The Wind
Title :
The Wind
Categories : One Shoot
Genre : Romance, Mystery
Rating : General
Theme song : tomorrow's way - YUI (accoustic version)
Author : Lucia Oktafani (oii-chan)
Alamat : jalan menteng atas selatan 2 RT 002 Rw 12 no 12 kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. 12960
Umur : 19 tahun yo
Categories : One Shoot
Genre : Romance, Mystery
Rating : General
Theme song : tomorrow's way - YUI (accoustic version)
Author : Lucia Oktafani (oii-chan)
Alamat : jalan menteng atas selatan 2 RT 002 Rw 12 no 12 kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. 12960
Umur : 19 tahun yo
Alasan mengikuti lomba:
1. Suka banget ngerayain ulangtahun orang lain dan memberikan sesuatu meskipun hal kecil buat birthday boy/ birthday girl nya
2. karena Chii kawai, jadi pengen nulis ff tentang dia
3. karena hadiahnya menggiurkan (-_-)v
4. I love all member jump daisuki
Cast :
1.
Chinen Yuri
2.
all member Hey! Say! Jump
3.
Fujiyama Reina (OC)
Disclaimer : all cast
is not mine, the story is mine
Quote
: “terimakasih karena telah menyediakan sisa waktumu yang berharga
untukku”
……………………………………………………
Tepat pada awal musim dingin Tokyo Dome sedang sibuk hari itu. Begitu juga
dengan para staff Johnny’s Entertainment dan personil Hey Say Jump. Mereka
sedang mempersiapkan konser musim dingin yang rencananya akan diadakan 3 hari
lagi disitu. Karena telah mendekati hari H, para personil bekerja keras
berlatih menari dan bernyanyi.
“huaaahhh lelahnya,sudah jam 7 malam dan aku belum
mengerjakan laporan wajibku di sekolah untuk besok” keluh Nakajima Yuto, salah
satu personil Hey say Jump dengan badan penuh keringat.
“eh? Laporan sains maksudmu? Aku hampir lupa tentang itu.
Yuto, bolehkah aku menginap nanti di rumahmu untuk mengerjakannya bersama?”
yamada ryosuke yang sekelas dengan yuto memohon.
“boleh saja, tapi…. Aku agak bingung dengan beberapa soal di
dalamnya. Bagaimana kalau Tanya chinen saja?” yuto melirik chinen yang sedang
duduk minum sebotol penuh pocari. “hey, chii. Menginaplah di rumahku untuk
mengerjakan tugas bersama.” Yuto merayu
“ah, tugas dari fukuchi sensei? Aku sudah selesai
mengerjakannya. Gomen ne~” chinen tertawa. Dia memang termasuk anak yang pintar
di kelasnya.
“sungguh?! Sejak kapan kau menyelesaikannya?” Ryosuke kaget.
“hahaha aku mengerjakannya saat kalian sibuk ribut tentang
suster cantik yang datang ke sekolah kemarin. Karena waktu ku luang jadi
kukerjakan saja” Chinen masih tertawa
“kau ini, boleh aku lihat tugasmu? Aku sangat lelah karena
latihan hari ini” yuto merayu Chinen lagi.
“kenapa tidak minta bantuan inoo-chan saja? Dia kan pintar”
Chinen berusaha menolaknya dengan halus. “kalau kau menyontek tugasku terus,
nanti kau tidak akan pintar yuto. Kau tidak bisa selamanya bergantung padaku”
Chinen menasehati
“ya, aku tahu. Uhmmm kalau begitu baiklah, biar aku
konsultasi saja pada inoo-chan” yuto menyetujui.
Datang keenam personil Hey Say Jump lain dan beberapa
pelayan yang membawa sejumlah makan malam untuk mereka. Kini meja makan sudah
terisi penuh dengan nasi, sushi, ayam, daging babi guling, steak, salad, dan
buah-buahan yang di hias cantik di meja makan mereka. Semua makanan itu khusus
untuk para member yang telah bekerja keras latihan hari ini. mereka mengambil
makanan kesukaan mereka masing-masing.
“hei, Chinen. Kau yakin ingin makan sebanyak itu?” Tanya
Yabu pada Chinen yang membawa sebuah piring berisi nasi, daging babi guling,
steak, udang, dan salad yang terisi penuh. “nanti perutmu bisa sakit”
“tidak, aku ingin makan semua ini” kata Chinen sambil
melahap suapan nasi pertamanya. Chinen memang sangat suka makan. Dia ingin
mencicipi semua makanan itu. Hanya saja, kebiasaan buruk Chinen adalah dia
selalu menyisakan makanannya hingga ada sebagian orang yang tidak kebagian
makanannya. Dan benar saja, kali ini makanannya juga tak habis.
“lihat!! Lagi-lagi kau melakukannya” Ryosuke menjitak kepala
Chinen. Dia kesakitan
“hey Chinen, kalau kau hanya ingin mencicipi makanan itu
saja, ambilah seperlumu. Kasihan orang yang tidak kebagian” seru Daiki pada
Chinen.
“tidak apa-apa, Johnny-sama menyiapkan ini semua untuk kita
kan?” Chinen menjawab omongan Daiki dengan ketus. Ia tak suka jika oranglain
mengkritiknya saat dia makan.
“sudah, biarkan saja dia memang keras kepala” kata Hikaru
sambil mengusap-usap kepala Chinen.
