NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, May 2, 2013

[Oneshot] I’LL SHOW YOU THE TRUTH




Title            : I’LL SHOW YOU THE TRUTH
Cast            : Ryosuke Yamada as Ryosuke Yamada
                     Chinen Yuri as Chinen Yuri
                     Yuto Nakajima as Yuto Nakajima
                     Daiki Arioka as Daiki Arioka
Genre          : AU & mystery
Rating         : PG-13
Length        : Oneshot
Language    : Bahasa Indonesia
Author         : Nisa_chan
- FB Link      : https://www.facebook.com/nisa.chan.77?ref=tn_tnmn
- Twitter      :@khoeruchan
- Ichiban      : Yamada Ryosuke
- Reason join this project: Saya ingin turut berpartisipasi dalam project ini, saya ingin membuat sesuatu untuk Ichiban saya yang tercinta~<3 walaupun tidak akan sampai kepadanya, setidaknya saya ingin melakukan sesuatu.

Disclaimer    : Plot cerita asli karangan Author, bukan hasil copy paste atau apapun. Semua tokoh, milik tuhan, orang tua dan menejemennya. Bukan milik saya.

Summary       : Sekolah khusus? Apakah semua yang ada disana istimewa atau hanya kedok semata?

A/N                : Enjoy reading everyone~




**********************************




Waktu menunjukkan pukul 7.30 cukup siang bagi sebagian orang di Tokyo yang tengah terburu-buru  untuk urusan pekerjaan masing-masing, tapi tidak bagi seorang pemuda yang tengah berlari-lari dan merutukki dirinya sendiri. “Kuso! Kenapa harus berangkat sepagi ini sih, masih dingin. Brrr..mungkin karena aku sudah cukup lama tidak berangkat jam segini.” Dia menarik blazer  yang ia kenakan, sebisa mungkin menutupi tubuhnya yang masih menggigil. Dan mulai memperlambat ritme larinya.

Dia adalah Ryosuke, Yamada Ryosuke. Seorang pemuda yang berdarah jepang murni, namun tampak berbeda dari kebanyakan penduduk Negara itu.  Dengan rambutnya yang berwarna  chopper red berpotongan medium. Mata hitamnya yang jernih dan tubuhnya yang tidak terlalu tinggi berwarna putih bak batu pualam. Dia sadar bahwa dirinya menarik perhatian. Tapi ada satu hal lagi yang membuatnya lebih menarik perhatian di tempat ini, di Horikoshi gakuen. Yaitu blazer sekolah yang sedang dipakainya, berbeda dengan murid-murid yang  memandanginya, dimana dia tengah memasuki pekarangan sekolah.

“Ah! Ohayoo, ohayoo~ saya murid baru!” Sapanya bersemangat  sembari mebungkukkan badan. “Anoo… ruang kepala sekolah dimana ya?”

“ Tsk.. murid baru, rupanya..” Sahut beberapa murid dengan ketus yang lantas pergi menuju kelasnya masing-masing.

“HO! Mereka malah pergi. Ya sudahlah, akan kucari sendiri” Segera Ryo melangkahkan kakinya, tapi terhenti oleh suara seseorang dibelakangnya..
Seorang pemuda, yang postur tubuhnya lebih mungil menyapa Ryo “Yo! Ohayoo~ Murid baru, ya? Salam kenaal..” Suaranya yang cempreng terdengar ramah.

“H-hai! Gomen dima…”

“Jalan lurus lewat koridor itu, kau akan menemukkan lift disana. Sampai di lantai tiga, lurus terus belok kiri. Disana ruang kepala sekolah.” Ucap pemuda itu tanpa mendengar lebih lengkap pertanyaan Ryo.

“Ah! Arigatou..”

“Yoshh! Sampai jumpaa!” pemuda tadi melambaikan tangannya, berlari pergi.
“Siapa namamuu?!” Ryo berteriak, hampir  saja dia lupa menanyakan nama pemuda itu.

“Chinen! Yuri Chinen!” Jawab Chinen, menghilang dibalik belokan koridor.


