NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, May 2, 2013

[Oneshot] My Orgel




Title          : My Orgel
Pairing       : YamaChii/NakaChii (keep calm, Imade them hetero)
Cast          : Ryosuke Yamada as himself
                   Yuto Nakajima as himself
Cross Gende : (Yuri Chinen be a female, okay to make it hetero-)
Genre          : Angst/Tragedy
Rating         : G (M for the words and mental intent)
Length        : Oneshot
Language    : Indonesia
Author          : Anis Ki
- FB Link       : https://www.facebook.com/anis.keybum
- Ichiban       : CHII! (yuyu-yayang )\\(>,<)//
- Reason join this project: bcs, it’s for the B’daaayyyyyy for the special boy~

Disclaimer      : I own world____nah! I’m not own the song and the boys (excp CHII. He is in my pocket)

Summary      : when you’re too nice for your best friend, but too in love to your loved one. But you still want both. you just can make your own melody box.

A/N              : this song from SHINee’s new mini album, stuck in my head~
and somehow, sometime Yama-chan can give me those cold creepy smile, ya know~







//If it’s not cramped locked in the small box
//If this world crashing with waves isn’t dizzying
//I hold your snow-white shoulders, I wind up the spring

Langit yang keunguan menyembunyikan cahaya lembayung yang seperti enggan pergi dibalik batas riak air danau kecil yang kehijauan. Angin hangat musim panas tidak menghangatkan hati Yuto yang hampir lima tahun ini sudah mendingin.

Seorang laki-laki kurus duduk di bangku taman coklat dengan pandangan yang entah kemana. Danau yang indah dengan pantulan langit senja, sama sekali tidak menarik perhatian mata dan pikiran nya. Rambut hitam nya yang lurus berkilau menyembunyikan scane-scane yang berceceran berputar putar di kepala nya. Tangan kurus nya menggenggam secarik kertas kusut dengan lemah.

Nakajima Yuto. Bintang muda dengan asa tak terbatas. Dengan kemampuan dan mimpi yang menyelimuti nya. Idol star yang nama nya tak pernah absent dari pembicaraan seantero tanah yang dipijak nya. Dia adalah Rising Star sampai musim panas lima tahun lalu. Sebelum titik waktu yang menjatuhkan nya dari tempat bintang yang tinggi. Kecelakaan yang mengambil suara dari setiap kata-katanya. Mengambil hangat dari hati nya. Akhir yang cukup ironic untuk karir secemerlang milik nya. Ketika sekarang hanya ada dia dan pikiran nya dalam tubuh yang kosong di tempat yang orang bilang ‘rumah terapi jiwa’. Kehilangan gadis yang dicintainya cukup untuk membuat mentalnya rusak.

Sebuah tangan familiar menepuk bahu kurus Yuto. Tanpa menoleh pun, Yuto tau siapa pemilik tangan kuning langsat di pundak nya. Selama lima tahun ini, hanya tangan ini yang masih menyentuhnya. Peduli. Tangan itu milik Yamada Ryosuke. Seorang Idol star, dokter, sahabat, teman kerja, dan … kekasih dari gadis yang dicintai nya. Gadis yang menghilang bersama dengan hangat dihati Yuto. Kehadiran sosok yang sekarang duduk di sebelahnya, membuat pecahan-pecahan scene dalam otak Yuto berputar lebih cepat, seperti kilasan-kilasan potongan film.

“Yuri –“

Mata Yuto membesar. Genggeman tangannya berubah menjadi cengkraman. Membuat kertas yang sudah lusuh di tangannya semakin kusut. Nafasnya mulai tak teratur. Yuto seperti ditarik mundur waktu. Dia bisa merasakan kembali rasa kaget ketika dia melihat kembali sosok putih mungil cantik yang sudah lama coba dilupakan nya. Yuri. Dia kembali merasakan rasa jengkel ketika Ryosuke merangkul sosok cantik yang dirindukannya itu. Amarah kembali menyentuhnya ketika scene dia melihat, mendengar Yuri terseyum malu ketika diperkenalkan Ryosuke sebagai kekasih nya. Hati nya kembali perih ketika terdengar kembali suara Yuri yang menolak kembali pada nya.

Hanya orang-orang terdekat mereka yang akan menganggap pemandangan ini aneh. Itu akan terlihat aneh, ketika seorang kekasih dan seorang selingkuhan dari seorang gadis yang sama, duduk berdampingan dengan akrabnya. Ya, hanya beberapa orang yang tau. Bahwa Yuto bersama kekasih Ryosuke ketika kecelakaan yang mengambil suara nya itu terjadi. Hanya beberapa orang yang tau. Bahwa Ryosuke membiarkan kekasih nya berkhianat dibelakang nya bersama Yuto. Hanya beberapa orang yang tau sosok gadis yang membuat kekacauan di mental Yuto, menghilang. Lenyap.

“itu sudah diputuskan dua jam lalu. Yuri-san dinyatakan meninggal.” Suara Ryosuke sedatar ekspresi nya yang memandang kilau air danau.

