NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Saturday, May 4, 2013

[Oneshot] Aku Juga Menyukaimu


Title                      : Aku Juga Menyukaimu
Author                 : Yu_I (Yuyuu)
Link of Author     : https://twitter.com/YulindaIsnania
                             https://www.facebook.com/yuyulupylupyaya

Rating                  : PG-16
Genre                   : Romance
Lenght                  : Oneshot
Cast                      : Auriza Mika (Imaginary name) as female lead
            Yamada Ryosuke (Hey! Say! JUMP) as Nakata Ryu
             Hayate Megu (Imaginary name) as Nakata Ryu and Auriza       -Mika Friend. 

Summary             : Aku berpikir kalau Ryu menyukai Megu. Itu artinya aku tidak dalam keadaan koma lagi, melainkan mati. aku tidak ingin bersaing untuk mendapatkan Ryu, dan aku juga tidak ingin Ryu memilih antara aku dan Megu, karena aku bukan pilihan. Lebih baik aku tetap menyimpan perasaanku hingga tiba saatnya nanti, entah kapan.      
             

********************************************

****************************************************

Aku Mika, Auriza Mika. Seorang siswi kelas X di sekolah swasta di jepang, tepatnya di Kanagawa. Aku sudah lama sekali dalam keadaan koma karena menyukai teman sekelasku, namanya Ryu, Nakata Ryu. ku sebut koma karena aku memang terlihat seperti sedang koma, tidak hidup, dan juga tidak mati. Aku menyukainya bukan hanya karena dia tampan dan pintar, tapi karena aku menyukai senyumnya. Aku akan ikut tersenyum ketika dia tersenyum, seperti ada magnet yang menariku untuk tersenyum pula. Dan itu tidak ku temukan pada senyuman teman-temanku yang lain. Senyuman Ryu sungguh berbeda.

Aku sudah sangat lama menyukainya, sejak aku bertemu dengannya 12 tahun yang lalu, tapatnya ketika aku dan dia berada di satu taman kanak-kanak yang sama. Sejak saat itu aku mulai menyukainya, dan sejak itu pula aku selalu mengikuti semua kegiatan yang di ikuti oleh Ryu. Aku ikut karate, olahraga basket, renang, apapun yang dia suka, aku mati-matian pula untuk menyukainya, seperti berusaha untuk menyukai pelajaran Matematika dan Sejarah. Aku ingin, jika suatu saat dia berbicara kepadaku mengenai apapun, aku akan bisa mengikuti pembicaraannya, aku juga tidak ingin jika suatu saat akan membuatnya bosan karena ketidak tahuanku tentang apapun, dan setidaknya dia tahu kalau kami mempunyai hobby yang sama. Aku tidak tahu apakah itu akan berhasil untuk menarik perhatianya. Dulu aku pikir itu hanya perasaan anak kecil saja, tapi sepertinya jelas bukan, karena perasaan itu kini tumbuh semakin besar, hingga sekarang. Aku selalu memperhatikannya, aku juga mengetahui semua tentangnya. Aku benar-benar terobsesi untuk memilikinya. Tapi aku tidak punya keberanian yang cukup untuk mengakuinya. Untuk mengatakan kalau aku menyukainya. Sungguh menyukainya.

Aku sedang dalam perjalanan menuju sekolahku, aku selalu berjalan kaki. Kebanyakan siswa maupun siswsi di jepang berjalan kaki. Tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapaku, aku pun berbalik untuk menyapa kembali. Ternyata Ryu, dia menyapaku pagi ini.

“ Selamat pagi Mika..” Ryu menyapaku dengan senyumannya pula.

“ Selamat pagi.... Ryu...” belum selesai lagi aku menyapanya, dia berlari meninggalkanku.

