NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, January 31, 2013

[Fanfiction] THE WIND


The Wind

Title                : The Wind
Categories   : One Shoot
Genre             : Romance, Mystery
Rating             : General
Theme song : tomorrow's way - YUI (accoustic version)
Author            : Lucia Oktafani (oii-chan)
Alamat           : jalan menteng atas selatan 2 RT 002 Rw 12 no 12 kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. 12960
Umur : 19 tahun yo

Alasan mengikuti lomba:
1. Suka banget ngerayain ulangtahun orang lain dan memberikan sesuatu meskipun hal kecil buat birthday boy/ birthday girl nya

2. karena Chii kawai, jadi pengen nulis ff tentang dia
3. karena hadiahnya menggiurkan
(-_-)v
4. I love all member jump daisuki
 
Cast :
1.    Chinen Yuri
2.    all member Hey! Say! Jump
3.    Fujiyama Reina (OC) 
 
Disclaimer               : all cast is not mine, the story is mine
Quote                     : “terimakasih karena telah menyediakan sisa waktumu yang berharga untukku”
……………………………………………………
 
 
                Tepat pada awal musim dingin Tokyo Dome sedang sibuk hari itu. Begitu juga dengan para staff Johnny’s Entertainment dan personil Hey Say Jump. Mereka sedang mempersiapkan konser musim dingin yang rencananya akan diadakan 3 hari lagi disitu. Karena telah mendekati hari H, para personil bekerja keras berlatih menari dan bernyanyi.
 
“huaaahhh lelahnya,sudah jam 7 malam dan aku belum mengerjakan laporan wajibku di sekolah untuk besok” keluh Nakajima Yuto, salah satu personil Hey say Jump dengan badan penuh keringat.
“eh? Laporan sains maksudmu? Aku hampir lupa tentang itu. Yuto, bolehkah aku menginap nanti di rumahmu untuk mengerjakannya bersama?” yamada ryosuke yang sekelas dengan yuto memohon.
“boleh saja, tapi…. Aku agak bingung dengan beberapa soal di dalamnya. Bagaimana kalau Tanya chinen saja?” yuto melirik chinen yang sedang duduk minum sebotol penuh pocari. “hey, chii. Menginaplah di rumahku untuk mengerjakan tugas bersama.” Yuto merayu
“ah, tugas dari fukuchi sensei? Aku sudah selesai mengerjakannya. Gomen ne~” chinen tertawa. Dia memang termasuk anak yang pintar di kelasnya.
“sungguh?! Sejak kapan kau menyelesaikannya?” Ryosuke kaget.
“hahaha aku mengerjakannya saat kalian sibuk ribut tentang suster cantik yang datang ke sekolah kemarin. Karena waktu ku luang jadi kukerjakan saja” Chinen masih tertawa
“kau ini, boleh aku lihat tugasmu? Aku sangat lelah karena latihan hari ini” yuto merayu Chinen lagi.
“kenapa tidak minta bantuan inoo-chan saja? Dia kan pintar” Chinen berusaha menolaknya dengan halus. “kalau kau menyontek tugasku terus, nanti kau tidak akan pintar yuto. Kau tidak bisa selamanya bergantung padaku” Chinen menasehati
“ya, aku tahu. Uhmmm kalau begitu baiklah, biar aku konsultasi saja pada inoo-chan” yuto menyetujui.
Datang keenam personil Hey Say Jump lain dan beberapa pelayan yang membawa sejumlah makan malam untuk mereka. Kini meja makan sudah terisi penuh dengan nasi, sushi, ayam, daging babi guling, steak, salad, dan buah-buahan yang di hias cantik di meja makan mereka. Semua makanan itu khusus untuk para member yang telah bekerja keras latihan hari ini. mereka mengambil makanan kesukaan mereka masing-masing.
“hei, Chinen. Kau yakin ingin makan sebanyak itu?” Tanya Yabu pada Chinen yang membawa sebuah piring berisi nasi, daging babi guling, steak, udang, dan salad yang terisi penuh. “nanti perutmu bisa sakit”
“tidak, aku ingin makan semua ini” kata Chinen sambil melahap suapan nasi pertamanya. Chinen memang sangat suka makan. Dia ingin mencicipi semua makanan itu. Hanya saja, kebiasaan buruk Chinen adalah dia selalu menyisakan makanannya hingga ada sebagian orang yang tidak kebagian makanannya. Dan benar saja, kali ini makanannya juga tak habis.
“lihat!! Lagi-lagi kau melakukannya” Ryosuke menjitak kepala Chinen. Dia kesakitan
“hey Chinen, kalau kau hanya ingin mencicipi makanan itu saja, ambilah seperlumu. Kasihan orang yang tidak kebagian” seru Daiki pada Chinen.
“tidak apa-apa, Johnny-sama menyiapkan ini semua untuk kita kan?” Chinen menjawab omongan Daiki dengan ketus. Ia tak suka jika oranglain mengkritiknya saat dia makan.
“sudah, biarkan saja dia memang keras kepala” kata Hikaru sambil mengusap-usap kepala Chinen.
“nah, ini baru Hikaru. Dia memang selalu baik padakku. I love you Hikaru-nii” kata Chinen sambil mencontohkan adegan wanita yang mencium pacarnya. Hikaru merasa jijik dan menghindar. Semua anggota tertawa. Jam sudah menunjukan jam 8 malam dan mereka semua harus pulang.
 
