Title : I’LL SHOW YOU THE TRUTH
Cast :
Ryosuke Yamada as Ryosuke
Yamada
Chinen
Yuri as Chinen Yuri
Yuto Nakajima as Yuto Nakajima
Daiki Arioka as Daiki
Arioka
Genre
: AU & mystery
Rating :
PG-13
Length : Oneshot
Language : Bahasa Indonesia
Author :
Nisa_chan
- FB Link : https://www.facebook.com/nisa.chan.77?ref=tn_tnmn
- Twitter :@khoeruchan
- Ichiban : Yamada Ryosuke
- Reason join this project: Saya ingin turut berpartisipasi dalam project ini, saya
ingin membuat sesuatu untuk Ichiban saya yang tercinta~<3 walaupun tidak
akan sampai kepadanya, setidaknya saya ingin melakukan sesuatu.
Disclaimer : Plot cerita asli karangan Author, bukan
hasil copy paste atau apapun. Semua tokoh, milik tuhan, orang tua dan menejemennya.
Bukan milik saya.
Summary : Sekolah
khusus? Apakah semua yang ada disana istimewa atau hanya kedok semata?
A/N
:
Enjoy reading everyone~
**********************************
Waktu
menunjukkan pukul 7.30 cukup siang bagi sebagian orang di Tokyo yang tengah
terburu-buru untuk urusan pekerjaan
masing-masing, tapi tidak bagi seorang pemuda yang tengah berlari-lari dan
merutukki dirinya sendiri. “Kuso!
Kenapa harus berangkat sepagi ini sih, masih dingin. Brrr..mungkin karena aku
sudah cukup lama tidak berangkat jam segini.” Dia menarik blazer yang ia kenakan, sebisa mungkin menutupi
tubuhnya yang masih menggigil. Dan mulai memperlambat ritme larinya.
Dia adalah Ryosuke, Yamada Ryosuke. Seorang
pemuda yang berdarah jepang murni, namun tampak berbeda dari kebanyakan
penduduk Negara itu. Dengan rambutnya
yang berwarna chopper red berpotongan
medium. Mata hitamnya yang jernih dan tubuhnya yang tidak terlalu tinggi
berwarna putih bak batu pualam. Dia sadar bahwa dirinya menarik perhatian. Tapi
ada satu hal lagi yang membuatnya lebih menarik perhatian di tempat ini, di
Horikoshi gakuen. Yaitu blazer sekolah yang sedang dipakainya, berbeda dengan
murid-murid yang memandanginya, dimana
dia tengah memasuki pekarangan sekolah.
“Ah!
Ohayoo, ohayoo~ saya murid baru!” Sapanya bersemangat sembari mebungkukkan badan. “Anoo… ruang
kepala sekolah dimana ya?”
“
Tsk.. murid baru, rupanya..” Sahut beberapa murid dengan ketus yang lantas
pergi menuju kelasnya masing-masing.
“HO!
Mereka malah pergi. Ya sudahlah,
akan kucari sendiri” Segera Ryo melangkahkan kakinya, tapi terhenti oleh suara seseorang
dibelakangnya..
Seorang
pemuda, yang postur tubuhnya lebih mungil menyapa Ryo “Yo! Ohayoo~ Murid baru,
ya? Salam kenaal..” Suaranya yang cempreng terdengar ramah.
“H-hai!
Gomen dima…”
“Jalan
lurus lewat koridor itu, kau akan menemukkan lift disana. Sampai di lantai
tiga, lurus terus belok kiri. Disana ruang kepala sekolah.” Ucap pemuda itu
tanpa mendengar lebih lengkap pertanyaan Ryo.
“Ah! Arigatou..”
“Yoshh! Sampai jumpaa!” pemuda tadi melambaikan tangannya, berlari pergi.
“Ah! Arigatou..”
“Yoshh! Sampai jumpaa!” pemuda tadi melambaikan tangannya, berlari pergi.
“Siapa
namamuu?!” Ryo berteriak, hampir saja
dia lupa menanyakan nama pemuda itu.
“Chinen!
Yuri Chinen!” Jawab Chinen, menghilang dibalik belokan koridor.