Sesampainya di ruang kelas, aku kembali menatap Ryu. berharap dia akan menyapaku kembali, entah karena alasan apapun. Tapi sampai pelajaran terakhir pun tidak ada tanda-tanda kalau dia akan menyapaku kembali. Dia tetap seperti biasa, berkumpul ketika istirahat  dengan teman-temannya dan dengan beberapa siswi lain yang memang suka mengikuti kemanapun dia pergi, seperti penguntit. Pelajaran hari ini berakhir, aku memasukan buku-buku ku ke dalam tas dan mulai berjalan meninggalkan kelasku dan kini aku sudah berjalan keluar dari pagar sekolah hingga akhirnya aku menghentikan langkahku karena aku mendengar  teriakan seseorang yang memanggil namaku dari kejauhan.

“ Um, Ryu....” ucapku pelan, dan hampir tidak terdengar.

“ Kenapa kamu tidak menungguku ?” nafasnya tersengal-sengal karena berlari cukup jauh.

“ Eh......” sahutku sambil sedikit memiringkan kepalaku ke arah kiri.

“ Iya, kenapa kamu tidak menungguku ? kita kan pulangnya searah.” Sahutnya lagi, kini dengan nafas yang teratur.

“ Eh... kita kan... tidak pernah pulang bersama ? aku pikir.... makanya aku tidak menunggumu.” Aku kembali menjawab, tapi kali ini dengan suara yang terdengar cukup jelas.

“ Aahh.. aku lupa, kita memang tidak pernah pulang bersama. Um, bagaimana kalau hari ini kita pulang bersama. Oke ? ayo.”

Dia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan di depanku. Itu membuatku kebingungan. Dia bilang ingin pulang bersama tapi dia sama sekali tidak menghiraukanku yang berjalan tepat di belakangnya. Ini sama saja dengan pulang sendiri, tidak ada bedanya. Dia bahkan mulai memasang earphone dan menyanyikan lagu sambil berjalan.sedangkan aku, aku hanya membuntutinya, seperti penguntit. Tapi setidaknya itu karena jalan kami searah. Sepanjang perjalanan aku hanya berbicara tidak karuan dalam pikiranku. Memperdebatkan duniaku yang terlihat tidak seimbang ini. Hingga tidak terasa akhirnya Ryu mulai berhenti di persimpangan dan membalikkan badannya.

“ Aaahh... kenapa anak wanita selalu berjalan seperti keong ? lambat, sangat lambat. Pulang bersama, tapi terlihat seperti biasa. Berjalan sendiri-sendiri.” Dia berbicara lumayan keras, hingga aku cukup bisa mendengarnya.

Aku sedikit berlari untuk bisa sampai di persimpangan itu dan berdiri tepat di depannya.

“ Hei, lagi pula kamu yang berjalan terlalu cepat, seperti di kejar hantu.” Aku sedikit membela diriku.

“ Haa... benarkah ? kalau begitu.. bagaimana kalau kita kembali kesekolah dan mengulang perjalanan ini kembali ? tapi dengan langkahku yang sedikit pelan. Bagaimana ?” dia terlihat seperti serius ketika mengatakannya.

“ Eh....” aku kembali hanya bisa mengucapkan itu, Ryu benar-benar membuatku kebingungan.

“ Um, aku hanya bercanda. Bye .. Mika..” ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menuju arah lain dan meninggalkanku kembali, mengulangi hal yang dia lakukan ketika menyapaku tadi pagi, tapi kali ini dia membalikkan badan dan melambaikan tangannya padaku.

          Aku pun berjalan tertunduk menuju arah yang berlawanan. Sesampainya aku di rumah, aku langsung menuju kamarku, dan meletakkan tasku. Mandi, dan membantu ibuku untuk membuat makan malam. Malam ini berlalu seperti biasa, setelah makan malam bersama ayah dan ibuku selesai , aku membantu mencuci piring dan kembali ke tempat tidurku untuk belajar, kemudian tidur. Keesokan harinya, setelah mandi dan sarapan, aku kemudian membuka pintu dan berjalan keluar untuk pergi ke sekolah. Tapi aku menghentikan langkahku ketika aku keluar dan menemukan Ryu bersandar pada pagar rumahku sambil menekan-nekan handphonenya, seperti sedang mengirim pesan.