Keesokan harinya mereka berlatih kembali. Sudah menjelang 2 hari konser mereka akan digelar. Waktunya mereka makan siang di sela-sela latihan mereka. Dan lagi-lagi Chinen mengulangi kebiasaan buruknya hingga Keito yang saat itu terlambat datang ke ruang makan siang karena sakit perut tidak kebagian makanan.
 
“ah, keito. Kau kemana saja? Makanannya sudah habis. Maaf” semua personil lupa dengan Keito karena keito masuk ke WC terburu-buru sehingga semua personil tak sadar ia belum mengambil jatah makan siangnya. Semua menoleh ke arah Chinen yang menyisakan setengah dari jatah makan siangnya.
“ada apa? Kenapa kalian semua melihatku?” Chinen bingun
“chinen, tak baik menyisakan makanan seperti itu. jika kau tak mau menghabiskan semuanya, kenapa tak kau ambil saja semampumu menghabiskannya? Lihat, Keito jadi tak kebagian makanan kan?” Yabu menasehati Chinen dengan dewasa.
“iya Chii, kau tak boleh seperti itu” Inoo menambahkan.
 
Chinen mulai marah, “kenapa kalian semua menyalahkanku? Keito tak mendapat makanannya karena ia terlambat. Lagipula kalau kurang, kita bisa memesannya lagi. Ini Cuma masalah sepele kan? Kenapa kalian semua jadi marah padaku?” Chinen menjawab dengan kesal .
 
Chinen diam karena agak marah. Mereka kemudian berlatih dance lagi. Saat latihan dance dimulai Chinen  beberapa kali melakukan kesalahan. Entah kenapa ia merasa hari itu sedang sangat tidak mood. Sebagian karena teman-temannya menyalahkannya hari ini karena penyakit maag Keito kambuh.
 
“Hei Chinen !! kita sudah 10 kali mengulang dance yang sama karena kesalahanmu, tolong serius sedikit.” Kata Yuya mulai kesal karena kelelahan.
“kenapa kau menyalahkanku lagi? Keito saja yang tak hadir saat latihan tak dimarahi. Sudah aku bosan, kita lanjutkan besok saja.” Chinen keluar ruangan. Ryosuke berusaha mengejarnya.
“mau kemana kau?” Ryosuke menarik tangan Chinen.
“mencari udara segar” Chinen menjawabnya dengan ketus dan kemudian pergi ke pusat kota.
 
Di tengah keraimaian, Chinen memakai jaket, topi dan kacamata hitamnya. Ia lebih suka berpakaian seperti itu agar orang tak menyadari bahwa ia seorang idola. Memang idola di jepang tak terlalu di ekspose apabila sedang berada di luar, namun Chinen masih terasa risih apabila oranglain tahu ia sedang berkeliaran apalagi saat ini Chinen sedang kesal dan ingin sendirian menenangkan pikiran.
 
“apa-apaan mereka. Cuma karena hal sepele, mereka jadi seperti itu padaku. Ini tak adil. Hanya karena makanan beberapa ribu yen, mereka tega memojokkan sahabat mereka sendiri.” Chinen berkata menggerutu sendiri di depan jembatan di tengah Tokyo. Ia melempar-lempar bebatuan kecil ke sungai di depan jembatan itu. dan tiba-tiba tersadar ada seorang wanita cantik di sampingnya. Wanita itu berambut hitam panjang, rambutnya dikuncir satu. Dia memakai kaos berwarna putih bermotif bunga dan memakai rok mini berwarna hitam. Chinen memandangi wanita yang terlihat lebih tua darinya itu. sangat cantik, begitu pikir Chinen. Chinen memang menyukai wanita yang lebih tua darinya. Dia tersenyum pada Chinen dan memberikan tangannya menawarkan untuk bersalaman. 
 
“Fujiyama Reina, Salam kenal. Kau siapa?” katanya tersenyum.
Chinen kaget. Dia tak percaya bahwa ada wanita yang tak mengenali dirinya dengan jarak sedekat ini. “Chinen Yuri, salam kenal. Kau tak mengenalku”
“hahaha aku hanya bercanda. Tentu aku tahu kau. Personil Hey Say Jump kan? Kenapa kau sendirian di sini?”
“ya, aku hanya sedang bosan pada hidupku yang datar ini.”
“eh? Kenapa? Bukankah hidupmu sangat menarik? Selalu dikelilingi para fans yang menyayangimu.”
“ya, aku …..” belum sempat meneruskan kalimatnya salah seorang fans menyadari bahwa Chinen sedang berdiri disitu, wanita itu memanggil temannya yang lain. Reina segera menarik tangan Chinen dan mengajaknya ke dalam bus.
“hey, kita mau kemana?” Tanya Chinen takut. Ia agak takut diculik memang. Mengingat penculikan terhadap artis dengan meminta sejumlah uang tebusan pada pihak management memang sedang marak terjadi di Jepang. Dan tidak sedikit pula dari kasus-kasus tersebut yang hanya sekedar dibuat-buat untuk mencari popularitas. 
 
Mereka sampai di sebuah gunung yang memiliki sawah yang sangat luas. Udara disitu sangat sejuk dan memiliki lading bunga yang sangat indah. Chinen tak tau masih ada tempat seperti itu di jepang. 
 