*************
Ryo berjalan dengan santai menuju
kelas yang mulai dari saat ini akan menjadi kelasnya. Yaitu kelas XII-a , yang
merupakan kelas unggulan disana. Murid-murid di kelas itu merupakan murid
pilihan, yang diantaranya adalah, anak-anak jenius dalam bidang akademik dan
yang lainnya adalah anak-anak dari politikus paling berpengaruh di Jepang.
Dia sengaja menolak tawaran kepala sekolah
untuk ditemani oleh guru pembimbing, dia hanya meminta petunjuk jalan ke
kelasnya. Dia ingin melihat-lihat dulu dengan santai. Namun niatnya tidak
berjalan dengan mulus karena bel tanda jam pelajaran sudah terdengar, bahkan
sangat nyaring.
Bagatelle
in A minor, WoO 59. Mengalun ke seantero bangunan sekolah.
“Are? Tidak bisakah mereka memutar
bel dengan volume yang lembut? Tidak
perlu sekencang ini.” Ryo memutar bola matanya, dan tahulah dia apa penyebab
suara bel terdengar begitu keras. Rupanya dia tengah berdiri tepat dibawah
salah satu speaker bel. “Baka..” dia menertawakan dirinya sendiri.
Ryo mempercepat langkah kakinya.
Akhirnya dia sampai didepan pintu kelasnya. Dibukanya pintu kelas. Seketika itu
pula, semua mata didalam kelas tertuju padanya.
“Sumimasen..” Dengan kaku Ryo masuk
dan berdiri didepan ruang kelas.
“Nah, anak-anak. Ini adalah murid
baru yang sudah bapak informasikan tadi, perkenalkan dia adalah tu..” belum
selesai sensei melanjutkan kalimatnya Ryo memotong kata-katanya.
“W-watashi wa Ryosuke, Yamada
Ryosuke. H-hajimemashite, Yoroshiku onegaishimasu!” Ucap Ryo terbata-bata
memperkenalkan dirinya dan membungkuk dalam. Membiarkan rambut Chopper red nya
menutupi wajah dan juga sebersit senyum misterius yang sekilas tampak
diwajahnya.
“Ekhem, silahkan duduk dibangku yang
masih kosong, nah anda bisa duduk disamping Yuto” Sensei menunjuk bangku kosong
disebelah seorang anak laki-laki jangkung berkacamata. Tapi seorang anak
laki-laki yang duduk didepan Yuto tiba-tiba menaruh tasnya di bangku kosong
tadi, seolah melarang Ryo duduk disana. “huh! Yuto tidak mau duduk disamping
anak udik! Iya kan Yuto?” ucapnya ketus,
entah kenapa mata Yuto tak berani menatap dia atau Ryo yang Nampak bingung. Dan
Yuto hanya mengangguk.
Kejadian itu menyebabkan murid-murid
di dalam kelas tertawa dengan pandangan mencemooh. Kecuali satu orang.
“Diam, apa-apan kalian ini. Dan
kamu, Daiki! Jangan berbuat hal seperti itu.” Sensei menaikkan nada suaranya
dan sukses membuat kegaduhan tadi mereda.
“Arigatou sensei, aku duduk disana
saja” Ryo berjalan ke arah meja yang
ditunjuknya dan duduk disana.
“Yo! Ryo-kun, rupanya kita sekelas”
suara yang khas, siapa lagi kalau bukan Chinen. Chinen tersenyum, menunjukkan
gigi –gigi kelinci yang membuatnya terlihat lucu, sembari mengulurkan tangan ke
arah Ryo.
“Hai, senang sekelas denganmu” Ryo
tersenyum,dan membalas juluran tangan Chinen.
“Haha, lagi-lagi senyum palsu..”
Desis Chinen tanpa mengalihkan pandangan matanya lurus ke mata hitam Ryo.
“eh?”
“Tidak perlu berpura-pura lagi, kau
ini bukan murid pindahan biasa, kan?” Chinen berbisik.
“Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya Ryo
berbisik lebih pelan.
“Gampang saja. Pertama, Sensei
memanggilmu dengan kata ‘anda’ dan tadi diawal, sensei hampir memanggilmu
dengan sebutan ‘tuan’. Lagi pula dimataku sikapmu yang kaku terlihat terlalu
dibuat-buat, berlawanan dengan senyummu pada saat menunduk tadi”
“waw, kau hebat bisa menyadarinya”
ucap Ryo terkekeh kecil, matanya berkilat jenaka.