“ Ah, kamu sudah siap. Ayo kita berangkat.” Ryu memulai percakapan.

Tapi dia tidak langsung berjalan, dia tetap diam. Tidak bergerak sama sekali. Bahkan dia masih memainkan handphonenya.

“ Eh...??”

“ Um, kita pergi.” Dia tersenyum, dan mulai memasukkan handphonenya ke dalam saku.

Aku semakin koma, tidak tahu apa yang harus aku katakan. Dan kenapa dia tersenyum ? aku mulai merasa ingin melompat-lompat kegirangan, tapi dia masih berada di depanku saat ini.

“ Eeehh.... apa yang kamu lakukan Mika ? kita bisa terlambat...” Ryu berjalan sambil menarik lengan bajuku, membuatku semakin tidak karuan saat itu.

Aku memikirkan, kenapa dia, Ryu berbicara denganku akhir-akhir ini ? tepatnya 2 hari ini. Sejak kami 1 sekolah dulu, dia orang yang sangat jarang berbicara kepadaku, kecuali memang benar-benar ada hal penting yang ingin dia katakan. Tapi kenapa sekarang berbeda ? aku kembali berdebat degan tenangnya, hingga aku tidak mendengar lagi apa yang di katakan Ryu padaku saat  ini. Aku terlalu sibuk untuk  mendengarkannya. Hingga akhirnya kami tiba di sekolah.

“ Ryu... selamat pagi...” terdengar suara perempuan yang tidak asing bagiku sedang menyapa Ryu.

“ Hei, Megu.. selamat pagi.” Kulihat Ryu tersenyum sangat manis tapi juga terlihat malu-malu ketika menyapa Megu.

Ya, Megu, Hayate Megu. Teman satu kelas kami. Megu teman yang baik, dia pintar dan cantik. Dan semua orang menyukainya, termasuk aku. Mungkin juga Ryu, karena aku tidak pernah melihat senyuman Ryu yang seperti ini selama ini. Aku berpikir kalau Ryu menyukai Megu. Itu artinya aku tidak dalam keadaan koma lagi, melainkan mati. aku tidak ingin bersaing untuk mendapatkan Ryu, dan aku juga tidak ingin Ryu memilih antara aku dan Megu, karena aku bukan pilihan. Lebih baik aku tetap menyimpan perasaanku hingga tiba saatnya nanti, entah kapan.

Aku menatap Megu dan Ryu yang saling tersenyum sambil berjalan menuju ruang kelas, dan aku kembali menundukan kepalaku, berjalan di belakang mereka. Hari ini jantungku seakan mau berhenti ketika jam istirahat kedua, dimana Ryu menarik tangan Megu dan membawanya keluar kelas, entah kemana. Aku menangis, dalam hati. Kenapa harus aku yang menyukainya ? dan, kenapa dia menyukai Megu ? aku tidak tahan untuk tidak meneteskan air mataku, tapi tidak di depan teman-temanku. Akhirnya aku memutuskan untuk menangis di kamar mandi sekolah. Sepanjang perjalanan menuju kamar mandi aku berusaha menahan air mataku agar tidak menetes. Tapi sia-sia, ketika aku melihat keluar jendela. Ryu dan Megu, mereka sedang duduk di bangku taman sekolah, saling menatap dan tersenyum satu sama lain. Dan Ryu kembali terlihat malu-malu. Air mataku menetes saat ini, tapi aku tetap meneruskan langkahku hingga akhirnya tiba di kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya. Aku tidak masuk pelajaran terakhir, aku pulang sebelum pelajar di mulai. Aku tidak tahu apa yang terjadi di kelas setelah aku pulang, mungkin teman-temanku sedang mengejek Ryu dan Megu karena ketahuan menjalin hubungan.