“jika mood ku sedang tidak bagus atau sedang bersedih, aku sering pergi kesini. Tempatnya tak jauh dari pusat kota. Dan disini banyak bunga-bunga yang jarang ditemui. Selain itu jarang kan aku kesini dengan seorang superstar seperti dirimu?” katanya sambil menghempaskan diri di ladang bunga itu.
Chinen melihat Reina dengan tersenyum. Reina terlihat sangat cantik ketika tersenyum.
“hey, lihat Chinen. Ada sepasang jangkrik.” Ia menarik tangan Chinen. Ada sepasang jangkrik yang sedang kawin rupanya. Chinen terus memperhatikan sepasang jangkrik itu. ini pertama kalinya Chinen melihat jangkrik yang sedang kawin dari dekat. Karena kesibukannya selama ini, ia hanya melihat berbagai hewan lewat televisi. Chinen memang sangat menyukai dunia hewan.
“fujiyama-kun. Sepertinya aku pernah melihatmu. Wajahmu sangat familiar. Apa kita pernah bertemu sebelumya?” Tanya Chinen
“tidak, sepertinya kau salah orang. Ini pertama kalinya aku bertemu langsung denganmu selain di televisi” kata Reina sambil memperhatikan sepasang jangkrik tadi. “kau tahu? Aku suka sekali memperhatikan hal-hal kecil seperti ini.” Reina menyambung. Kini sepasang jangkrik tadi telah selesai proses kawinnya. Tetapi setelah itu sang jangkrik jantan mati. Reina terlihat sedih.
“kenapa kau bersedih?” Tanya Chinen.
“yaa, jangkrik itu mati. Apa kau tidak merasa kasihan?”
“mengapa bersedih? Bukankah itu suatu proses alami? Ada beberapa binatang yang memang harus mati untuk meneruskan kelestarian jumlah spesiesnya dan itu memang sudah jadi tugas mereka kan?”
“ya tapi apa kau merasa ini tak adil? Terkadang aku merasa Tuhan tak adil, jangkrik ini mati sebelum ia melihat bagaimana rupa anak-anaknya. Dan apa kau pernah membayangkan bagaimana jika terlahir sebagai anaknya dan lahir tanpa tahu ayahnya seperti apa? Terlebih lagi jika kau seorang jangkrik jantan yang tahu kau harus mengorbankan nyawamu demi suatu keegoisan tujuan bersama seperti ini?”
“entahlah, bukankah itu rahasia Tuhan. Aku rasa Tuhan mempersiapkan segalanya dengan baik dan adil”
                Chinen kaget, ia lupa bahwa ia harus kembali berlatih. Entah kenapa saat ini perasaan kesalnya sudah hilang. “Fujiyama-kun. Maaf aku harus segera berlatih untuk konser besok lusa.” Chinen meminta maaf.
                “ya, pergilah Chinen. Mereka pasti mencarimu. Aku ingin beberapa saat lagi di sini.”
                “un, sampai jumpa”
                “sampai jumpa” Chinen melambaikan tangan. Ia memberhentikan bus dan entah kenapa tak sadar tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya ia sedang jatuh cinta. Karena terlalu bahagia, Chinen lupa menanyakan nomor telepon gadis tersebut namun bus sudah pergi terlalu jauh dan tak bisa berhenti. Chinen merasa bodoh sekali hari itu. ia sangat takut tak akan bisa bertemu kembali dengan gadis itu. 
 
                Sesampainya di tempat latihan, Chinen meminta maaf pada teman-temannya. Karena ia tak merasa marah lagi. Ia juga meminta maaf pada Keito. Sejak ke ladang bunga tadi entah mengapa Chinen merasa sangat tenang. Chinen masih terbayang-bayangi oleh wajah Reina. Ia seringkali tersenyum sendiri bahkan saat latihan dance Chinen sering salah melakukan gerakan lagi. Latihan menjadi agak lama karena itu. jadwal yang seharusnya selesai jam 5 sore mundur menjadi jam 6 sore waktu jepang.
 
                “hey, Chii. Hari ini kau sangat aneh” kata Ryosuke sambil menepuk bahu Chinen.
                Chinen hanya diam melamun memikirkan Reina. Ia tersenyum sendiri lagi
                “aneh kenapa Yama-chan?”
“tadi pagi kau marah pada kami bukan? Tetapi entah kenapa saat ini kau kelihatannya tidak marah lagi, bahkan senyum-senyum sendiri seperti itu.” jawab Yamada.
“hey yama-chan, aku jadi agak khawatir dengannya. Apa kita terlalu keras tadi padanya?” bisik Daiki pada Ryosuke.
                “hahaha daiki, apa kau tidak sadar. Chinen sedang jatuh cinta. J a t u h  c i n t a …” hikaru mengejanya pada Daiki dan mencubit pipinya.
                “hee? Benarkah itu Chinen?” Tanya yuto yang memang selalu ingin tahu apa yang terjadi pada anggota Jump.
                Wajah Chinen memerah. Ia hanya diam tak menjawab tetapi menggeleng-gelengkan kepala membantah pertanyaan Yuto.
                “hee wajahnya memerah!! Itu tandanya benar!!” Yabu bersorak heboh.
                “siapa? Siapa orang itu? apakah kau tadi bertemu dengan seseorang di jalan?”  Keito bertanya dengan antusias.
                “R A H A S I A” Chinen mengedipkan satu matanya dan kemudian mengambil tasnya. “aku pulang duluan ya teman-teman. Sampai jumpa lagi besok”
                “Chinen benar-benar sedang jatuh cinta ya” Inoo tertawa geli
                “yaah, jangan sampai Johnny-sama atau pihak management tau hal ini. kalau tidak bisa gawat.” Yuya menggaruk-garukkan kepalanya, mengingatkan kembali kejadian masa lalunya dulu. 
 