“nah, ini baru Hikaru. Dia memang selalu baik padakku. I
love you Hikaru-nii” kata Chinen sambil mencontohkan adegan wanita yang mencium
pacarnya. Hikaru merasa jijik dan menghindar. Semua anggota tertawa. Jam sudah
menunjukan jam 8 malam dan mereka semua harus pulang.
Keesokan harinya mereka berlatih kembali. Sudah menjelang 2
hari konser mereka akan digelar. Waktunya mereka makan siang di sela-sela
latihan mereka. Dan lagi-lagi Chinen mengulangi kebiasaan buruknya hingga Keito
yang saat itu terlambat datang ke ruang makan siang karena sakit perut tidak
kebagian makanan.
“ah, keito. Kau kemana saja? Makanannya sudah habis. Maaf”
semua personil lupa dengan Keito karena keito masuk ke WC terburu-buru sehingga
semua personil tak sadar ia belum mengambil jatah makan siangnya. Semua menoleh
ke arah Chinen yang menyisakan setengah dari jatah makan siangnya.
“ada apa? Kenapa kalian semua melihatku?” Chinen bingun
“chinen, tak baik menyisakan makanan seperti itu. jika kau
tak mau menghabiskan semuanya, kenapa tak kau ambil saja semampumu
menghabiskannya? Lihat, Keito jadi tak kebagian makanan kan?” Yabu menasehati
Chinen dengan dewasa.
“iya Chii, kau tak boleh seperti itu” Inoo menambahkan.
Chinen mulai marah, “kenapa kalian semua menyalahkanku?
Keito tak mendapat makanannya karena ia terlambat. Lagipula kalau kurang, kita
bisa memesannya lagi. Ini Cuma masalah sepele kan? Kenapa kalian semua jadi
marah padaku?” Chinen menjawab dengan kesal .
Chinen diam karena agak marah. Mereka kemudian berlatih
dance lagi. Saat latihan dance dimulai Chinen beberapa kali melakukan
kesalahan. Entah kenapa ia merasa hari itu sedang sangat tidak mood. Sebagian
karena teman-temannya menyalahkannya hari ini karena penyakit maag Keito
kambuh.
“Hei Chinen !! kita sudah 10 kali mengulang dance yang sama
karena kesalahanmu, tolong serius sedikit.” Kata Yuya mulai kesal karena
kelelahan.
“kenapa kau menyalahkanku lagi? Keito saja yang tak hadir
saat latihan tak dimarahi. Sudah aku bosan, kita lanjutkan besok saja.” Chinen
keluar ruangan. Ryosuke berusaha mengejarnya.
“mau kemana kau?” Ryosuke menarik tangan Chinen.
“mencari udara segar” Chinen menjawabnya dengan ketus dan
kemudian pergi ke pusat kota.
Di tengah keraimaian, Chinen memakai jaket, topi dan
kacamata hitamnya. Ia lebih suka berpakaian seperti itu agar orang tak menyadari
bahwa ia seorang idola. Memang idola di jepang tak terlalu di ekspose apabila
sedang berada di luar, namun Chinen masih terasa risih apabila oranglain tahu
ia sedang berkeliaran apalagi saat ini Chinen sedang kesal dan ingin sendirian
menenangkan pikiran.
“apa-apaan mereka. Cuma karena hal sepele, mereka jadi
seperti itu padaku. Ini tak adil. Hanya karena makanan beberapa ribu yen,
mereka tega memojokkan sahabat mereka sendiri.” Chinen berkata menggerutu
sendiri di depan jembatan di tengah Tokyo. Ia melempar-lempar bebatuan kecil ke
sungai di depan jembatan itu. dan tiba-tiba tersadar ada seorang wanita cantik
di sampingnya. Wanita itu berambut hitam panjang, rambutnya dikuncir satu. Dia
memakai kaos berwarna putih bermotif bunga dan memakai rok mini berwarna hitam.
Chinen memandangi wanita yang terlihat lebih tua darinya itu. sangat cantik,
begitu pikir Chinen. Chinen memang menyukai wanita yang lebih tua darinya. Dia
tersenyum pada Chinen dan memberikan tangannya menawarkan untuk bersalaman.
“Fujiyama Reina, Salam kenal. Kau siapa?” katanya tersenyum.
Chinen kaget. Dia tak percaya bahwa ada wanita yang tak
mengenali dirinya dengan jarak sedekat ini. “Chinen Yuri, salam kenal. Kau tak
mengenalku”
“hahaha aku hanya bercanda. Tentu aku tahu kau. Personil Hey
Say Jump kan? Kenapa kau sendirian di sini?”
“ya, aku hanya sedang bosan pada hidupku yang datar ini.”
“eh? Kenapa? Bukankah hidupmu sangat menarik? Selalu
dikelilingi para fans yang menyayangimu.”
“ya, aku …..” belum sempat meneruskan kalimatnya salah
seorang fans menyadari bahwa Chinen sedang berdiri disitu, wanita itu memanggil
temannya yang lain. Reina segera menarik tangan Chinen dan mengajaknya ke dalam
bus.
“hey, kita mau kemana?” Tanya Chinen takut. Ia agak takut
diculik memang. Mengingat penculikan terhadap artis dengan meminta sejumlah
uang tebusan pada pihak management memang sedang marak terjadi di Jepang. Dan
tidak sedikit pula dari kasus-kasus tersebut yang hanya sekedar dibuat-buat
untuk mencari popularitas.