Aku tidak ingin ke sekolah pagi ini. Aku merasa sakit, tapi hanya perasaanku saja yang sakit, yang lainnya tidak, mereka baik-baik saja. Aku berjalan keluar rumah dan aku kembali terkejut, Ryu kembali ada di depan rumahku. Tepatnya bersandar di pagar dan kali ini aku yang menyapanya terlebih dahulu karena dia terlihat sibuk mengirimkan pesan, mungkin untuk Megu.

“ Selamat Pagi.” Ucapku sambil berjalan meninggalkannya.

“ Eh, Mika. Selamat pagi.” Ryu menjawab dengan semangat, kemudian berlari kecil mengikutiku.

Hari ini perjalanan menuju sekolah terasa sangat melelahkan. Sudah hampir 10 menit kami berjalan, tapi tidak ada satupun yang berbicara. Ryu terlihat asik dengan ponselnya. Dia sesekali tertawa-tawa kecil ketika membaca pesan yang dia terima. Itu membuatku semakin tersiksa, aku semakin mempercepat langkah kakiku. Aku benar-benar sekarat saat ini.

“ Um, Mika. Kamu berteman dengan Megu kan ? dia teman kita sejak sekolah menegah pertama. Dia selalu duduk di depanku. Apakah kamu ingat ?” Ryu memulai percakapan dan membuatku harus menjawabnya.

“ Um, aku berteman.. hanya saja tidak begitu dekat. Tidak sedekat kamu dan dia.” Jawabku sambil tersenyum menatap Ryu, dan dia hanya membalas senyumanku tanpa membantah kalau dia dan Megu tidak berteman dekat.

Sesaat, perjalanan kami sepi kembali. Hingga 10 menit kemudian Ryu kembali memulai percakapan. Dan lagi-lagi tentang Megu. Aku hampir menabrak anak kecil yang berjalan di depanku karena menutup mataku agar tidak menangis. Lagi pula aku tidak ingin terlihat seperti gadis aneh yang menangis di tengah-tengah pembicaraan.

“ Dia gadis yang baik bukan ? dia juga pintar dan cantik. “ Ryu kembali tersenyum ketika membicarakan Megu.

“ Um, dia pintar dan cantik. Megu benar-benar sempurna.” Sahutku dengan nada yang datar.

“ Apakah menurutmu Megu sudah punya kekasih ?” kali ini Ryu menarik lengan bajuku kembali, dan menghentikan langkahnya.

Aku sempat berpikir, kenapa dia hanya menarik lengan bajuku ? kenapa bukan tanganku ? apa tangannya itu hanya untuk menggenggam tangan Megu ? aku mulai kesulitan untuk menjawab pertanyaan Ryu. jika ku jawab sudah, Ryu mungkin akan sakit hati, dan aku tidak ingin melihat Ryu sedih. Tapi jika ku jawab belum, aku yang akan sedih sekaligus sekarat, karena kemungkinan besar Ryu akan mengejar Megu.

“ Uumm... aku tidak tahu.. sebaiknya kamu tanyakan saja  langsung pada Megu..” jawabku perlahan dan meletakan tasku kemudian duduk dan mengeluarkan buku pelajaranku.

“ Um, kamu benar. Aku akan memikirkannya nanti.” Ryu kemudian berjalan menuju tempat duduknya.

Tidak lama, Megu datang dan tersenyum menatap Ryu. kemudian merubah arah tatapannya kepadaku. “

“ Selamat pagi Mika..” senyuman Megu benar-benar manis.

“ Selamat... pagi Megu..” balasku dengan senyuman pula.