                Keesokan harinya Gladiresik konser diadakan. Mereka memakai kostumnya masing-masing. Chinen hanya melihat jam berharap jam makan siang cepat datang. Ia hendak pergi ke jembatan itu lagi. Memang terasa sia-sia sepertinya tetapi Chinen tetap ingin selalu bertemu dengan gadis yang lebih tua darinya itu. 30 menit kemudian jam makan siang datang. Seperti biasa para personil berkumpul di ruangan mereka yang khusus dibuat senyaman mungkin. Makanan telah siap saji tetapi Chinen sama sekali tak mengambil makanannya.
 
                “aku pergi dulu.” Katanya.
                “eh, Chii !! mau kemana kau?” Tanya Ryosuke.
                “biarkan yama-chan. Dia sedang jatuh cinta, biarkan dia pergi” Inoo menarik tangan Ryosuke.
                Chinen pergi berlari secepat mungkin ke tempat pertama kali ia bertemu Reina. Ia berdiri selama 30 menit terus menunggu dan menunggu wanita itu. Chinen sudah hampir frustasi. Ketika ia melangkah pulang Reina muncul. Senyum Chinen melebar
                “selamat siang” sapa Reina
                “selamat siang. Apa kabarmu?” Chinen ingin memeluk wanita itu karena terlalu senangnya namun ia tak mau melakukan itu. “sepertinya kau sering kesini ya? Apa rumahmu di dekat sini?”
                “tidak, aku hanya menyukai tempat ini” Reina mengaku. “bagaimana denganmu?”
                “tempat ini adalah tempat aku sering bermain bersama kakakku sewaktu kecil dulu. Ketika aku rindu kakak aku sering kesini.” Chinen menceritakan pada Reina.
                “Chinen, apa hari ini kau ingin menemaniku ke suatu tempat?”
                “eh? Kemana?”
                “ke tempat yang paling aku sukai”
 
                Chinen sebenarnya keberatan karena latihannya belum rampung. Namun ia tak mau kehilangan sekali lagi kesempatan untuk mengahbiskan waktu bersama Reina.  Ia mengirim SMS pada Ryosuke memberitahunya bahwa Chinen tiba-tiba sakit perut dan kemungkinan agak lama kembali lagi latihan. Chinen lupa bahwa besok ia mempunyai jadwal konser. Tetapi karena Reina ada di sampingnya, semua itu seolah hilang. Ia lupa dengan semua beban-bebannya saat berada di samping Reina. 
 
                Reina mengajaknya ke sebuah pantai di pinggir Kota. Di sana terlihat beberapa perahu kecil. Reina mengajak Chinen menaiki perahu itu. Chinen mendayungnya. Reina tersenyum memandanginya. 
 
                “Chinen, kau tahu anak kecil yang memakai kaos biru dengan celana hitam itu?” Reina menunjuk seorang anak kecil yang sedang bermain pasir sendirian di pinggir pantai.
                “tidak, aku tidak tahu. Memang ada  apa dengannya?”
                “dia kehilangan adik perempuannya beberapa waktu silam saat terjadi bencana tsunami itu”
                “adiknya hilang?”
                “tidak, dia dan adiknya selamat, dia bercerita padaku. Adiknya meninggal bukan karena terbawa arus. Tetapi karena kelaparan”
                “eh? Kenapa bisa?” Tanya Chinen heran.
                “pada saat itu makanan sangat sulit karena akses komunikasi dan kendaraan agak sulit. Adiknya  memang sakit kurang gizi karena mereka tak punya uang untuk membeli makanan. Setelah kejadian tsunami itu, adik anak itu sangat membutuhkan nutrisi untuk tubuhnya. Namun jiwanya tak tertolong. Sejak saat itu aku terus berfikir bahwa tiap butir nasi yang kumakan sangat berharga untuk orang-orang seperti mereka.”
                Chinen terdiam, ia malu pada Reina, apalagi mengingat kebiasaan buruknya selama ini.
                “kau tahu Chinen? Pada awalnya aku berfikir Tuhan sangat tidak adil menciptakan mereka untuk hidup seperti itu. tetapi, ketika aku melihat lebih dekat, tetang kehidupan mereka, tentang kehangatan mereka untuk saling mencintai, mengasihi, tentang perjuangan mereka untuk terus bertahan hidup. Mereka masih mempunyai cinta sebagai kekuatan untuk meneruskan hidup mereka.”
                “itu menurutmu kan? Bagaimana dengan pandangan mereka?” Chinen bertanya kagum pada Reina.
                “aku pernah bertanya pada anak itu, apa dia membenci kehidupannya. Tetapi dia menjawab ‘Tuhan mengirim kami, untuk memberitahukan dunia bahwa mereka harus selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki, Karena itu kami bahagia dengan keadaan ini. memang sulit. Tapi aku yakin. Tuhan tak pernah menjadikan ciptaan-Nya menjadi sia-sia’ . aku tak percaya kalimat itu keluar dari murid SD seperti dia yang membuatku malu saat itu. aku yang selalu mengeluh tentang kehidupanku, dan tak pernah merasa puas dengan hidupku tanpa melihat mereka yang tidak lebih beruntung dariku.
                Chinen hanya tersenyum. “kau wanita baik Reina, aku kagum padamu”
                “terimakasih.” Reina tersenyum. “hei, kau harus latihan kan? Ayo jangan membuang-buang waktumu karena aku. Banyak orang yang menunggumu.”
                “eh, tapi Reina, bolehkah kapan-kapan aku mampir ke rumahmu?”
                “boleh saja.” Reina tersenyum
                “Reina, boleh aku minta nomor teleponmu?”
                “untuk apa?”
                “hanya untuk bertukar nomor, jika ingin bertemu lagi denganmu”
                “biarkan angin takdir yang membawa kita kembali bertemu”
                “eh tapi …. “
                “sudahlah, teman-temanmu menunggumu. Aku bisa dituntut oleh Kitagawa-san nanti dengan tuduhan menculik artisnya. Ganbatte ne!! Hahaha” Reina berncanda dan mendorong Chinen ke pinggir jalan.
                “besok setelah konser, aku akan menemuimu lagi di jembatan itu, akan kutunggu kau malam setelah aku selesai konser. Karena besok adalah ulangtahunku”
 