Mereka sampai di sebuah gunung yang memiliki sawah yang
sangat luas. Udara disitu sangat sejuk dan memiliki lading bunga yang sangat
indah. Chinen tak tau masih ada tempat seperti itu di jepang.
“jika mood ku sedang tidak bagus atau sedang bersedih, aku
sering pergi kesini. Tempatnya tak jauh dari pusat kota. Dan disini banyak
bunga-bunga yang jarang ditemui. Selain itu jarang kan aku kesini dengan
seorang superstar seperti dirimu?” katanya sambil menghempaskan diri di ladang
bunga itu.
Chinen melihat Reina dengan tersenyum. Reina terlihat sangat
cantik ketika tersenyum.
“hey, lihat Chinen. Ada sepasang jangkrik.” Ia menarik
tangan Chinen. Ada sepasang jangkrik yang sedang kawin rupanya. Chinen terus
memperhatikan sepasang jangkrik itu. ini pertama kalinya Chinen melihat
jangkrik yang sedang kawin dari dekat. Karena kesibukannya selama ini, ia hanya
melihat berbagai hewan lewat televisi. Chinen memang sangat menyukai dunia hewan.
“fujiyama-kun. Sepertinya aku pernah melihatmu. Wajahmu
sangat familiar. Apa kita pernah bertemu sebelumya?” Tanya Chinen
“tidak, sepertinya kau salah orang. Ini pertama kalinya aku
bertemu langsung denganmu selain di televisi” kata Reina sambil memperhatikan
sepasang jangkrik tadi. “kau tahu? Aku suka sekali memperhatikan hal-hal kecil
seperti ini.” Reina menyambung. Kini sepasang jangkrik tadi telah selesai
proses kawinnya. Tetapi setelah itu sang jangkrik jantan mati. Reina terlihat
sedih.
“kenapa kau bersedih?” Tanya Chinen.
“yaa, jangkrik itu mati. Apa kau tidak merasa kasihan?”
“mengapa bersedih? Bukankah itu suatu proses alami? Ada
beberapa binatang yang memang harus mati untuk meneruskan kelestarian jumlah
spesiesnya dan itu memang sudah jadi tugas mereka kan?”
“ya tapi apa kau merasa ini tak adil? Terkadang aku merasa
Tuhan tak adil, jangkrik ini mati sebelum ia melihat bagaimana rupa
anak-anaknya. Dan apa kau pernah membayangkan bagaimana jika terlahir
sebagai anaknya dan lahir tanpa tahu ayahnya seperti apa? Terlebih lagi
jika kau seorang jangkrik jantan yang tahu kau harus mengorbankan nyawamu
demi suatu keegoisan tujuan bersama seperti ini?”
“entahlah, bukankah itu rahasia Tuhan. Aku rasa Tuhan
mempersiapkan segalanya dengan baik dan adil”
Chinen kaget, ia lupa bahwa ia harus kembali berlatih. Entah kenapa saat ini
perasaan kesalnya sudah hilang. “Fujiyama-kun. Maaf aku harus segera berlatih
untuk konser besok lusa.” Chinen meminta maaf.
“ya, pergilah Chinen. Mereka pasti mencarimu. Aku ingin beberapa saat lagi di
sini.”
“un, sampai jumpa”
“sampai jumpa” Chinen melambaikan tangan. Ia memberhentikan bus dan entah
kenapa tak sadar tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya ia sedang jatuh cinta.
Karena terlalu bahagia, Chinen lupa menanyakan nomor telepon gadis tersebut
namun bus sudah pergi terlalu jauh dan tak bisa berhenti. Chinen merasa bodoh
sekali hari itu. ia sangat takut tak akan bisa bertemu kembali
dengan gadis itu.
Sesampainya di tempat latihan, Chinen meminta maaf pada teman-temannya. Karena
ia tak merasa marah lagi. Ia juga meminta maaf pada Keito. Sejak ke ladang
bunga tadi entah mengapa Chinen merasa sangat tenang. Chinen masih
terbayang-bayangi oleh wajah Reina. Ia seringkali tersenyum sendiri bahkan saat
latihan dance Chinen sering salah melakukan gerakan lagi. Latihan menjadi agak
lama karena itu. jadwal yang seharusnya selesai jam 5 sore mundur menjadi jam 6
sore waktu jepang.
“hey, Chii. Hari ini kau sangat aneh” kata Ryosuke sambil menepuk bahu Chinen.
Chinen hanya diam melamun memikirkan Reina. Ia tersenyum sendiri lagi
“aneh kenapa Yama-chan?”
“tadi pagi kau marah pada kami bukan? Tetapi entah kenapa
saat ini kau kelihatannya tidak marah lagi, bahkan senyum-senyum sendiri
seperti itu.” jawab Yamada.
“hey yama-chan, aku jadi agak khawatir dengannya. Apa kita
terlalu keras tadi padanya?” bisik Daiki pada Ryosuke.
“hahaha daiki, apa kau tidak sadar. Chinen sedang jatuh cinta. J a t u h
c i n t a …” hikaru mengejanya pada Daiki dan
mencubit pipinya.
“hee? Benarkah itu Chinen?” Tanya yuto yang memang selalu ingin tahu apa yang
terjadi pada anggota Jump.
Wajah Chinen memerah. Ia hanya diam tak menjawab tetapi menggeleng-gelengkan
kepala membantah pertanyaan Yuto.
