NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Sunday, May 19, 2013

Eternity part 9 Role Play


Title                             : Eternity part 9 –Role Play-
Categories                   : Multichapter
Genre                          : Romance
Rating                         : NC-21. If you don’t like. Just don’t read.  I warn you
Theme song                 : Hurry Up  – Hey Say Jump
Cast                             : Inoo Kei
                                      Hikaru Yaotome
                                     Machiruu Yaotome (OC)
                                     Yabu Kota
                                    Yamada Ryosuke
                                     Megumi Sakurada (OC)
                                    Nakayama Yuma
Disclaimer                   : all cast are not mine, the story is mine
Synopsis                      :
            Entahlah, aku merasa bahwa ada sesuatu yang tak beres pada diriku. Tuhan menciptakan kita semua berpasang-pasangan. Besar dan kecil, tinggi dan rendah, sedih dan bahagia, serta laki-laki dan perempuan. Semua ada untuk melengkapi satu sama lain. Sudah hampir lebih dari setengah hidupku tak terlengkapi seperti ini. terbawa oleh alunan kebekuan hasratku pada kaum pelengkapku dan mencari subtitusi dalam sejenisku. Aku merasa bahagia namun tetap tak merasa lengkap. melihat orang yang kusayangi yang sebentar lagi menikah dengan adikku. Aku bahagia sekaligus iri. Melihat hidup mereka penuh dengan cinta, cinta yang selama ini kudambakan. Karena itu, aku memutuskan untuk keluar dari dunia subtitusi pelengkapku dan mencari sebuah kehangatan cinta, pada seorang wanita. Kau tau? Ini bukanlah sebuah pelarian atau pun sebuah penantian. Tapi ini adalah sebuah perjuangan, untuk lepas dari dekapan kegelapanku.


******************************************************************************
Pagi hari yang mendung dihiasi tetesan gerimis bekas hujan menghiasi kaca jendela kamar tempat Ruu dirawat seolah mewakili apa yang ia rasakan hari itu. wajah cantiknya tampak lesu dn kantung matanya bertambah besar akibat tak tidur beberapa hari. Ia hanya memikirkan Kei yang telah memutuskan untuk pergi darinya.
Tok tok~ suara pintu kamar Ruu terdengar diketuk. Ruu hanya diam tak merespon. Pintu itu terbuka perlahan menunggu orang yang ada dibaliknya untuk masuk. Ruu masih tak peduli dengan hal itu.
“Ohayou, Ruu” Kei datang dengan membawa satu bucket bunga mawar merah lengkap dengan senyum di wajahnya.
Ruu diam tak merespon, masih mengira bahwa apa yang ada di hadapannya adalah bagian dari imajinasi menyedihkannya yang terbawa dari suasana hatinya saat itu.
“Ruu…” Inoo menatap mata Ruu yang terlihat kosong. “daijobu ka?”
“Kei … kau … kau benar Kei …??” air mata Ruu mulai menetes tak percaya. Inoo memasang senyum di wajahnya lagi seolah tak pernah terjadi apa-apa pada mereka berdua.
“bukan, aku adalah malaikat yang membawa satu kebahagiaan kecil untukmu” ucap Inoo gombal sambil menunjukan satu bucket bunga yang dibawanya. “nah, sekarang jangan menangis lagi ya princess..” Inoo mencoba membuat Ruu bangkit.
“Kei, kenapa tiba-tiba… aku … maafkan aku Kei…”
“sudahlah, aku mengerti apa yang ingin kau katakan, kejadian itu tak sengaja kan? ayah dan ibumu mencoba menjelaskannya kemarin” Inoo tersenyum dengan senyum palsunya.
“benarkah? Jadi kau tak marah padaku?”
“un”
“kei … arigatou” Ruu hampir meneteskan airmatanya namun kali ini adalah airmata bahagia. Ia memeluk Inoo dengan erat namun Inoo sudah tak merasakan apa-apa lagi saat memeluk Ruu. Ia hanya mengingat apa yang dijanjikan oleh ayah dan ibu Ruu.