                Reina hanya tersenyum. Chinen menaiki bus nya dan berlalu. Dia kembali bergabung dengan teman-temannya. Besok aku akan memintanya untuk menjadi pacarku, aku tak peduli apa yang akan terjadi. Chinen dengan  berani berfikir seperti itu. ia tahu apa konsekuensinya. Namun ini pertama kalinya ia merasa benar-benar hidup karena seorang wanita. Seorang wanita yang dapat membuatnya kagum, membuatnya tahu apa tujuan hidupnya, membuatnya lebih menghargai apa yang dimiliki Chinen. Dan wanita seperti itulah yang kelak akan bisa membimbingnya di masa depan. Begitu pikir Chinen.  Ia tak mau melepaskan wanita seperti itu.  walapun baru dua hari bertemu, ada sesuatu dalam diri Reina yang tak dimiliki wanita manapun yang telah ditemui Chinen selama ini. Chinen berlari ke ruang costum dan bergabung bersama teman-temannya. 
 
                “Chinen !!! darimana saja kau!!!” Tanya Ryosuke khawatir.
                “hei, kau boleh jatuh cinta dengan wanita mana saja tetapi jangan abaikan pekerjaan kita. Jaga perasaan fansmu” yuya menasehatinya. Chinen hanya mengangguk
                “tapi ngomong-ngomong, siapa wanita beruntung itu Chinen? Apa dia seorang model?” Tanya Yabu ingin tahu.
                “hahaha itu rahasia !! tolong jaga rahasia ini dari siapa-pun. Besok aku akan memintanya untuk menjadi pacarku, saat itu akan kuberitahu pada kalian nama wanita itu setelah konser selesai.”
                “kau jahat sekali, tak mau memberitahukannya pada kami.” Kata keito cemberut
                “hahaha sudahlah, apapun alasannya. Selamat ya Chinen” kata Yuya sambil menepuk bahu Chinen. Tidak hanya Yuyan, para personil satu persatu menepuk bahu Chinen member selamat padanya.
                “hei hei dia kan belum menerima pengakuanku. Jangan beri selamat. Aku takut jawabannya tak seperti yang diharapkan.”
                “hahaha, wanita mana yang mampu menolak pesona Chinen Yuri hah???” Daiki mengambil setangkai bunga mawar dan berbicara seolah pangeran dalam sebuah dongeng.
                “sudah sudah, ayo kita lanjutkan latihannya, konsernya dimulai besok” Yuto mengajak yang lain.
                “baik” mereka berdelapan menjawab serempak.
 
                Keesokan harinya konser dimulai dengan meriah di Tokyo Dome. Penampilan mereka sangat memukau, karangan bunga dan bingkisan dari fans bertebaran di ruang kostum. Chinen lah yang paling bersemangat hari itu. ia berharap Reina datang menonton konsernya atau setidaknya menontonnya di televisi. Ia ingin mempersembahkan yang terbaik untuk fansnya dan Reina tentunya. Selesai konser, mereka merayakan keberhasilan mereka bersama para staff dan pihak yang membantu keberlangsungan konser. Saat sedang mengobrol-ngobrol kedelapan personil Jump menarik Chinen ke ruang kostum yang kedap suara dan mengunci pintunya rapat-rapat. Mereka semua berkumpul di depan Chinen. Chinen kaget dan canggung.
 