*************


Ryo berjalan dengan santai menuju kelas yang mulai dari saat ini akan menjadi kelasnya. Yaitu kelas XII-a , yang merupakan kelas unggulan disana. Murid-murid di kelas itu merupakan murid pilihan, yang diantaranya adalah, anak-anak jenius dalam bidang akademik dan yang lainnya adalah anak-anak dari politikus paling berpengaruh di Jepang.

 Dia sengaja menolak tawaran kepala sekolah untuk ditemani oleh guru pembimbing, dia hanya meminta petunjuk jalan ke kelasnya. Dia ingin melihat-lihat dulu dengan santai. Namun niatnya tidak berjalan dengan mulus karena bel tanda jam pelajaran sudah terdengar, bahkan sangat nyaring.

Bagatelle in A minor, WoO 59. Mengalun ke seantero bangunan sekolah.

“Are? Tidak bisakah mereka memutar bel dengan volume yang lembut?  Tidak perlu sekencang ini.” Ryo memutar bola matanya, dan tahulah dia apa penyebab suara bel terdengar begitu keras. Rupanya dia tengah berdiri tepat dibawah salah satu speaker bel. “Baka..” dia menertawakan dirinya sendiri.

Ryo mempercepat langkah kakinya. Akhirnya dia sampai didepan pintu kelasnya. Dibukanya pintu kelas. Seketika itu pula, semua mata didalam kelas tertuju padanya.

“Sumimasen..” Dengan kaku Ryo masuk dan berdiri didepan ruang kelas.
“Nah, anak-anak. Ini adalah murid baru yang sudah bapak informasikan tadi, perkenalkan dia adalah tu..” belum selesai sensei melanjutkan kalimatnya Ryo memotong kata-katanya.

“W-watashi wa Ryosuke, Yamada Ryosuke. H-hajimemashite, Yoroshiku onegaishimasu!” Ucap Ryo terbata-bata memperkenalkan dirinya dan membungkuk dalam. Membiarkan rambut Chopper red nya menutupi wajah dan juga sebersit senyum misterius yang sekilas tampak diwajahnya.

“Ekhem, silahkan duduk dibangku yang masih kosong, nah anda bisa duduk disamping Yuto” Sensei menunjuk bangku kosong disebelah seorang anak laki-laki jangkung berkacamata. Tapi seorang anak laki-laki yang duduk didepan Yuto tiba-tiba menaruh tasnya di bangku kosong tadi, seolah melarang Ryo duduk disana. “huh! Yuto tidak mau duduk disamping anak udik! Iya kan Yuto?” ucapnya  ketus, entah kenapa mata Yuto tak berani menatap dia atau Ryo yang Nampak bingung. Dan Yuto hanya mengangguk.

Kejadian itu menyebabkan murid-murid di dalam kelas tertawa dengan pandangan mencemooh. Kecuali satu orang.

“Diam, apa-apan kalian ini. Dan kamu, Daiki! Jangan berbuat hal seperti itu.” Sensei menaikkan nada suaranya dan sukses membuat kegaduhan tadi mereda.

“Arigatou sensei, aku duduk disana saja”  Ryo berjalan ke arah meja yang ditunjuknya dan duduk disana.

“Yo! Ryo-kun, rupanya kita sekelas” suara yang khas, siapa lagi kalau bukan Chinen. Chinen tersenyum, menunjukkan gigi –gigi kelinci yang membuatnya terlihat lucu, sembari mengulurkan tangan ke arah Ryo.

“Hai, senang sekelas denganmu” Ryo tersenyum,dan membalas juluran tangan Chinen.

“Haha, lagi-lagi senyum palsu..” Desis Chinen tanpa mengalihkan pandangan matanya lurus ke mata hitam Ryo.

“eh?”

“Tidak perlu berpura-pura lagi, kau ini bukan murid pindahan biasa, kan?” Chinen berbisik.

“Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya Ryo berbisik lebih pelan.

“Gampang saja. Pertama, Sensei memanggilmu dengan kata ‘anda’ dan tadi diawal, sensei hampir memanggilmu dengan sebutan ‘tuan’. Lagi pula dimataku sikapmu yang kaku terlihat terlalu dibuat-buat, berlawanan dengan senyummu pada saat menunduk tadi”

“waw, kau hebat bisa menyadarinya” ucap Ryo terkekeh kecil, matanya berkilat jenaka.