“hee wajahnya memerah!! Itu tandanya benar!!” Yabu bersorak heboh.
“siapa? Siapa orang itu? apakah kau tadi bertemu dengan seseorang di
jalan?” Keito bertanya dengan antusias.
“R A H A S I A” Chinen mengedipkan satu matanya dan kemudian mengambil tasnya.
“aku pulang duluan ya teman-teman. Sampai jumpa lagi besok”
“Chinen benar-benar sedang jatuh cinta ya” Inoo tertawa geli
“yaah, jangan sampai Johnny-sama atau pihak management tau hal ini. kalau tidak
bisa gawat.” Yuya menggaruk-garukkan kepalanya, mengingatkan kembali kejadian
masa lalunya dulu.
Keesokan harinya Gladiresik konser diadakan. Mereka memakai kostumnya
masing-masing. Chinen hanya melihat jam berharap jam makan siang cepat datang.
Ia hendak pergi ke jembatan itu lagi. Memang terasa sia-sia sepertinya tetapi
Chinen tetap ingin selalu bertemu dengan gadis yang lebih tua darinya itu. 30
menit kemudian jam makan siang datang. Seperti biasa para personil berkumpul di
ruangan mereka yang khusus dibuat senyaman mungkin. Makanan telah siap saji
tetapi Chinen sama sekali tak mengambil makanannya.
“aku pergi dulu.” Katanya.
“eh, Chii !! mau kemana kau?” Tanya Ryosuke.
“biarkan yama-chan. Dia sedang jatuh cinta, biarkan dia pergi” Inoo menarik
tangan Ryosuke.
Chinen pergi berlari secepat mungkin ke tempat pertama kali ia bertemu Reina.
Ia berdiri selama 30 menit terus menunggu dan menunggu wanita itu. Chinen sudah
hampir frustasi. Ketika ia melangkah pulang Reina muncul. Senyum Chinen melebar
“selamat siang” sapa Reina
“selamat siang. Apa kabarmu?” Chinen ingin memeluk wanita itu karena terlalu senangnya namun ia tak mau melakukan itu. “sepertinya kau
sering kesini ya? Apa rumahmu di dekat sini?”
“tidak, aku hanya menyukai tempat ini” Reina mengaku. “bagaimana denganmu?”
“tempat ini adalah tempat aku sering bermain bersama kakakku sewaktu kecil
dulu. Ketika aku rindu kakak aku sering kesini.” Chinen menceritakan pada
Reina.
“Chinen, apa hari ini kau ingin menemaniku ke suatu tempat?”
“eh? Kemana?”
“ke tempat yang paling aku sukai”
Chinen sebenarnya keberatan karena latihannya belum rampung. Namun ia tak mau
kehilangan sekali lagi kesempatan untuk mengahbiskan waktu bersama Reina.
Ia mengirim SMS pada Ryosuke memberitahunya bahwa Chinen tiba-tiba sakit
perut dan kemungkinan agak lama kembali lagi latihan. Chinen lupa bahwa besok
ia mempunyai jadwal konser. Tetapi karena Reina ada di sampingnya, semua itu
seolah hilang. Ia lupa dengan semua beban-bebannya saat berada di samping
Reina.
Reina mengajaknya ke sebuah pantai di pinggir Kota. Di sana terlihat beberapa
perahu kecil. Reina mengajak Chinen menaiki perahu itu. Chinen mendayungnya.
Reina tersenyum memandanginya.
“Chinen, kau tahu anak kecil yang memakai kaos biru dengan celana hitam itu?”
Reina menunjuk seorang anak kecil yang sedang bermain pasir sendirian di
pinggir pantai.
“tidak, aku tidak tahu. Memang ada apa dengannya?”
“dia kehilangan adik perempuannya beberapa waktu silam saat terjadi bencana
tsunami itu”
“adiknya hilang?”
“tidak, dia dan adiknya selamat, dia bercerita padaku. Adiknya meninggal bukan
karena terbawa arus. Tetapi karena kelaparan”
“eh? Kenapa bisa?” Tanya Chinen heran.
“pada saat itu makanan sangat sulit karena akses komunikasi dan kendaraan agak
sulit. Adiknya memang sakit kurang gizi karena mereka tak punya uang
untuk membeli makanan. Setelah kejadian tsunami itu, adik anak itu sangat
membutuhkan nutrisi untuk tubuhnya. Namun jiwanya tak tertolong. Sejak saat
itu aku terus berfikir bahwa tiap butir nasi yang kumakan sangat berharga untuk
orang-orang seperti mereka.”
Chinen terdiam, ia malu pada Reina, apalagi mengingat kebiasaan buruknya selama
ini.
“kau tahu Chinen? Pada awalnya aku berfikir Tuhan sangat tidak adil menciptakan
mereka untuk hidup seperti itu. tetapi, ketika aku melihat lebih dekat, tetang
kehidupan mereka, tentang kehangatan mereka untuk saling mencintai, mengasihi,
tentang perjuangan mereka untuk terus bertahan hidup. Mereka masih mempunyai
cinta sebagai kekuatan untuk meneruskan hidup mereka.”
“itu menurutmu kan? Bagaimana dengan pandangan mereka?” Chinen bertanya kagum
pada Reina.