Suara teguran sensei menghentikan
percakapan mereka.
****************
Hari-hari telah berlalu dengan cepat
semenjak hari kepindahan Ryo ke kelas tersebut.
Chinen telah berteman akrab
dengan Ryo, namun ada satu hal yang masih
membuat Chinen penasaran dari Ryo. Chinen selalu bertanya dalam hati, siapa
sebenarnya Ryosuke? Dan kenapa Ryo berpura-pura terlihat kaku dan tolol
dihadapan orang lain. Bahkan sejujurnya Ryo masih sering berpura-pura
dihadapannya.
Hari ini adalah pengumuman nilai
ujian tengah semester yang diadakan selama 3 hari dalam setiap pertengahan
semester.
Semua murid silih berganti mengamati dan mencari nama masing-masing di
papan pengumuman, yang setelahnya kemudian berbisik-bisik.
Ryo yang melihat kejadian itu
penasaran bertanya kepada Chinen yang tengah berdiri mencari nama dan
peringkatnya di papan pengumuman. “Chinen-kun, ada apa sih? Kenapa kelakuan
mereka seperti itu?”
“Wajar
saja Ryo-kun, lihat saja.” Jawab Chinen menunjuk nama di papan pengumuman.
No.
|
Nama
|
Peringkat
|
Kelas
|
1
|
Arioka Daiki
|
1
|
XI-a
|
2
|
Nakajima Yuto
|
2
|
XI-a
|
3
|
Yuri Chinen
|
3
|
XI-a
|
4
|
Yamada Ryosuke
|
3
|
XI-a
|
Ryo memerhatikan nama-nama yang
ditunjuk oleh Chinen. “Doushite? Apa karena peringkat kita sama?” Tanya Ryo
memiringkan kepalanya, lucu.
“Iie, bukan itu, tapi lihat peringkat
pertama kali ini Daiki-kun, padahal selama dua tahun berturut-turut yang
menduduki peringkat pertama adalah Yuto-kun. Aneh sekali padahal dia sangat
rajin belajar, dan prestasinya tidak pernah turun, tapi akhir-akhir ini dia
terlihat aneh” Tutur Chinen panjang lebar.
“hmm.. begitu..” sesaat Ryo
termenung.
“Ah sudahlah, ayo kita ke kantin!” Chinen menarik lengan Ryo.
“Hai”
Akhirnya
mereka sampai dikantin yang sudah mulai penuh.
“
Ryo-kun, kau ingin makan apa? Sekalian aku ambilkan.”
“Hm,
Strawberry parfait dan burger jangan pakai tomat ya~”
“Hai!
Ryo-kun tunggu disana ya..”
BRUAKK
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!”
suara jeritan histeris seorang siswi menghentikan semua aktifitas siswa yang
berada di kantin saat itu.
Ryo yang baru saja duduk bergegas
lari menuju sumber suara disusul Chinen, menerobos siswa-siswa yang
mengerubungi tempat kejadian.
“Doushite? Daiki-kun, Daiki-kun!
Bangun Daiki-kun! Oy Bangun!” Ryo mengguncang-guncang tubuh Daiki yang terjatuh
dari kursi matanya membelalak, tewas mengenaskan dengan darah keluar dari mata,
hidung, mulut dan telinganya. “Chinen-kun! Tolong panggil ambulace, cepat”
“Dan jangan ada yang keluar dari
kantin! Aku akan memeriksa kesaksian kalian. Terutama yang duduk satu meja
dengan Daiki-kun”
Ryo mengatupkan mata Daiki dengan
telapak tangan.
Tak lama kemudian ambulance yang di
telepon oleh Chinen datang dan mengangkut tubuh Daiki yang mulai kaku.
Polisi-polisi datang beserta tim porensik, memeriksa tempat kejadian perkara.
“Nihil, tidak ada kejanggalan
disini, tidak ditemukan racun dimanapun, baik dalam makanan maupun benda-benda
yang ada disekitarnya.” Ucap seorang polisi berperawakan tegap.
“Nani? Tidak mungkin. Sudah jelas
Daiki keracunan, mana mungkin tidak teridentifikasi jejak racun?”