Suara teguran sensei menghentikan percakapan mereka.



****************



Hari-hari telah berlalu dengan cepat semenjak hari kepindahan Ryo ke kelas tersebut.

Chinen telah berteman akrab dengan  Ryo, namun ada satu hal yang masih membuat Chinen penasaran dari Ryo. Chinen selalu bertanya dalam hati, siapa sebenarnya Ryosuke? Dan kenapa Ryo berpura-pura terlihat kaku dan tolol dihadapan orang lain. Bahkan sejujurnya Ryo masih sering berpura-pura dihadapannya.

Hari ini adalah pengumuman nilai ujian tengah semester yang diadakan selama 3 hari dalam setiap pertengahan semester.

Semua murid silih berganti  mengamati dan mencari nama masing-masing di papan pengumuman, yang setelahnya kemudian berbisik-bisik.

Ryo yang melihat kejadian itu penasaran bertanya kepada Chinen yang tengah berdiri mencari nama dan peringkatnya di papan pengumuman. “Chinen-kun, ada apa sih? Kenapa kelakuan mereka seperti itu?”

“Wajar saja Ryo-kun, lihat saja.” Jawab Chinen menunjuk nama di papan pengumuman.

No.
Nama
Peringkat
Kelas
1
Arioka Daiki
1
XI-a
2
Nakajima Yuto
2
XI-a
3
Yuri Chinen
3
XI-a
4
Yamada Ryosuke
3
XI-a

Ryo memerhatikan nama-nama yang ditunjuk oleh Chinen. “Doushite? Apa karena peringkat kita sama?” Tanya Ryo memiringkan kepalanya, lucu.

“Iie, bukan itu, tapi lihat peringkat pertama kali ini Daiki-kun, padahal selama dua tahun berturut-turut yang menduduki peringkat pertama adalah Yuto-kun. Aneh sekali padahal dia sangat rajin belajar, dan prestasinya tidak pernah turun, tapi akhir-akhir ini dia terlihat aneh” Tutur Chinen panjang lebar.

“hmm.. begitu..” sesaat Ryo termenung.

“Ah sudahlah, ayo kita ke  kantin!” Chinen menarik lengan Ryo.

“Hai”

Akhirnya mereka sampai dikantin yang sudah mulai penuh.

“ Ryo-kun, kau ingin makan apa? Sekalian aku ambilkan.”

“Hm, Strawberry parfait dan burger jangan pakai tomat ya~”

“Hai! Ryo-kun tunggu disana ya..”

BRUAKK

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” suara jeritan histeris seorang siswi menghentikan semua aktifitas siswa yang berada di kantin saat itu.

Ryo yang baru saja duduk bergegas lari menuju sumber suara disusul Chinen, menerobos siswa-siswa yang mengerubungi tempat kejadian.

“Doushite? Daiki-kun, Daiki-kun! Bangun Daiki-kun! Oy Bangun!” Ryo mengguncang-guncang tubuh Daiki yang terjatuh dari kursi matanya membelalak, tewas mengenaskan dengan darah keluar dari mata, hidung, mulut dan telinganya. “Chinen-kun! Tolong panggil ambulace, cepat”

“Dan jangan ada yang keluar dari kantin! Aku akan memeriksa kesaksian kalian. Terutama yang duduk satu meja dengan Daiki-kun”

Ryo mengatupkan mata Daiki dengan telapak tangan.

Tak lama kemudian ambulance yang di telepon oleh Chinen datang dan mengangkut tubuh Daiki yang mulai kaku. Polisi-polisi datang beserta tim porensik, memeriksa tempat kejadian perkara.

“Nihil, tidak ada kejanggalan disini, tidak ditemukan racun dimanapun, baik dalam makanan maupun benda-benda yang ada disekitarnya.” Ucap seorang polisi berperawakan tegap.

“Nani? Tidak mungkin. Sudah jelas Daiki keracunan, mana mungkin tidak teridentifikasi jejak racun?”