“aku pernah bertanya pada anak itu, apa dia membenci kehidupannya. Tetapi dia
menjawab ‘Tuhan mengirim kami, untuk memberitahukan dunia bahwa mereka harus
selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki, Karena itu kami bahagia dengan
keadaan ini. memang sulit. Tapi aku yakin. Tuhan tak pernah menjadikan
ciptaan-Nya menjadi sia-sia’ . aku tak percaya kalimat itu keluar dari
murid SD seperti dia yang membuatku malu saat itu. aku yang selalu mengeluh
tentang kehidupanku, dan tak pernah merasa puas dengan hidupku tanpa melihat
mereka yang tidak lebih beruntung dariku.
Chinen hanya tersenyum. “kau wanita baik Reina, aku kagum padamu”
“terimakasih.” Reina tersenyum. “hei, kau harus latihan kan? Ayo jangan
membuang-buang waktumu karena aku. Banyak orang yang menunggumu.”
“eh, tapi Reina, bolehkah kapan-kapan aku mampir ke rumahmu?”
“boleh saja.” Reina tersenyum
“Reina, boleh aku minta nomor teleponmu?”
“untuk apa?”
“hanya untuk bertukar nomor, jika ingin bertemu lagi denganmu”
“biarkan angin takdir yang membawa kita kembali bertemu”
“eh tapi …. “
“sudahlah, teman-temanmu menunggumu. Aku bisa dituntut oleh Kitagawa-san nanti
dengan tuduhan menculik artisnya. Ganbatte ne!! Hahaha” Reina berncanda dan
mendorong Chinen ke pinggir jalan.
“besok setelah konser, aku akan menemuimu lagi di jembatan itu, akan kutunggu
kau malam setelah aku selesai konser. Karena besok adalah ulangtahunku”
Reina hanya tersenyum. Chinen menaiki bus nya dan berlalu. Dia kembali
bergabung dengan teman-temannya. Besok aku akan memintanya untuk menjadi pacarku, aku tak peduli apa
yang akan terjadi. Chinen dengan berani
berfikir seperti itu. ia tahu apa konsekuensinya. Namun ini pertama kalinya ia
merasa benar-benar hidup karena seorang wanita. Seorang wanita yang dapat
membuatnya kagum, membuatnya tahu apa tujuan hidupnya, membuatnya lebih
menghargai apa yang dimiliki Chinen. Dan wanita seperti itulah yang kelak akan
bisa membimbingnya di masa depan. Begitu pikir Chinen. Ia tak mau
melepaskan wanita seperti itu. walapun baru dua hari bertemu, ada sesuatu
dalam diri Reina yang tak dimiliki wanita manapun yang telah ditemui Chinen
selama ini. Chinen berlari ke ruang costum dan bergabung bersama
teman-temannya.
“Chinen !!! darimana saja kau!!!” Tanya Ryosuke khawatir.
“hei, kau boleh jatuh cinta dengan wanita mana saja tetapi jangan abaikan
pekerjaan kita. Jaga perasaan fansmu” yuya menasehatinya. Chinen hanya
mengangguk
“tapi ngomong-ngomong, siapa wanita beruntung itu Chinen? Apa dia seorang
model?” Tanya Yabu ingin tahu.
“hahaha itu rahasia !! tolong jaga rahasia ini dari siapa-pun. Besok aku
akan memintanya untuk menjadi pacarku, saat itu akan kuberitahu pada kalian
nama wanita itu setelah konser selesai.”
“kau jahat sekali, tak mau memberitahukannya pada kami.” Kata keito cemberut
“hahaha sudahlah, apapun alasannya. Selamat ya Chinen” kata Yuya sambil menepuk
bahu Chinen. Tidak hanya Yuyan, para personil satu persatu menepuk bahu Chinen
member selamat padanya.
“hei hei dia kan belum menerima pengakuanku. Jangan beri selamat. Aku takut
jawabannya tak seperti yang diharapkan.”
“hahaha, wanita mana yang mampu menolak pesona Chinen Yuri hah???” Daiki
mengambil setangkai bunga mawar dan berbicara seolah pangeran dalam sebuah
dongeng.
“sudah sudah, ayo kita lanjutkan latihannya, konsernya dimulai besok” Yuto
mengajak yang lain.
“baik” mereka berdelapan menjawab serempak.
Keesokan harinya konser dimulai dengan meriah di Tokyo Dome. Penampilan mereka
sangat memukau, karangan bunga dan bingkisan dari fans bertebaran di ruang
kostum. Chinen lah yang paling bersemangat hari itu. ia berharap Reina datang
menonton konsernya atau setidaknya menontonnya di televisi. Ia ingin
mempersembahkan yang terbaik untuk fansnya dan Reina tentunya. Selesai konser,
mereka merayakan keberhasilan mereka bersama para staff dan pihak yang membantu
keberlangsungan konser. Saat sedang mengobrol-ngobrol kedelapan personil Jump
menarik Chinen ke ruang kostum yang kedap suara dan mengunci pintunya rapat-rapat.
Mereka semua berkumpul di depan Chinen. Chinen kaget dan canggung.
“a.. ada.. ada apa ini? kenapa kalian semua berkumpul seperti ini?”
“ayo Chii, penuhi janjimu. Ceritakan tentang wanita yang kau sukai itu.” Yuto sangat
antusias.
“eh? Dia.. baiklah..” Chinen berdiri layaknya seorang dalang yang menceritakan
kisah dongeng kepada anak kecil. Dan seperti anak kecil juga, kedelapan
personil lain duduk manis di kursinya masing-masing.
