kau tidak bahagia bersama ku ?”
 
“Tentu saja, aku bahagia. Tapi ini semua terlalu mendadak untukku, aku tidak ingin kau pergi,” jawabku.
 
“Jangan bilang seperti itu, Yuuri. Aku harus pergi,” balasnya tersenyum. “Sampai sekarang pun kau begitu tampan, aku begitu bahagia bersamamu, Yuuri. Aku mencintaimu seperti diriku sendiri…”
 
“Kotomi …”
 
Saat ia memejamkan matanya untuk terakhir kalinya, ia menangis dan juga tersenyum. Walau ini semua menyayat hatiku tetapi kebersamaannyalah yang bisa membuatku bisa mencintai orang lain. Aku mengira dulu aku tak dapat mencintai siapa-siapa, tapi saat aku bertemu dengannya semuanya berubah begitu indah.
 
“In the end, I still love you”
 
Aku menaruh bunga lily kesukaannya di atas batu nisannya. Aku tersenyum. Terima kasih atas cinta kau berikan padaku. Pertemuan kita berdua adalah takdir yang telah ditentukan oleh kita berdua. Jika kita dilahirkan kembali, aku akan mencarimu lagi walaupun itu akan menjadi 1 : 1 miliyar, namun rasa cintaku tidak akan berakhir begitu saja.
 
“Our wrinkles is increased now but Our heart never stop beating,
 
It means our love is stronger than before”
 
 
 
 
The End
 
 
Author’s Note : 
Aku mau mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, yang telah membimbingku bisa menyelesaikan FF ini dengan tepat waktu. Aku mau terima kasih buat K-Will, Miyano Mamoru-sama, dan Matsushita Yuya untuk menemani aku saat bikin FF. Terima kasih buat Akira-kun karena sudah menginspirasikanku dan moment bersamamu itu yang bisa membuatku menulis FF ini. Cerita ini yang terlihat datar tetapi aku ingin memberitahukan bahwa cinta itu begitu bermakna. Even in the end, it will be broken heart. Just smile, Maybe he / she wasn’t yours. Kau tidak tahu siapa jodohmu nanti. Jadi, untuk menang atau kalah dalam perlombaan ini, aku serahkan kepada juri. Terima kasih telah menyelenggarakan lomba ini, semoga Pagenya tetap lancar. Ganbatte !! :D 
 
Arigatou Gozaimasu.


No comments:

Post a Comment