“Ya, tapi kami tidak dapat menemukan petunjuk apapun, semua siswa di sini sudah kami introgasi dan mereka terbukti memiliki alibi masing-masing. Maaf kami akan menutup kasus ini dan dinyatakan sebagai kecelakaan.” Polisi-polisi itupun pergi meninggalkan Ryo yang terbelalak dengan keputusan mereka. Mereka mau menutup kasus ini begitu saja? Oh tuhan..

Chinen mendekat dan menepuk pundak Ryo “Ryo-kun…”

“Aku harus memecahkan kasus ini..” Ryo terduduk di hadapan meja dimana Daiki meninggal. Dia termenenung sangat dalam, dahinya berkerut.

“Semoga Daiki-kun tenang di alam sana..” Yuto berbicara pelan, menundukkan kepalanya.

“Anoo sa, Yuto-kun”

“Hai?”

“Apa yang sedang  kamu lakukan saat kejadian tadi? Bukankah kau duduk di meja yang sama dengan Daiki?” Tanya Ryo menyelidik.

“Eh? Kau mencurigaiku? Setelah membeli orange jus pesanan Daiki-kun, aku pergi ke toilet dan baru kembali setelah Daiki tewas” Yuto menunjuk sebuah mesin penjual jus kaleng, matanya memandang Ryo dengan percaya diri, tapi sesuatu tesembunyi disana.

“Apakah itu benar?”

“Hai, tadi aku berpapasan dengan Yuto-kun di koridor ketika aku hendak menelepon ambulance, dia baru keluar dari toilet” jawab Chinen segera.

Alibinya sempurna.. Tidak, ini terlalu sempurna. Ada sesuatu yang janggal disini. Batin Ryo.

 Ryo memandang ke sekitar  tempat kejadian perkara. Ah! Dia tersadar akan sesuatu.

“Anoo Yuto-kun, apa setiap hari Daiki meminum orange jus?”

“Hai, nande?”

“Iie..” hah tentu saja! Kenapa hal ini baru terpikir olehnya sekarang. Pikir Ryo.

“HAHAHAHA”

“Ada apa Ryo-kun? Ini bukan hal yang lucu.” Ucap Chinen yang heran melihat reaksi Ryo.

“Ini lucu Chinen-kun..” Ryo masih terkekeh.

“Apanya?”

“Trik pembunuhannya.. Aku tahu siapa pembunuhnya” Nada bicara Ryo berubah serius “Pembunuhnya adalah.. kau! Nakajima Yuto..”

Untuk sesaat adegan ini bagaikan di slow motion, jari telunjuk Ryo yang menunjuk wajah Yuto. Senyum kemenangan yang terpatri di wajah Ryo. Bahkan angin yang berhembus menambah efek dramatis dengan menerbangkan rambut-rambut Chopper red Ryo. Membuatnya terlihat sangat keren . Ryo berdiri, menunjuk Yuto dengan mantap, tidak ada keraguan dimatanya.

“Nani? Tidak mungkin aku membunuh Daiki-kun. Kau punya bukti apa?”

“iya, Ryo-kun. Bukankah dia punya alibi” timpal Chinen.

“Dia tidak perlu ada disana untuk membunuh Daiki, seperti yang sudah kubilang, Daiki mati diracun. Racun yang biasa dia minum setiap hari..”

“Maksudmu? Aku tidak paham Ryo-kun”

“Fufufu, kau tidah usah berlaga bodoh Yuto-kun. Kau bahkan sangat paham tentang hal ini. Ayahmu adalah pemilik perusahaan obat-obatan kimia, dan kau juga calon mahasiswa kedokteran yang sudah dapat undangan dari universitas di Tokyo. Tentu saja orang awam tidak akan pernah berpikir bahwa orange jus bisa dipakai untuk membunuh. Ya’ kan Yuto-kun?”

Yuto diam tidak menjawab.

“Tapi kan… polisi-polisi bilang tidak ada racun Ryo-kun..” ucap seorang murid.