……………….flashback……………………..
“aku tak mungkin menghabiskan seluruh waktuku bersama putri kalian. Siapapun yang nanti akan bersamaku selain Ruu. Aku tak mau kalian mencampuri urusanku”
“tapi kumohon jaga perasaan Ruu. Aku tak mau kejadian seperti tadi terulang kembali”
“akan aku usahakan”
“arigatou, Inoo-kun”
Kedua orangtua ruu membungkuk pada Inoo dengan sangat lega.
dan satu lagi,”
Kedua orangtua Ruu menelan ludah mereka takut jika Inoo meminta sesuatu di luar batas kemampuan mereka.
“aku ingin setengah dari saham dan harta yang kalian miliki saat ini”
Kedua suami istri itu saling melihat. Mereka agak segan untuk mengabulkan permintaan Inoo yang satu ini.
“ada apa? bukankah tadi kalian bilang tak ada harta yang lebih penting selain anak kalian itu? aku hanya minta setengah dan tak seluruhnya. Hanya sampai disitu saja omongan kalian?” Inoo semakin bersikap dingin.
“Inoo kau keterlaluan” Yuma mulai khawatir
“diam Yuma !! ini urusan pribadiku. Nah tuan dan nyonya, bagaimana? Jika tak sanggup lebih baik kalian pulang dan rawat baik-baik anak perempuan anda itu”
“sanggup !! tentu saja kami sanggup!!” Ayah Ruu langsung menjawab dengan cepat sebelum Inoo berbalik. Inoo tersenyum puas.
“sou ka. Baiklah. Aku minta semua dikirim sebelum akhir bulan ini. jika terlambat sehari saja Ruu akan aku tinggalkan”
“baik, akan segera kami siapkan” Ayah Ruu hanya menuruti semua yang Inoo perintahkan sementara Ibu Ruu hanya menangis. Mereka berdua keluar dengan wajah lesu.
“Inoo, kau serius? Itu terlalu berlebihan” Yuma mulai menasehati Inoo lagi.
“huh, dasar bodoh. Aku sudah tak tertarik lagi dengan uang. Sudah banyak uang yang kukumpulkan dan aku sudah puas dengan hidupku sendiri”
“lantas untuk apa semua itu tadi?”
“sebenarnya aku tak berniat untuk rujuk dengan wanita murahan itu”
“Kei !!”
“tapi sepertinya kedua orang itu tadi sangat serius. Jadi kucoba saja. Tolong jangan ceritakan ini pada siapapun” Inoo mulai menggoda Yuma dengan bibir seksinya.
“Kei, kasihan mereka …” Yuma bermaksud untuk membalas kecupan bibir dari Inoo. Sebenarnya ia tak keberatan jika Inoo kembali ke dunianya yang dulu. Namun ia tak mau Inoo menjadi pemeras harta oranglain seperti itu. biar bagaimanapun itu adalah suatu tindakan yang tak punya harga diri bahkan dari seorang penghibur sekalipun.
Pintu bel apartemen Inoo berbunyi. Kedua orangtua Ruu datang lagi dengan diam. Inoo berharap agar mereka mencabut kembali omongannya.
“anou, Inoo-kun. Aku tak terlalu peduli eberapa besar yang kau minta, tetapi aku ada satu permintaan dan berharap sekali untuk kau kabulkan”
“apa itu tuan??”
“yaitu …”
………………………… present ………………………..
“Ruu, ayo kita menikah minggu ini” Inoo berbisik di samping telinga Ruu dengan lembut. Wajah Ruu memerah. Ia tak akan menyangka secepat ini.
“Kei …” Ruu semakin terharu.
“aku … tak ingin ada laki-laki lain yang mendekatimu. Kau hanya milikku. Milikku seorang dan akan hanya menjadi milikku. Tak ada yang boleh memilikimu kecuali aku” Inoo semakin melontarkan bualannya. “apa kau bersedia menikah denganku?” Inoo memakaikan sebuah cincin emas putih bermata berlian warna biru di jari manis Ruu.
Ruu memeluk Inoo lagi. “ya, Kei. Tentu saja aku bersedia”
Suasana yang tadinya suram dengan gejolak kekhawatiran Ruu saat itu seolah berganti menjadi suasana hangat sepasang kekasih. Baru pertama kali ini Ruu tersenyum sangat bahagia bahkan di depan Inoo sekalipun, orang yang selalu membuatnya tertawa akhir-akhir ini.
“Kei, aku masih tak percaya…. Benarkah ini? benarkah minggu ini kita akan menikah?”
“tentu saja sayang …”
“tapi hari minggu itu besok lusa?”
“ya, aku sudah berdiskusi dengan ayahmu dan kita sudah menyiapkan semuanya. Kita akan terikat dalam sebuah ikatan sayang”
“Kei… aku …. Aku sangat bahagia. Aku masih tak percaya. Kita akan menikah, menjadi suami istri, tinggal satu atap di sebuah rumah sederhana yang ….”
“tidak !!” Inoo memotong kalimat Ruu dengan tiba-tiba.
“tidak???”
“ah, maksudku. Kita akan tinggal di rumah orangtuamu dulu. Aku ingin membelikanmu sebuah rumah sederhana dengan uang yang kukumpulkan sendiri. Jadi …”
“aku mengerti Kei, semua akan aku lakukan untukmu”
“arigatou Ruu.” Inoo mengecup bibir Ruu dengan perlahan namun tanpa perasaan. Ruu yang masih tak peka dengan isi hati Inoo hanya menikmati sendiri kecupan lembut dari Inoo kemudian memeluknya lagi. Inoo hanya menatap ksoong tembok rumah sakit itu sambil membalas pelukan Ruu, memikirkan sesuatu yang lain.
Hikaru…. Serunya dalam hati tanpa diketahui orang yang sedang memeluknya itu.