Seorang perawat, dengan sigap menghampiri Yuto yang mulai menangis meremas kepala nya sendiri. Seperti ingin menarik keluar semua memori yang berputar dikepala nya.

“Nakajima san! Ayo! Ayo kita kedalam! Nakajima san! “ dengan panik perawat berambut pendek itu merangkul Yuto dan membawa nya masuk ke gedung putih rumah sakit jiwa yang hanya berjarak 17 meter dari tempat mereka.

Kertas kecoklatan dengan garis-garis lipatan kusut, terbang ditiup angin musim panas, sebelum mendarat di sudut danau. Air danau mulai membuyarkan goresan-goresan tinta tua yang tertulis di atas kertas itu :

Yuto-kun, ternyata cinta yang kita paksakan, membohongi nya, melukai dia _ melihat nya menahan sakit, membuat aku merasa lebih sakit. Ternyata cinta kita yang dulu terasa berbeda. Ryosuke memeluk aku ketika kau meninggalkan aku. Ku rasa, kita tak bisa memaksakan cinta ini. Dia adalah hidupku sekarang.

                                                                                                                                Maaf,

                                                                                                                               Yuri

//Spinning and spinninng it turns, this song for me
//Spinning and spinning it’s so slow, melodybox just for me
//Spinning and spinning how dizzying
//My orgel





//Run from, so that only I can see your pretty face
//I stiffen my legs and I hate myself
//It gets foggy, the memories fade, an angel whispers Oh

Suara serangga musim panas seperti mengiringi irama langkah Ryosuke yang ringan. Senyum kecil terpasang di wajah mulus nya seakan mengikuti arah angin yang meraba pipi nya. Dengan jaket kulit hitam tergantung di lengan kiri nya, berkilau sangat kontras dengan jas dokter putih yang bertumpuk di atasnya. Ryosuke membuka santai pintu kayu coklat rumah kecil nya. Bau matahari masih menempel di kemeja hitam nya meski bulan malam yang menemani nya pulang. Senyum Ryosuke semakin santai, melonggarkan kancing kemeja nya dan berjalan santai melewati lorong kayu rumah nya, dia membuka pintu putih di ujung lorong. Bau bunga dan rempah pengawet langsung tercium di ruangan itu, membuat kamar dingin itu tersa hangat.

“aku pulang…” kata Ryosuke sambil tersenyum lembut. Meski tak ada sahutan selamat datang yang menyambutnya.

Ryosuke berjalan mendekati ranjang putih besar, senyum hangat tergambar di wajah nya, mata nya tidak terlepas dari sosok yang tertidur tenang di  tengah ranjang besar itu.

Seseorang memakai gaun putih dengan wajah pucat terbaring di tengah ranjang besar itu, badan nya tertutupi selimut putih lembut hingga dada nya, jari-jari pucat nya yang kurus, berjejer rapih di samping tubuh nya.

Ryosuke duduk di pinggir ranjang, dia memegang tangan putih sosok yang berbaring di samping nya.“Yuri–, sekarang, semua orang telah menganggap mu mati! Tidak ada yang mencari mu lagi-”.

“kau tidak akan meninggalkan aku lagi __ “ kata Ryosuke mendekati wajah tertidur Yuri “Yuri-ku “

Ryosuke menyentuh lembut kening Yuri, jari-jari nya turun menyentuh kulit Yuri, mengikuti setiap lekuk wajah Yuri, kelopak mata nya yang tertutup, hidung nya yang mancung, bibirnya yang indah, leher putih nya yang panjang terlihat sangat pucat dengan pita gaun putih yang di pakai nya, tangan Ryosuke berhenti ketika mencapai dada Yuri, ekpresi terpesona Ryosuke berubah menjadi ekspresi bingung.

//There’s only us two in the world, dance only for me
//You’re happy? since you’re always smiling?

Tangan Ryosuke di atas dada Yuri untuk waktu yang agak lama, pandangan nya kosong, sebelum dia kembali tersenyum “Yuri-chan, di setiap debaran jantung ku, selalu ada kau” katanya.

Ryosuke meletakkan kepala nya manja di atas dada Yuri, sambil tersenyum.

“jika tidak ada aku di setiap debaran jantung mu, — itu tidak apa-apa jika jantung mu tidak berdetak-“

“tidak apa-apa jika jantung mu tidak berdetak, asalkan jangan tinggalkan aku…” Ryosuke tersenyum.

“kau milik ku ……… Yuri chinen!”

//Twinkle Twinkle The tears on your eyes make me smile
//Glance glance I hate when other people look at you, smile for me
//With a sigh I drift farther, I’ve entered into a forest that I can’t escape
//I don’t care if I sink here and die in this unknown place so come to me…please…

——————————-

W/D: okay, sebenernya cerita ini daku pernah nge post di ‘dunia’ daku yang lain. tapi tokoh sama sebagian plot nya beda…terus muncul deh lagu baru ini. dan daku pikir, cocok sama senyum ‘sesuatu’ Yama-chan. Hope he’ll get his dream b’day this year \(>,<)/



No comments:

Post a Comment