“ Iya, tapi coba kau lihat apa yang Daiki makan tadi” Ryo menunjuk satu piring seafood. “Kenapa Bermasalah? karena seafood mengandung Arsenic Pentoxide (As2O5), dan bila di teruskan dengan mengkonsumsi Vit C yang terkandung dalam orange jus, terjadilah reaksi kimia di dalam perut yang membuat As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yang sangat beracun.

Ini mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah rusak, usus keluar darah, pembuluh darah melebar, dan meninggal mengenaskan dengan kelima panca indera keluar darah.”

Yuto tertawa “mana mungkin terjadi kebetulan seperti itu, bagaimana kalau Daiki-kun tidak memesan seafood? ”

“Itu bukan kebetulan, karena tadi aku sempat melihatmu menyarankan Daiki untuk memesan seafood, bagaimana jika kau mengakuinya saja..”

“Doushite Yuto-kun, Doushite?” Chinen mengguncang-guncang bahu Yuto yang diam mematung.

“Urusai! Tahu apa kalian hah? Kalian tidak akan mengerti bagaimana rasanya hidup seperti mati!, Daiki memaksaku untuk menuruti segala kemauannya, bahkan membuatnya mendapat peringkat satu, dan mengancamku akan melaporkan kesalahan perusahaan ayahku yang pernah melakukan kesalahan dalam peracikan obat! Apa kalian tahu?! Ayahnya seorang ketua GMP (good manufacturing product), dia bisa saja menjatuhkan perusahaan ayahku! Setiap hari dia menindasku.. dan sekarang dia sudah mati! Huahahaha mati!” Yuto tertawa terbahak dengan wajah yang mengerikan.

Tiba-tiba Yuto berlari. Ryo berlari menyusul. Ditariknya kerah belakang blazer yuto. Membantingkan tubuh Yuto menjadi tengkurap di lantai. Dengan segera Ryo mengunci tubuh yuto. Membiarkan Yuto tertindih olehnya. Ryo memandang Yuto miris.           

“Gomen ne Yuto-kun, Pembunuh.. seperti apapun alasannya, tetaplah pembunuh”     


*********************


Seminggu berlalu sejak kejadian itu. Ryo tak pernah lagi menampakkan diri di sekolah.  Tidak ada kabar apapun. Kelas khusus itu kini sudah diubah, disamakan dengan kelas-kelas lain.

Chinen berjalan menyusuri jalanan , dan sampai di taman kota. Tiba-tiba matanya menangkap sosok seseorang yang tengah  duduk di bangku taman.
Itu Ryo, tidak salah lagi. Dia tersenyum melihat kedatangan Chinen. Dengan setelan jas hitam yang rapi, dia tampak sangat berbeda.

Chinen berlari-lari menghampiri Ryo, napasnya tersengal-sengal. “Ryo-kun siapa sebenarnya kau ini?”

Ryo menunjukkan sesuatu dari sakunya. Sebuah lencana detektif.

Chinen terbelalak “Kau detektif?”

“Iya, aku seorang detektif bayaran. Aku di sewa untuk meneliti kelas XII-a. Tapi sialnya kakek tak membayar upah untukku, dasar kepala sekolah pelit. Tapi gawat juga sih kalau kelas itu masih ada, Terlalu banyak persaingan tidak sehat disana, ya kecuali kau Chinen. Aaah rasanya jadi ingin kembali ke SMA” Ryo tertawa. Chinen yang memandangnya dengan heranpun akhirnya ikut tertawa.

KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!

Tiba-tiba suara teriakan mengejutkan dan menghentikan percakapan keduanya.

“Chinen-kun, kau mau ikut dengan ku? Ayo!” Ryo mengerlingkan matanya dan bergegas lari.

“Haiiiiii!!” Chinenpun berlari menyusul Ryo. 



*******FINISH*********



Glosarium :
-          Ohayo = selamat pagi
-          Hajimemashite=salam kenal
-          Nani=apa?
-          Doushite=kenapa
-          Anoo=anuu../mmm..
-          Anoosa= eh kau
-          Yorishiku onegaishimasu= mohon kerja samanya
-          Gomen=maaf
-          Hai=ya
-          Iie=tidak

No comments:

Post a Comment