                “a.. ada.. ada apa ini? kenapa kalian semua berkumpul seperti ini?”
                “ayo Chii, penuhi janjimu. Ceritakan tentang wanita yang kau sukai itu.” Yuto sangat antusias.
                “eh? Dia.. baiklah..” Chinen berdiri layaknya seorang dalang yang menceritakan kisah dongeng kepada anak kecil. Dan seperti anak kecil juga, kedelapan personil lain duduk manis di kursinya masing-masing.
                “ayo cepat ceritakan” Ryosuke tak sabar mendengar cerita Chinen.
                “dia.. aku bertemu dan berkenalan dengannya beberapa hari lalu di jembatan tengah kota. Saat aku sedang marah dan sedih, dia datang menghiburku dengan membawaku ke suatu tempat yang sangat indah. Dan akhirnya tempat itu adalah tempat rahasia kita berdua” Chinen bercerita dengan singkat.
                “waaahh.. romantis sekali Chinen !! ayo lanjutkan ceritamu” Yuyan menarik-narik tangan Chinen.
                “sakit yuya !!” Chinen memegangi tangannya. “ya, kemudian di hari kedua kami bertemu lagi di jembatan itu. padahal aku tak punya nomor teleponnya. tetapi sepertinya setiap hari dia ke tempat itu. dia bilang itu tempat favoritnya.. dia mengajakku ke sebuah pantai, dan dia mengajarkan hal-hal penting dalam hidupku. Dia seperti angin sejuk bagiku. Yang datang menghapus semua kehampaan dan keegoisan hatiku.”
                “waaahhhhhhhhh” para personil berkata serempak. Mereka heboh sekali dan terlihat senang karena teman mereka sedang jatuh cinta.
                “lalu, siapa nama gadis itu Chinen?” Tanya keito pada Chinen
                “Fujiyama Reina” Chinen menyebutnya dengan semangat. Ketika nama itu disebut Hikaru, Inoo, Yuya, dan Yabu terdiam. Mereka saling melihat.
                “Chinen, kau…. Tak salah menyebutkan nama kan?” Tanya Hikaru pelan. Semua anggota lain jadi ikut terdiam.
                “eh? Tidak… memangnya ada apa?”  Tanya Chinen heran.
                Inoo segera mengambil smart phone miliknya dan memperlihatkannya sebuah foto. Sebuah foto dari album buku tahunannya.
                “apa dia.. Fujiyama Reina yang ini Chinen?” Tanya Inoo dengan lembut
                “ah !! kenapa kau punya fotonya? Kalian kenal dengan Reina??” Chinen kaget “hahahaha jadi kalian teman Reina?! Aku senang sekali ternyata kalian kenal dia”
                Yabu, Inoo, Yuya, dan Hikaru diam, anggota lain tak mengerti apa yang mereka pikirkan .
                “anoo, Chinen. Wanita ini. aku Tanya sekali lagi, apa benar-benar dia yang beberapa hari ini menemuimu? Dan mengajakmu berjalan-jalan?” Tanya Yabu mendekati Chinen.
                “begini Chinen, sebenarnya wanita ini.. dia adalah kakak kelas dua tingkat di atas kami sehingga Daiki tak mengenalnya karena Daiki setahun di bawah kami. Dia berasal dari kelas beasiswa yang terpisah dari kelas para idol. Dia siswa yang sangat cerdas. Karena kecerdasannya dia diminta untuk memberikan tutorial belajar pada beberapa siswa di kelas idol yang tertinggal pelajaran, dan aku salah satu persertanya” cerita Hikaru pada Chinen.
                “lalu …??” Chinen mulai tegang.
                “lalu, menurut kabar, dia memiliki penyakit kanker dan beberapa bulan kemudian meninggal dunia.” Saat Hikaru meneruskan ceritanya semua orang yang ada disitu berdiri bulu kuduknya. “aku hanya menceritakan ini pada yabu, yuya, dan inoo karena mereka mengenal wanita ini dan aku sempat suka padanya. Namun aku terus menutupinya. Dia…..”
                “bohong !!! kau bohong kan?!! Kau pasti bohong?!” air mata chinen hampir keluar, ia tak mau teman-temannya melihat dia menangis. Chinen pergi keluar. Ryosuke hendak mengejarnya tetapi lagi-lagi dicegah oleh Inoo.
                “biarkan dia, Chinen sudah dewasa, dia tau apa yang dilakukannya” kata Inoo tegas.
                “tapi … “ ryosuke sangat khawatir pada Chinen.
                “tetapi aku heran, kenapa wanita yang sudah tidak ada lagi di dunia ini bisa ada di hadapan Chinen bahkan mengajaknya berjalan-jalan?” Tanya Yabu heran.
“dia… sangat menyukai Chinen. Dia fans Chinen dari kecil.” Hikaru menjawab pertanyaan Yabu dengan wajah sedih. Dia segera menyusul Chinen.……………………………..
 
                Kenapa? Apa itu benar Reina? apa itu benar bahwa kau telah lama pergi ke hadapan Tuhan? Aku sama sekali tak percaya dengan semua yang dikatakan Hikaru. Kau tahu Reina? kau lah wanita pertama yang membuatku tahu arti pentingnya hidup ini. kau yang menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang tak bisa aku cari jawabannya, kau yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna, kau yang memberitahuku tentang arti menyayangi, arti mencintai, dan menghargai setiap detik yang aku punya. Tolong datanglah, datanglah sebagai hadiah ulangtahunku malam ini. Tuhan ku mohon bangunkan aku dari mimpi burukku ini. ini semua bohong kan? Bohong kan? 
 
                Chinen terus berlari ke jembatan tempat pertama kali dia bertemu Reina. dia menunggu Reina selama puluhan menit namun Reina tak kunjung datang. Ia tak ingin mempercayai bahwa cinta pertamanya ternyata sudah lama pergi. 
 