“Ya, tapi kami tidak dapat menemukan
petunjuk apapun, semua siswa di sini sudah kami introgasi dan mereka terbukti
memiliki alibi masing-masing. Maaf kami akan menutup kasus ini dan dinyatakan
sebagai kecelakaan.” Polisi-polisi itupun pergi meninggalkan Ryo yang terbelalak
dengan keputusan mereka. Mereka mau menutup kasus ini begitu saja? Oh tuhan..
Chinen mendekat dan menepuk pundak
Ryo “Ryo-kun…”
“Aku harus memecahkan kasus ini..”
Ryo terduduk di hadapan meja dimana Daiki meninggal. Dia termenenung sangat
dalam, dahinya berkerut.
“Semoga
Daiki-kun tenang di alam sana..” Yuto berbicara pelan, menundukkan kepalanya.
“Anoo
sa, Yuto-kun”
“Hai?”
“Apa yang sedang kamu lakukan saat kejadian tadi? Bukankah kau
duduk di meja yang sama dengan Daiki?” Tanya Ryo menyelidik.
“Eh? Kau mencurigaiku? Setelah membeli
orange jus pesanan Daiki-kun, aku pergi ke toilet dan baru kembali setelah Daiki
tewas” Yuto menunjuk sebuah mesin penjual jus kaleng, matanya memandang Ryo
dengan percaya diri, tapi sesuatu tesembunyi disana.
“Apakah itu benar?”
“Apakah itu benar?”
“Hai, tadi aku berpapasan dengan
Yuto-kun di koridor ketika aku hendak menelepon ambulance, dia baru keluar dari
toilet” jawab Chinen segera.
Alibinya sempurna.. Tidak, ini
terlalu sempurna. Ada sesuatu yang janggal disini. Batin Ryo.
Ryo memandang ke sekitar tempat kejadian perkara. Ah! Dia tersadar
akan sesuatu.
“Anoo Yuto-kun, apa setiap hari Daiki
meminum orange jus?”
“Hai,
nande?”
“Iie..” hah tentu saja! Kenapa hal
ini baru terpikir olehnya sekarang. Pikir Ryo.
“HAHAHAHA”
“Ada apa Ryo-kun? Ini bukan hal yang lucu.” Ucap Chinen yang heran melihat reaksi Ryo.
“Ini lucu Chinen-kun..” Ryo masih
terkekeh.
“Apanya?”
“Trik pembunuhannya.. Aku tahu siapa
pembunuhnya” Nada bicara Ryo berubah serius “Pembunuhnya adalah.. kau! Nakajima
Yuto..”
Untuk sesaat adegan ini bagaikan di
slow motion, jari telunjuk Ryo yang menunjuk wajah Yuto. Senyum kemenangan yang
terpatri di wajah Ryo. Bahkan angin yang berhembus menambah efek dramatis
dengan menerbangkan rambut-rambut Chopper red Ryo. Membuatnya terlihat sangat
keren . Ryo berdiri, menunjuk Yuto dengan mantap, tidak ada keraguan dimatanya.
“Nani? Tidak mungkin aku membunuh
Daiki-kun. Kau punya bukti apa?”
“iya, Ryo-kun. Bukankah dia punya
alibi” timpal Chinen.
“Dia tidak perlu ada disana untuk
membunuh Daiki, seperti yang sudah kubilang, Daiki mati diracun. Racun yang
biasa dia minum setiap hari..”
“Maksudmu? Aku tidak paham Ryo-kun”
“Fufufu, kau tidah usah berlaga bodoh
Yuto-kun. Kau bahkan sangat paham tentang hal ini. Ayahmu adalah pemilik
perusahaan obat-obatan kimia, dan kau juga calon mahasiswa kedokteran yang
sudah dapat undangan dari universitas di Tokyo. Tentu saja orang awam tidak
akan pernah berpikir bahwa orange jus bisa dipakai untuk membunuh. Ya’ kan
Yuto-kun?”
Yuto diam tidak menjawab.
“Tapi kan… polisi-polisi bilang
tidak ada racun Ryo-kun..” ucap seorang murid.
“ Iya, tapi coba kau lihat apa yang
Daiki makan tadi” Ryo menunjuk satu piring seafood. “Kenapa
Bermasalah? karena seafood mengandung Arsenic
Pentoxide (As2O5), dan bila di teruskan dengan mengkonsumsi Vit C yang
terkandung dalam orange jus, terjadilah reaksi kimia di dalam perut yang
membuat As2O5 berubah menjadi Arsenic Trioxide (As2O3) yang sangat beracun.