………………………………………….
“APA !!? jadi kau akan menikah dengan adikku?”
“ya Hikaru. Hari minggu ini”
“minggu ini?? kenapa …”
“agar aku bisa cepat satu atap denganmu…” Inoo segera memeluk tubuh Hikaru dari belakang.
“jadi kau..”
“ya, aku akan tinggal di rumah orangtuamu. Dan kita….” Inoo membalikkan tubuh Hikaru untuk menghadapnya. “akan mempunyai waktu bersama lebih lama. Selamanya”
“bagaimana dengan adikku? Dia akan menjadi penganggu kan?”
“hahaha tentu saja aku akan berperan menjadi suami yang baik. Dan juga ….” Inoo membuka retsletting celana Hikaru, memutuskan untuk menumbuhkan kembali perasaannya pada laki-laki blonde yang satu ini. “kekasihmu…” Inoo mencium bibir Hikaru sambil mencari penisnya.
“welcome home, Inoo Kei…” seru Hikaru sambil tersenyum dan memasukkan tangannya ke dalam kaos hijau Inoo.  Mencari putting dada Inoo kemudian memainkannya seolah itu adalah permainan bayi miliknya. Hikaru menjatuhkan tubuh Inoo di sofa depan TV.
Ting tong~ suara bel pintu Inoo tiba-tiba berbunyi. Sudah jam 1 malam dan Inoo heran siapa yang bertamu ke rumahnya. Ia melihat lewat monitor dan ternyata adalah Yuma. Inoo mempersilahkannya masuk dan duduk. Ia sangat kaget begitu melihat Hikaru ada duduk di sofa ruang tamu.
“Yaotome … kenapa…”
“konbanwa Yuma-kun. Sudah lama tak bertemu. Apa kabarmu?”
“aku … baik..”
“yokatta” Hikaru menjawabnya dengan singkat.
Inoo tersenyum melihat mereka berdua. “biar kubuatkan minum. Kalian mengobrol dulu saja ya”
Hikaru mendekati Yuma kemudian duduk di sebelahnya. Yuma sangat gugup, dia juga pernah menyimpan rasa pada Hikaru namun tak pernah diketahui siapapun. Tetap Hikaru dapat membacanya dengan mudah.
“ne, Yuma. Lama sekali ya kau berada di samping Kei. Apa saja yang kalian lakukan selama itu?”
“tak ada”
“hihi usoo…”
“tidak, aku tak bohong !!” tiba-tiba Yuma menjawabnya seperti anak kecil. Entah kenapa Yuma selalu bersikap begini pada Hikaru.
“hihihi, anak bodoh” Hikaru langsung menidurkan Yuma di sofa. Dibukanya dengan cepat kancing kemeja Yuma dan dicumbunya bagian dada lelaki itu. Yuma menarik nafas karena titik vitalnya diserang. Hikaru memang sangat ahli dalam hal ini.
“Hikaru, yamette …”
“kalian ini memulai tanpa memberitahuku dulu…” Inoo datang dengan sebotol racikan cocktail dan Tequila, dia segera meletakkan minuan racikannya itu di meja kemudian membuka celananya hingga penisnya keluar.
“Yuma, kochi kochi” Inoo memasukkan penisnya ke mulut Yuma. Yuma menghisapnya sambil memejamkan mata. Menjilatinya seperti es batangan yang biasa dimakan oleh anak SD. Seolah terhipnotis oleh pesona Hikaru, ia terus membiarkan Hikaru menjajahi tubuhnya.
Hikaru membuka sletting celana Hikaru dan mengambil kelaminnya. Yuma mendesah kencang saat Hikaru mulai menggesek-gesekkannya dengan kaos yang dipakainya. Hikaru masih dalam posisi di atas Yuma. Ia mencium bibir Yuma dan Yuma mulai memberanikan diri mencari penis Hikaru. Inoo masih sibuk dengan penisnya yang berada dalam mulut Yuma.
Inoo melepas kelaminnya kemudian memberikan kode untuk yuma merangkak di sofa itu. Yuma menuruti mereka, Inoo memasukkan kembali penisnya dan Hikaru memasukkannya ke lubang belakang Yuma. Mata Yuma terpejam merasakan dua serangan sekaligus. Hikaru mengeluarkan lagi penisnya dengan cepat kemudian mengulanginya lagi. Begitu juga dengan Inoo. Mereka berdua sedikit bermain kasar pada Yuma namun Yuma bisa menikmati apa yang Inoo dan Hikaru lakukan. 20 menit mereka menggesek-gesekan kemaluan mereka, emmanfaatkan tubuh Yuma hingga sperma mereka keluar banyak. Kini Giliran Yuma berbalik berbaring. Hikaru mengemut penis Yuma sedangkan Inoo mencium bibirnya. Memberikan frenchkiss yang sangat mesra. Dijilatinya penis Yuma oleh Hikaru sampai tubuhnya sedikit kayang. Hikaru tahu dan berhenti, mencegah sperma Yuma keluar. Ia berhenti sejenak kemudian mengocok kembali penis Yuma dengan cepat hingga semua spermanya keluar. Bergantian dengan Inoo. Hikaru masih sanggup memainkan penis Inoo yang berdiri tegak lagi. Terus begitu hingga jarum jam menunjukan pukul 4 pagi. Mereka bertiga menikmati pagi yang penuh dengan birahi itu.