                Hikaru tahu bahwa Chinen akan pergi ke jembatan itu lagi. Ternyata benar. Chinen sedang duduk menangis di depan jembatan itu. semua personil menyusul mereka berdua. Ryosuke memeluk Chinen yang sedang menangis.
 
                “dia… dia tak datang yama, dia tak datang…” Chinen berkata sambil menangis.
                “Chinen. Maafkan aku. Maafkan aku” Hikaru memeluk Chinen dengan erat. Ia ingin menangis tetapi tak mau memperlihatkannya. “sejak pertama kau mulai bernyanyi, dia selalu memperhatikanmu di TV. Dia pernah bercerita padaku. Dan berkali-kali menitipkan coklat bahkan kado saat ulangtahunmu. Namun karena aku cemburu, aku tak mau menyampaikannya. Dan ketika dia menanyakan apa balasan darimu, aku hanya menjawab bahwa kau sangat senang. Bahkan ketika saat-saat terakhirnya di rumah sakit, dia memintaku untuk menanyakanmu untuk datang ke pemakamannya, dia bilang dia tak pernah memohon pada seseorang. Dia hanya memohon padaku dan ini rahasia kita berdua. Karena terbakar rasa cemburu, aku sama sekali tak menyampaikan hal itu dan hanya ingin memiliki kenangan bersama Fujiyama-san sendirian” Hikaru mengaku dengan hati sedih.
                “kenapa hikaru…. Kenapa harus dia yang pergi?? Kenapa tidak oranglain saja?” Chinen mulai menangis kencang dan untungnya saat itu sudah jam 1 malam sehinngga tak ada orang yang lewat.
                “Tuhan tak pernah menjadikan ciptaan-Nya menjadi sia-sia. Reina selalu berbicara itu padaku. Ia terus memberiku dorongan untuk selalu semangat menjalani hidup dan tak pernah melihat ke belakang. Chinen, ia datang ke hadapanmu karena ia tak ingin kau menjadi laki-laki yang lemah. Ia ingin kau menjadi laki-laki yang kuat dan tau arti hidup ini” Hikaru mulai menangis.
                “tapi kenapa dia harus pergi sebelum bertemu denganku” Chinen protes sambil menangis.
                “maafkan aku Chinen, jika bukan karenaku, kau pasti sudah bertemu dengannya jauh sebelum ini” Hikaru meminta maaf pada Chinen. Chinen memukul wajah Hikaru namun Hikaru tak membalas. Ia merasa pantas mendapatkan semua itu. semua anggota Jump memisahkan mereka berdua. Ryosuke Yuto dan Keito mengajak Chinen ke dalam mobil Ryosuke dan memulangkan Chinen. Begitu juga dengan Yabu, yuya, Inoo dan Daiki.
                “sudahlah, ini bukan sepenuhnya salahmu hikaru….” Yabu menenangkan Hikaru dan membasuh darah di bibir Hikaru. 
 
                Menjelang pagi datang, seseorang mengetok pintu rumah Hikaru. Rupanya itu adalah Chinen. Ia memberi salam hangat pada ibu dan ayah Hikaru dan kemudian pergi ke kamarnya. Hikaru hanya diam. Chinen membuka pembicaraan.
 
                “anoo, Hikaru, maaf atas pukulanku yang semalam. Aku sadar, bahwa ini bukan sepenuhnya salahmu.”
                “tidak apa-apa Chinen.”
                “Hikaru, maukah kau mengantarku ke rumah Reina? Walau sudah tidak ada, aku ingin memberikannya sesuatu”
                “baiklah, aku akan mengantarmu. Naik mobilku saja”
 
                Mereka berdua pergi ke rumah Reina yang ternyata tak jauh dari gunung tempat rahasia Chinen dan Reina. Tak jauh dari ladang bunga itu. di depan halamannya tampak seorang wanita dengan pakaian serba hitam dan seorang anak perempuan kecil. Rupanya itu adalah ibu dan adik Reina. Mereka berdua memberi salam pada ibu Reina. Ibu dan adik Reina kaget kedatangan seorang artis seperti mereka. Ibu itu mempersilahkan Chinen dan Hikaru untuk duduk. 
 