          Pelajaran hari ini benar-benar sulit di mengerti. Aku menguras habis konsentrasiku agar bisa mengikuti pelajaran dengan baik, tapi sia-sia. Semua yang ada di pikiranku hanya bayangan Ryu dan Megu yang tertawa, dan bercanda sepanjang hari ini. Hingga waktunya pulang, aku bergegas memasukkan buku-buku ku ke dalam tas dan melangkah pergi. Malam ini aku tidak makan malam bersama, karena aku mengatakan kalau aku sudah makan sebelum pulang kerumah. Aku mengambil sebuah bingkai foto yang terletak di atas meja belajarku dan metapnya. Itu adalah foto di mana aku sedang manghadiri perpisahan sekolah 1 tahun yang lalu. Aku berfoto seorang diri, dengan mengenakan seragam sekolah dan memegang sebuah surat kelulusan di tanganku. Itu adalah foto yang di berikan oleh Ryu, dia yang memotretnya, dia juga yang menyerahkannya padaku. Dengan sebuah kotak kado berwarna merah, dan waktu itu fotoku sudah berada di dalam bingkainya. Dia menyerahkannya tepat di saat hari pertama aku masuk sekolah ini.

          Hari-hari berlalu seperti biasa, aku masih memendam perasaanku. Aku masih belum ingin mengatakannya. Belum saatnya. Ryu pun masih terlihat bersama Megu. Walaupun aku tidak mendengar kabar kalau Ryu dan Megu menjalin hubungan, aku tidak ingin merusak kedekatan mereka, karena aku tidak ingin jika suatu saat ada yang merusak kedekatanku dengan pria idamanku, siapa pun itu.Pagi ini pun aku kembali menemukan Ryu yang bersandar di pagar rumahku dengan menggenggam sebuah ponsel di tangannya.

“ Selamat pagi.. “ Ryu menyapaku beserta senyumannya.

“ Selamat pagi... “ balasku dan mulai berjalan.

“ Mika, aku ingin menceritakan sesuatu padamu.” Ryu terlihat sangat serius.

Aku mulai memikirkan hal terburuk, mungkin Ryu dan Megu sudah menjalin hubungan. Itu yang ada di pikiranku saat ini. Tapi aku masih bersikap wajar dan mengangkat alisku seolah sedang bertanya.

“ Aku menyukai seseorang, aku sungguh menyukainya. Tapi... aku belum berani untuk mengatakan padanya apa yang aku rasakan.”

Ryu tertunduk, dan membuatku dalam detik-detik terakhir. Aku kalah. Ryu menyukai wanita lain. Aku hampir saja mengucapkan sesuatu sebelum akhirnya dia berbicara kembali.

“ Apakah kamu ingin tahu siapa wanita yang selama ini membuatku tdak bisa tertidur di malam hari karena memikirkan apa yang sedang dia lakukan, dan apakah dia juga memikirkannku....”

Aku sangat ingin tahu, tapi aku juga tidak ingin tahu. Jika aku tahu siapa wanita itu, aku mingkin akan membencinya selama-lamanya karena telah membuat Ryu seperti itu. Yang bisa ku lakukan hanya mengambil jalan utama, tidak ingin mengetahuniya.

“ Umm... aku rasa tidak. Aku tidak ingin mengetahuinya Ryu. lagi pula aku tidak akan bisa membantumu untuk mendapatkannya. Kamu harus berusaha sendiri jika kamu benar-benar menyukainya.” Aku terlihat seperti orang yang berpengalaman ketika mengatakannya.

“ Tapi... aku ingin kamu mengetahuinya. Lalu  bagaimana caranya ? dia bahkan tidak terlihat menyukaiku ?” Ryu kembali melemparkan pertanyaannya padaku.

“ Uum, kamu bisa pikirkan nanti...” aku tersenyum padanya solah memberikan semangat, padahal aku sendiri perlu menyemangati diriku.

Ryu tersenyum, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Di sekolah, pada saat jam kosong Ryu selalu terlihat bersama Megu. Dan mereka terlihat sangat dekat. Tapi kenapa Ryu tidak mengatakannya pada Megu ? dia bisa kapan saja mengatakan kalau dia menyukai Megu, tapi tidak dia lakukan.