“ayo cepat ceritakan” Ryosuke tak sabar mendengar cerita Chinen.
“dia.. aku bertemu dan berkenalan dengannya beberapa hari lalu di jembatan
tengah kota. Saat aku sedang marah dan sedih, dia datang menghiburku dengan
membawaku ke suatu tempat yang sangat indah. Dan akhirnya tempat itu adalah
tempat rahasia kita berdua” Chinen bercerita dengan singkat.
“waaahh.. romantis sekali Chinen !! ayo lanjutkan ceritamu” Yuyan menarik-narik
tangan Chinen.
“sakit yuya !!” Chinen memegangi tangannya. “ya, kemudian di hari kedua
kami bertemu lagi di jembatan itu. padahal aku tak punya nomor teleponnya.
tetapi sepertinya setiap hari dia ke tempat itu. dia bilang itu tempat
favoritnya.. dia mengajakku ke sebuah pantai, dan dia mengajarkan hal-hal
penting dalam hidupku. Dia seperti angin sejuk bagiku. Yang datang menghapus
semua kehampaan dan keegoisan hatiku.”
“waaahhhhhhhhh” para personil berkata serempak. Mereka heboh sekali dan
terlihat senang karena teman mereka sedang jatuh cinta.
“lalu, siapa nama gadis itu Chinen?” Tanya keito
pada Chinen
“Fujiyama Reina” Chinen menyebutnya dengan semangat. Ketika nama itu disebut
Hikaru, Inoo, Yuya, dan
Yabu terdiam. Mereka saling melihat.
“Chinen, kau…. Tak salah menyebutkan nama kan?” Tanya Hikaru pelan. Semua
anggota lain jadi ikut terdiam.
“eh? Tidak… memangnya ada apa?” Tanya Chinen heran.
Inoo segera mengambil smart phone miliknya dan memperlihatkannya sebuah foto.
Sebuah foto dari album buku tahunannya.
“apa dia.. Fujiyama Reina yang ini Chinen?” Tanya Inoo dengan lembut
“ah !! kenapa kau punya fotonya? Kalian kenal dengan Reina??” Chinen kaget
“hahahaha jadi kalian teman Reina?! Aku senang sekali ternyata kalian kenal
dia”
Yabu, Inoo, Yuya, dan Hikaru diam, anggota lain tak mengerti apa yang mereka
pikirkan .
“anoo, Chinen. Wanita ini. aku Tanya sekali lagi, apa benar-benar dia yang
beberapa hari ini menemuimu? Dan mengajakmu berjalan-jalan?” Tanya Yabu
mendekati Chinen.
“begini Chinen, sebenarnya wanita ini.. dia adalah kakak kelas dua tingkat di
atas kami sehingga Daiki tak mengenalnya karena Daiki
setahun di bawah kami. Dia berasal dari kelas beasiswa yang terpisah dari kelas
para idol. Dia siswa yang sangat cerdas. Karena kecerdasannya dia diminta untuk
memberikan tutorial belajar pada beberapa siswa di kelas idol yang tertinggal
pelajaran, dan aku salah satu persertanya” cerita Hikaru pada Chinen.
“lalu …??” Chinen mulai tegang.
“lalu, menurut kabar, dia memiliki penyakit kanker dan beberapa bulan kemudian
meninggal dunia.” Saat Hikaru meneruskan ceritanya semua orang yang ada disitu
berdiri bulu kuduknya. “aku hanya menceritakan ini pada yabu, yuya,
dan inoo karena mereka mengenal wanita ini dan aku sempat suka padanya. Namun
aku terus menutupinya. Dia…..”
“bohong !!! kau bohong kan?!! Kau pasti bohong?!” air mata chinen hampir
keluar, ia tak mau teman-temannya melihat dia menangis. Chinen pergi keluar.
Ryosuke hendak mengejarnya tetapi lagi-lagi dicegah oleh Inoo.
“biarkan dia, Chinen sudah dewasa, dia tau apa yang dilakukannya” kata Inoo
tegas.
“tapi … “ ryosuke sangat khawatir pada Chinen.
“tetapi aku heran, kenapa wanita yang sudah tidak ada lagi di dunia ini bisa
ada di hadapan Chinen bahkan mengajaknya berjalan-jalan?” Tanya Yabu heran.
“dia… sangat menyukai Chinen. Dia fans Chinen dari kecil.”
Hikaru menjawab pertanyaan Yabu dengan wajah sedih. Dia segera menyusul Chinen.……………………………..
Kenapa? Apa itu benar Reina? apa itu benar bahwa kau telah lama pergi ke hadapan
Tuhan? Aku sama sekali tak percaya dengan semua yang dikatakan Hikaru. Kau tahu
Reina? kau lah wanita pertama yang membuatku tahu arti pentingnya hidup ini.
kau yang menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang tak bisa aku cari
jawabannya, kau yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna, kau yang
memberitahuku tentang arti menyayangi, arti mencintai, dan menghargai setiap
detik yang aku punya. Tolong datanglah, datanglah sebagai hadiah ulangtahunku
malam ini. Tuhan ku mohon bangunkan aku dari mimpi burukku ini. ini semua
bohong kan? Bohong kan?