                “anoo, maaf tiba-tiba datang merepotkan.” Kata Hikaru dengan sopan
                “ah, ibu !! lihat !! orang ini kan yang ada di dinding kamar kakak!!” kata adik Reina sambil menunjuk ke Chinen. Ibu itu menangis dan menangis melihat Chinen, ia teringat kembali pada anak perempuan yang sangat dibanggakannya. Anak satu-satunya tumpuan harapannya yang telah pergi ke sisi Tuhan. Ia memeluk Chinen. Chinen membiarkan ibu itu memeluk dirinya, membiarkan ibu itu menangis sepuasnya, tenggelam ke dalam nostalgia anak kesayangannya yang telah pergi medahuluinya. Setelah ibu itu puas menangis, ia mengantarkan Chinen dan Hikaru ke kamar Reina. Seluruh kamar Reina penuh dengan poster dan gambar Chinen. Ia memiliki seluruh aksesoris bergambar wajah Chinen. Chinen tak percaya bahwa orang sehebat Reina mengidolakan dirinya yang seperti ini. di cermin dinding Reina terdapat foto Chinen dengan tulisan aku akan segera sembuh dan menonton konsermu . Chinen tak tahan lagi untuk tak mengeluarkan air matanya, begitu juga dengan Hikaru. Chinen mengambil tulisan itu.
                “dia.. dia sangat mengidolakanmu. Saat sakit kanker dan tak bisa berjalan, ia percaya bahwa suatu hari pasti dia akan sembuh dan bisa menonton konsermu. Dia bilang, dia ingin bersinar seperti seorang Chinen Yuri.” Ibu Reina berkata sambil menangis.
                “bibi, apa boleh aku menyimpan tulisan ini?”
                “ambillah, aku yakin Reina di surga sana pasti sangat senang.”
                “bibi, tolong antarkan aku ke makamnya” Chinen memohon.
                “baiklah, aku akan mengantarmu, makamnya tak jauh dari sini dan hanya tinggal berjalan kaki.”
                Dan benar, memang makam Reina tak jauh dari tempat itu juga tak jauh dari ladang bunga tempat rahasia mereka. Chinen mengambil beberapa tangkai bunga itu dan menaruhnya di nisan Reina.  Ia berdoa untuk Reina.
                “Reina, terimakasih. Karena telah menjadi kado terbaik dari Tuhan untukku” Chinen berkata sambil tersenyum “aku berjanji padamu akan menjadi orang yang lebih baik lagi”
                “Reina, maafkan aku atas semua kesalahanku. Aku tahu kau pasti marah padaku hingga kau memutuskan untuk menemui Chinen sendiri. Kau akan terus berada di dalam hatiku.” Hikaru berbicara juga sambil tersenyum. “aku benar-benar sangat menyesal”
                “nak, sebelum pergi, Reina memberikan ini padaku. Berharap suatu saat nanti kau membacanya.” Ibu reina memberikan Chinen sepucuk surat  yang lusuh, itu berarti bahwa surat ini telah dibaca oleh ibu Reina berkali-kali bahkan mungkin sambil menangis.
 
                Dear Chinen Yuri,
                Aku tahu mungkin surat ini tak akan pernah sampai padamu, aku menyukaimu dari awal kau bernyanyi. Mungkin ini agak sedikit berlebihan tetapi, aku benar-benar menyukaimu dan kadang berfikir untuk menjadi istrimu ya. Hahahaha . sejak kecil aku terus berjuang untuk mendapatkan beasiswa di sekolah ternama ini. meskipun aku tahu kita tak akan pernah bertemu pada satu sekolah yang sama karena umurku jauh di atasmu, tetapi aku yakin. Aku akan bisa selalu ada di dekatmu. Dan akhirnya aku mendapat beasiswa di sekolah mahal ini. jujur aku sangat senang, dan kau tahu aku berteman baik dengan Hikaru lho, dia sangat baik padaku. Aku pikir dia adalah orang yang sombong. Dia selalu bercerita semua hal tentangmu. Juga saat-saat kalian di belakang panggung. Aku harap suatu hari nanti aku bisa sembuh dan segera menonton konsermu. Aku akan berusaha melawan penyakitku ini dengan sekuat tenaga. Aku tak mau dikalahkan oleh sakit ini. dan andaikan Tuhan tak memberiku waktu, aku sudah cukup puas dengan apa yang selama ini Dia berikan untukku. Memang pada awalnya aku sama sekali tak bisa menerima ini semua. Tapi suatu hari, aku bertemu dengan seorang lelaki kecil dan ia membuka mata hatiku dengan kalimatnya. Tuhan mengirim kami, untuk memberitahukan dunia bahwa mereka harus selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki, Karena itu kami bahagia dengan keadaan ini. memang sulit. Tapi aku yakin. Tuhan tak pernah menjadikan ciptaan-Nya menjadi sia-sia. Sejak saat itu aku tak pernah mengeluh tentang penyakitku hingga pada akhirnya aku tak bisa berlari di lapangan sekolah lagi seperti ini. namun sosokmu, lagu-lagumu terus menemaniku setiap saat. aku percaya Tuhan benar-benar sayang padaku dan memintaku untuk cepat-cepat kembali pada-Nya karena ia telah mempersiapkan tempat terbaik bagiku untuk melihat konsermu dari sana. Hahaha.
 Chinen Yuri, teruslah bersinar seperti bintang di langit. Terangi terus para fansmu. Berikan mereka harapan untuk hidup, berikan mimpi-mimpimu lewat lagumu,aku percaya kau bisa melakukannya.
Tertanda, salah satu dari ribuan fansmu di dunia ini
Fujiyama Reina
 
Chinen menangis membaca surat itu di depan nisan Reina. ia terus memandangi nisan Reina
“hei Reina, terimakasih karena telah menyediakan sisa waktumu yang berharga untukku” Chinen berkata pada batu nisannya. Ia sama sekali tak menyesal walau hanya bertemu Reina pada saat yang tidak tepat. Dan yakin suatu saat pasti akan ada sosok wanita yang datang ke kehidupannya dengan kebaikan hati seperti Reina.
 
 
THE END
 
 
 
Kata dan Pesan dari Penulis:
jangan pernah menyia-nyiakan sedetikpun dari waktu kita yang berharga, karena Tuhan punya rencana di setiap detik yang kita habiskan

No comments:

Post a Comment