Ini mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah rusak, usus keluar darah, pembuluh darah melebar, dan meninggal mengenaskan dengan kelima panca indera keluar darah.”
Yuto
tertawa “mana mungkin terjadi kebetulan seperti itu, bagaimana kalau Daiki-kun
tidak memesan seafood? ”
“Itu
bukan kebetulan, karena tadi aku sempat melihatmu menyarankan Daiki untuk
memesan seafood, bagaimana jika kau mengakuinya saja..”
“Doushite
Yuto-kun, Doushite?” Chinen mengguncang-guncang bahu Yuto yang diam mematung.
“Urusai!
Tahu apa kalian hah? Kalian tidak akan mengerti bagaimana rasanya hidup seperti
mati!, Daiki memaksaku untuk menuruti segala kemauannya, bahkan membuatnya
mendapat peringkat satu, dan mengancamku akan melaporkan kesalahan perusahaan
ayahku yang pernah melakukan kesalahan dalam peracikan obat! Apa kalian tahu?!
Ayahnya seorang ketua GMP (good manufacturing product), dia bisa saja
menjatuhkan perusahaan ayahku! Setiap hari dia menindasku.. dan sekarang dia
sudah mati! Huahahaha mati!” Yuto tertawa terbahak dengan wajah yang
mengerikan.
Tiba-tiba Yuto berlari. Ryo berlari menyusul. Ditariknya kerah belakang blazer yuto. Membantingkan tubuh Yuto menjadi tengkurap di lantai. Dengan segera Ryo mengunci tubuh yuto. Membiarkan Yuto tertindih olehnya. Ryo memandang Yuto miris.
“Gomen ne Yuto-kun, Pembunuh.. seperti apapun alasannya,
tetaplah pembunuh”
*********************
Seminggu
berlalu sejak kejadian itu. Ryo tak pernah lagi menampakkan diri di sekolah. Tidak ada kabar apapun. Kelas khusus itu kini
sudah diubah, disamakan dengan kelas-kelas lain.
Chinen berjalan menyusuri jalanan , dan sampai di taman kota. Tiba-tiba matanya menangkap sosok seseorang yang tengah duduk di bangku taman.
Chinen berjalan menyusuri jalanan , dan sampai di taman kota. Tiba-tiba matanya menangkap sosok seseorang yang tengah duduk di bangku taman.
Itu Ryo,
tidak salah lagi. Dia tersenyum melihat kedatangan Chinen. Dengan setelan jas
hitam yang rapi, dia tampak sangat berbeda.
Chinen
berlari-lari menghampiri Ryo, napasnya tersengal-sengal. “Ryo-kun siapa
sebenarnya kau ini?”
Ryo
menunjukkan sesuatu dari sakunya. Sebuah lencana detektif.
Chinen
terbelalak “Kau detektif?”
“Iya,
aku seorang detektif bayaran. Aku di sewa untuk meneliti kelas XII-a. Tapi
sialnya kakek tak membayar upah untukku, dasar kepala sekolah pelit. Tapi gawat
juga sih kalau kelas itu masih ada, Terlalu banyak persaingan tidak sehat
disana, ya kecuali kau Chinen. Aaah rasanya jadi ingin kembali ke SMA” Ryo tertawa. Chinen yang
memandangnya dengan heranpun akhirnya ikut tertawa.
KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!
Tiba-tiba suara teriakan mengejutkan
dan menghentikan percakapan keduanya.
“Chinen-kun, kau mau ikut dengan ku?
Ayo!” Ryo mengerlingkan matanya dan bergegas lari.
“Haiiiiii!!” Chinenpun berlari
menyusul Ryo.
*******FINISH*********
Glosarium :
-
Ohayo = selamat pagi
-
Hajimemashite=salam kenal
-
Nani=apa?
-
Doushite=kenapa
-
Anoo=anuu../mmm..
-
Anoosa= eh kau
-
Yorishiku onegaishimasu= mohon kerja
samanya
-
Gomen=maaf
-
Hai=ya
-
Iie=tidak
No comments:
Post a Comment