          Malam ini aku kembali menatap fotoku. Besok pagi, aku berniat untuk mengatakannya pada Ryu. Apa yang aku rasakan. Walaupun dia menyukai wanita lain, setidaknya dia juga tahu apa yang aku rasakan padanya. Aku tidak bermaksud membuatnya kebingungan nantinya. Aku hanya ingin dia tahu, aku menyukainya.Aku tertidur dan terbangun keesokan harinya dengan masih memeluk foto itu. pagi ini, aku benar-benar berantakan. Aku menjatuhkan banyak benda karena terburu-buru, salah satunya bingkai foto itu. aku memecahkannya. Aku berniat membersihkannya nanti, tapi bagaimana jika ibu masuk ke kamarku dan pecahan bingkai ini mengenai kakinya. Aku kembali memungut pecahan itu, dan mengeluarkan foto itu dengan perlahan kemudian menaruhnya di atas meja.

“ aku berangkat....” aku berpamitan dengan kedua orang tuaku setelah aku menyantap sarapanku.

Aku membuka pintu dan aku sudah siap untuk menyatakan perasaanku pada Ryu, tapi kali ini Ryu tidak menungguku. Aku ke sekolah sendiri. Aku hampir membatalkan niatku karena ku pikir Ryu pagi ini menjemput wanita idamannya itu. Logika dan perasaanku kembali berdebat henbat kali ini. Aku sampai bingung, mana yang harus ku ikuti.

Sekolah berakhir  hari ini.Aku sudah di depan gerbang sekolah ketika Ryu memanggilku. Dia berlari mendekat, nafasnya tidak beraturan, dia terlihat sangat berantakan dengan keringat yang menetes di seluruh tubuhnya. Aku hanya memandangnya dan membiarkan dirinya tenang agar aku bisa mengatakan apa yang aku rasakan. Tapi aku masih belum tahu memulainya dari mana. Di sela-sela kebingunganku, Ryu mulai berbicara padaku, dan dia  juga terlihat gugup, seperti aku.

“ Mika... apa kamu tahu, siapa yang selama ini mengirimkan pesan padaku ?”

Aku tidak ingin tahu. Aku katakan seperti itu dalam benakku. Kenapa Ryu ingin aku mengetahui itu. aku membalikan badanku dan mulai berjalan meninggalkannya.

“ Megu. Kami selalu saling mengirimkan pesan.”

Langkahku terhenti. Aku sudah yakin Ryu dan Megu menjaling hubungan. Aku kembali membalikkan badanku menatapnya.

“ Apa kamu tahu kenapa aku malu ketika berbicara dengannya ?” pertanyaan Ryu membuatku ingin berjalan meninggalkannya kembali.

“ Apa kamu tahu siapa wanita yang aku sukai selama ini ?”

Pertanyaan Ryu kali ini membuatku benar-benar berjalan meninggalkannya. Aku membatalkan niatku. Karena Ryu telah memberitahukan padaku semuanya. Dia menyukai Megu. Aku memilih mengubur perasaanku selama ini. Tapi tiba-tiba Ryu berbicara pelan, aku masih bisa mendengar apa yang dia katakan, masih sangat jelas, dan itu membuat langkahku terhenti.

“ Setiap pagi.. aku mengirimkan pesan pada Megu.. untuk bertanya.. hal apa yang hari ini akan aku bicarakan denganmu... karena aku takut.. kamu akan bosan padaku jika aku berbicara tentang hal yang aneh... aku sering mengajaknya duduk di taman sekolah... agar... jika suatu saat kita tidak sengaja bertemu disana aku tidak perlu merasa gugup lagi... aku tidak pernah berjalan sejajar denganmu... karena aku tidak ingin wajahku yang gugup akan terlihat olehmu... ? aku juga tersenyum malu ketika bertemu dia, karena dia tahu apa yang akau rasakan padamu.. dan... setiap hari.. aku tidak pernah menyentuh tanganmu.. melainkan hanya lengan bajumu.. karena.. aku.. aku takut kamu akan merasakan kalau tanganku gemetar setiap kali berada di dekatmu.. aku menunggumu di depan rumah.. karena aku ingin mengatakan apa yang aku rasakan.. tapi aku selalu meninggalkan nyaliku di tempat lain.... karena kamu terlihat tidak menyukaiku..”