Chinen terus berlari ke jembatan tempat pertama kali dia bertemu Reina. dia
menunggu Reina selama puluhan menit namun Reina tak kunjung datang. Ia tak
ingin mempercayai bahwa cinta pertamanya ternyata sudah lama pergi.
Hikaru tahu bahwa Chinen akan pergi ke jembatan itu lagi. Ternyata benar.
Chinen sedang duduk menangis di depan jembatan itu. semua personil menyusul
mereka berdua. Ryosuke memeluk Chinen yang sedang menangis.
“dia… dia tak datang yama, dia tak datang…” Chinen berkata sambil menangis.
“Chinen. Maafkan aku. Maafkan aku” Hikaru memeluk Chinen dengan erat. Ia ingin
menangis tetapi tak mau memperlihatkannya. “sejak pertama kau mulai bernyanyi,
dia selalu memperhatikanmu di TV. Dia pernah bercerita padaku. Dan berkali-kali
menitipkan coklat bahkan kado saat ulangtahunmu. Namun karena aku cemburu, aku
tak mau menyampaikannya. Dan ketika dia menanyakan apa balasan darimu, aku hanya
menjawab bahwa kau sangat senang. Bahkan ketika saat-saat terakhirnya di rumah
sakit, dia memintaku untuk menanyakanmu untuk datang ke pemakamannya, dia
bilang dia tak pernah memohon pada seseorang. Dia hanya memohon padaku dan ini
rahasia kita berdua. Karena terbakar rasa cemburu, aku sama sekali tak
menyampaikan hal itu dan hanya ingin memiliki kenangan bersama Fujiyama-san
sendirian” Hikaru mengaku dengan hati sedih.
“kenapa hikaru…. Kenapa harus dia yang pergi?? Kenapa tidak oranglain saja?”
Chinen mulai menangis kencang dan untungnya saat itu sudah jam 1 malam
sehinngga tak ada orang yang lewat.
“Tuhan tak pernah menjadikan ciptaan-Nya menjadi sia-sia. Reina selalu
berbicara itu padaku. Ia terus memberiku dorongan untuk selalu semangat
menjalani hidup dan tak pernah melihat ke belakang. Chinen, ia datang ke
hadapanmu karena ia tak ingin kau menjadi laki-laki yang lemah. Ia ingin kau
menjadi laki-laki yang kuat dan tau arti hidup ini” Hikaru mulai menangis.
“tapi kenapa dia harus pergi sebelum bertemu denganku” Chinen protes sambil
menangis.
“maafkan aku Chinen, jika bukan karenaku, kau pasti sudah bertemu dengannya
jauh sebelum ini” Hikaru meminta maaf pada Chinen. Chinen memukul wajah Hikaru
namun Hikaru tak membalas. Ia merasa pantas mendapatkan semua itu. semua
anggota Jump memisahkan mereka berdua. Ryosuke Yuto dan Keito mengajak Chinen
ke dalam mobil Ryosuke dan memulangkan Chinen. Begitu juga dengan Yabu, yuya,
Inoo dan Daiki.
“sudahlah, ini bukan sepenuhnya salahmu hikaru….” Yabu menenangkan Hikaru dan
membasuh darah di bibir Hikaru.
Menjelang pagi datang, seseorang mengetok pintu rumah Hikaru.
Rupanya itu adalah Chinen. Ia memberi salam hangat pada ibu dan ayah Hikaru dan
kemudian pergi ke kamarnya. Hikaru hanya diam. Chinen membuka pembicaraan.
“anoo, Hikaru, maaf atas pukulanku yang semalam. Aku sadar, bahwa ini bukan
sepenuhnya salahmu.”
“tidak apa-apa Chinen.”
“Hikaru, maukah kau mengantarku ke rumah Reina? Walau sudah tidak ada,
aku ingin memberikannya sesuatu”
“baiklah, aku akan mengantarmu. Naik mobilku saja”
Mereka berdua pergi ke rumah Reina yang ternyata tak jauh dari gunung tempat
rahasia Chinen dan Reina. Tak jauh dari ladang bunga itu. di depan halamannya
tampak seorang wanita dengan pakaian serba hitam dan seorang anak perempuan
kecil. Rupanya itu adalah ibu dan adik Reina. Mereka berdua memberi
salam pada ibu Reina. Ibu dan adik Reina kaget kedatangan seorang artis seperti
mereka. Ibu itu mempersilahkan Chinen dan Hikaru untuk duduk.
“anoo, maaf tiba-tiba datang merepotkan.” Kata Hikaru dengan sopan
“ah, ibu !! lihat !! orang ini kan yang ada di dinding kamar kakak!!” kata adik
Reina sambil menunjuk ke Chinen. Ibu itu menangis dan menangis melihat Chinen,
ia teringat kembali pada anak perempuan yang sangat dibanggakannya. Anak
satu-satunya tumpuan harapannya yang telah pergi ke sisi Tuhan. Ia memeluk
Chinen. Chinen membiarkan ibu itu memeluk dirinya, membiarkan
ibu itu menangis sepuasnya, tenggelam ke dalam nostalgia anak kesayangannya
yang telah pergi medahuluinya. Setelah ibu itu puas menangis, ia mengantarkan
Chinen dan Hikaru ke kamar Reina. Seluruh kamar Reina penuh dengan poster dan
gambar Chinen. Ia memiliki seluruh aksesoris bergambar wajah Chinen. Chinen tak
percaya bahwa orang sehebat Reina mengidolakan dirinya yang seperti ini. di
cermin dinding Reina terdapat foto Chinen dengan tulisan aku akan segera
sembuh dan menonton konsermu . Chinen tak tahan lagi untuk tak mengeluarkan
air matanya, begitu juga dengan Hikaru. Chinen mengambil tulisan itu.