……………………………………
Enam bulan kemudian ….
“konbanwa, Kei. Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” Ruu menyambut Inoo di pintu depan dan melepaskan mantelnya.
“biasa saja… tak ada yang khusus” Inoo menjawabnya dengan dingin.
Ruu menghela nafas lagi. Sudah enam bulan mereka menikah dan semakin lama sifat Inoo pada Ruu semakin dingin. Ruu sudah berkali-kali meminta Inoo untuk bicara atas sikapnya itu tetapi Inoo hanya bilang itu semua hanya perasaan Ruu saja karena Ruu sibuk membantu ayahnya di kantor. Akhirnya Ruu memutuskan untuk berhenti sejenak dari kegiatan kantor. Namun Inoo masih tetap saja dingin padanya. bahkan pernah mereka sekali bertengkar karena Ruu tak bisa menahan dirinya untuk mendekap Inoo yang hangat seperti dulu lagi. Ruu terdiam begitu Inoo bilang itu semua gara-gara Ruu yang tak juga memberikannya seorang anak. Ruu tak bisa membalas apa-apa setiap Inoo menyinggung hal itu. saat Ruu tak ada di rumah Inoo pasti mencuri kesempatan untuk tidur dengan Hikaru.
“ne, Hikaru. Malam ini Ruu pergi ya?”
“un, sepertinya sedang mempersiapkan proyek ayah. Dia bilang dia akan aktif lagi di kantor”
“sou ka, kalau begtu kita akan punya lebih banyak waktu lagi untuk bersama” Inoo mengecup bibir Hikaru dan memojokannya ke tembok.
“un…” Hikaru membalas French kiss dari Inoo dengan wajah puas, rupanya ia menatap pintu kamarnya yang di belakangi Inoo. Melihat pantulan kaca kecil yang tak disadari siapapun bahwa itu terpasang disana, dan melihat bayangan Ruu yang sedang menangis sambil mendengar percakapan mereka berdua.
To be continued ….

No comments:

Post a Comment