Ryu berhenti bicara, dan aku membalikkan badanku. Aku tersenyum. Ini seperti mimpi. Orang yang selama ini ku kagumi, ternyata dia juga mengagumiku. Aku ingin mengatakan bahwa aku juga menyukainya, tapi lagi-lagi Ryu mengambil kesempatanku. Dia kembali melanjutkan kata-katanya.

“ Aku menyukaimu... Mika... bukan karena kita mempunyai hobby yang sama... aku tidak mempermasalahkan apa saja yang kamu suka.. dan apa saja yang tidak... aku hanya tahu.. aku menyukaimu... sejak.. sejak kamu... sejak pertama kali kamu tersenyum kepadaku.. karena aku menggunakan seragam yang salah waktu itu... di kelas pertama kita di sekolah menengah pertama...”

Aku kembali ingin mengatakan apa yang aku rasakan pada Ryu, perasaanku kali ini sungguh menggebu-gebu. Sulit sekali untuk di tahan. Tapi lagi-lagi Ryu melanjutkan kata-katanya.

“ Sejak saat itu... aku menyukaimu Mika... senyumanmu... membuat duniaku menjadi lebih baik..

“ Ryu.... aku....” belum selesai aku bicara, Ryu kembali melanjutkan kata-katanya.

Kali ini Ryu mengucapkannya dengan tersenyum. Dan dia berjalan mendekatiku, tetap dengan senyumannya yang selalu membuatku mengaguminya.

“ Aku menyukaimu Mika.. aku sungguh menyukaimu..”

Sesaat, aku terdiam. Aku berusaha menyusan kalimat yang indah untuk dia dengar. Tapi itu justru membuatku menderita penyakit alzemir. Aku tersenyum menatap Ryu. Dia sungguh-sungguh membuatku mengaguminya.

“ Aku.. juga menyukaimu Ryu...” aku kembali tersenyum menatap Ryu.

          Kali ini aku benar-benar membatalkan niatku untuk mengatakan apa yang aku rasakan padanya. Bahkan lebih dari yang dia rasakan padaku selama ini. Aku memilih menyimpannya. Membiarkan dia tidak mengetahui bahwa kau juga sangat menyukainya, sejak pertama kali bertemu dengannya. Aku tiba di rumah dengan hati yang berbunga-bunga. Setibanya di kamar, aku menemukan fotoku terjatuh di lantai dalam keadaan terbalik karena tertiup angin yang berasal dari jendela kamarku. Aku mengambilnya, dan.... ternyata di belakang foto itu selama ini ada sebuah tulisan ( Aku menyukaimu Mika... 02-09-2009) Ryu menuliskan kata-kata itu tepat di saat dia mengambilkan gambar untukku. dan aku baru melihatnya sekarang. Perlahan aku berjalan menuju meja belajarku, aku mengambil salah satu pensilku, sambil tersenyum aku menuliskan sesuatu pada foto itu, ( Aku juga menyukaimu.. Ryu... 02-09-1999).

- End -

Note : Bukan ahli dalam membuat ataupun mengarang cerita. Dan mohon ma’af apabila ada kesalahan dalam penulisan yang mengurangi kenyamanan dalam membaca cerita ini. Jadi harap di maklumi, dan silahkan meninggalkan komentar yang membangun bagi sang penulis, agar dapat memperbaiki setiap kesalahan dan menerapkannya di cerita yang lainnya.

        

                                                                             Yulinda Isnaniah

                                                                                      (Yu_I)

No comments:

Post a Comment