“dia.. dia sangat mengidolakanmu. Saat sakit kanker dan tak bisa berjalan, ia
percaya bahwa suatu hari pasti dia akan sembuh dan bisa menonton konsermu. Dia
bilang, dia ingin bersinar seperti seorang Chinen Yuri.” Ibu Reina berkata
sambil menangis.
“bibi, apa boleh aku menyimpan tulisan ini?”
“ambillah, aku yakin Reina di surga sana pasti sangat senang.”
“bibi, tolong antarkan aku ke makamnya” Chinen memohon.
“baiklah, aku akan mengantarmu, makamnya tak jauh dari sini dan hanya tinggal
berjalan kaki.”
Dan benar, memang makam Reina tak jauh dari tempat itu juga tak jauh dari ladang
bunga tempat rahasia mereka. Chinen mengambil beberapa tangkai bunga itu dan
menaruhnya di nisan Reina. Ia berdoa untuk
Reina.
“Reina, terimakasih. Karena telah menjadi kado terbaik dari Tuhan untukku”
Chinen berkata sambil tersenyum “aku berjanji padamu akan menjadi orang yang
lebih baik lagi”
“Reina, maafkan aku atas semua kesalahanku. Aku tahu kau pasti marah padaku
hingga kau memutuskan untuk menemui Chinen sendiri. Kau akan terus berada di
dalam hatiku.” Hikaru berbicara juga sambil tersenyum. “aku benar-benar sangat
menyesal”
“nak, sebelum pergi, Reina memberikan ini padaku. Berharap suatu saat nanti kau
membacanya.” Ibu reina memberikan Chinen sepucuk surat yang lusuh, itu
berarti bahwa surat ini telah dibaca oleh ibu Reina berkali-kali bahkan mungkin
sambil menangis.
Dear Chinen Yuri,
Aku tahu mungkin surat ini tak akan pernah sampai padamu, aku menyukaimu dari
awal kau bernyanyi. Mungkin ini agak sedikit berlebihan tetapi, aku benar-benar
menyukaimu dan kadang berfikir untuk menjadi istrimu ya. Hahahaha . sejak kecil
aku terus berjuang untuk mendapatkan beasiswa di sekolah ternama ini. meskipun
aku tahu kita tak akan pernah bertemu pada satu sekolah yang sama karena umurku
jauh di atasmu, tetapi aku yakin. Aku akan bisa selalu ada di dekatmu. Dan
akhirnya aku mendapat beasiswa di sekolah mahal ini. jujur aku sangat senang,
dan kau tahu aku berteman baik dengan Hikaru lho, dia sangat baik padaku. Aku
pikir dia adalah orang yang sombong. Dia selalu bercerita semua hal tentangmu.
Juga saat-saat kalian di belakang panggung. Aku harap suatu hari nanti aku bisa
sembuh dan segera menonton konsermu. Aku akan berusaha melawan penyakitku ini
dengan sekuat tenaga. Aku tak mau dikalahkan oleh sakit ini. dan andaikan Tuhan
tak memberiku waktu, aku sudah cukup puas dengan apa yang selama ini Dia
berikan untukku. Memang pada awalnya aku sama sekali tak bisa menerima ini
semua. Tapi suatu hari, aku bertemu dengan seorang lelaki kecil dan ia membuka
mata hatiku dengan kalimatnya. Tuhan mengirim kami, untuk memberitahukan
dunia bahwa mereka harus selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki, Karena
itu kami bahagia dengan keadaan ini. memang sulit. Tapi aku yakin. Tuhan tak
pernah menjadikan ciptaan-Nya menjadi sia-sia. Sejak saat itu aku tak
pernah mengeluh tentang penyakitku hingga pada akhirnya aku tak bisa berlari di
lapangan sekolah lagi seperti ini. namun sosokmu, lagu-lagumu terus menemaniku
setiap saat. aku percaya Tuhan benar-benar sayang padaku dan memintaku untuk
cepat-cepat kembali pada-Nya karena ia telah mempersiapkan tempat terbaik
bagiku untuk melihat konsermu dari sana. Hahaha.
Chinen Yuri, teruslah bersinar seperti bintang di
langit. Terangi terus para fansmu. Berikan mereka harapan untuk hidup, berikan
mimpi-mimpimu lewat lagumu,aku percaya kau bisa melakukannya.
Tertanda, salah satu dari ribuan fansmu di dunia ini
Fujiyama Reina
Chinen menangis membaca surat itu di depan nisan Reina. ia
terus memandangi nisan Reina
“hei Reina, terimakasih karena telah menyediakan sisa
waktumu yang berharga untukku” Chinen berkata pada batu nisannya. Ia sama sekali tak menyesal walau hanya bertemu Reina pada
saat yang tidak tepat. Dan yakin suatu saat pasti akan ada sosok wanita yang
datang ke kehidupannya dengan kebaikan hati seperti Reina.
THE END
Kata dan Pesan dari Penulis:
jangan pernah menyia-nyiakan
sedetikpun dari waktu kita yang berharga, karena Tuhan punya rencana di setiap
detik yang kita habiskan
No comments:
Post a Comment