NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, May 2, 2013

[Series] Let Me Be Empty (5/5)



Ryosuke mengerjapkan matanya pelan. Kilatan cahaya putih terang menyapanya kasar. Ia memangdang ke sekeliling ruangan dan mendapati Yabu tertidur disebelahnya dengan posisi duduk. Kepalanya yang dibalut perban berdenyut keras, perut bagian belakangnya terasa perih. Badannya terasa seperti remuk semua ketika ia mencoba bangkit dari kasur, membuat ia mengurungkan niatnya.

Aku masih hidup? Sial, tuhan menyelamatkanku.. Apa salahnya jika aku mati? Aku tidak akan merasakan penderitaan lagi.., Pikirnya lemah sambil meremas tangannya sendiri.

Yabu terbangun. Raut wajahnya berubah gembira saat mendapati Ryosuke sudah membuka matanya. "Yamada! Kau sudah bangun! Syukurlah!"
Muka Ryosuke terlihat datar. Lalu ia memalingkan wajahnya keluar jendela.

"Ah, aku akan menghubungi teman - temanmu." Ujar Yabu tanpa diperintah. Ia mengambil ponselnya, lalu menekan tombol - tombol yang ada kemudian memposisikan ponselnya ditelinga, menghubungi Daiki.

Setelah selesai, Yabu membalikkan badannya ke arah Ryosuke. "Ayah dan Ibu tadi datang. Ia membawakan buah - buahan untukmu. Kalau mau bilang saja, biar aku kupaskan kulitnya." Tawar Yabu sambil menunjuk setumpuk buah yang terletak diatas lemari kecil disamping ranjang.

Ryosuke menggeleng pelan. "Tidak usah."

"Oh, baiklah." Jawab Yabu santai, seperti tidak terjadi apa - apa malam kemaren.

"Ne, Yabu-kun. Apa yang terjadi setelah aku pingsan?" Ryosuke yang penasaran akhirnya bertanya.

"Kau tenang saja. Yuto dan Hikaru sudah ditangkap polisi. Tapi teman - temannya melarikan diri. Yuto berteriak - teriak seperti orang gila saat dia dibawa. 'Jangan halangi aku! Yama-chan harus bersamaku!' katanya sambil berteriak. Hahaha, dasar. anak itu benar - benar terobsesi denganmu." Jelas Yabu sambil tertawa kecil.

Ryosuke tersenyum memaksa. Yabu yang mengerti akhirnya mendekati Ryosuke. "Aku tahu kau masih terpukul dengan kenyataan yang ada. Tapi tidak ada gunanya melihat masa lalu. Yang ada hanya kepahitan dan kesedihan. Lebih baik kau melihat sekarang. Ketika kau merasa sendiri, ada banyak orang yang menyayangimu. Tidak semua yang meninggalkanmu, bukan?"

"Terima kasih.." Jawab Ryosuke datar. Yabu hanya bisa mendesah.

KLEK

Pintu yang terletak beberapa langkah dari posisi ranjang Ryosuke dibuka. Mereka memandang ke arah pintu yang terbuka itu.

Daiki, Takaki, Keito.

Ryosuke refleks duduk, tapi perutnya terasa perih saat bergerak.

"Hei, kau tidak usah memaksakan diri untuk duduk." Omel Yabu. "Sini kubantu." Yabu lalu menegakkan badan Ryosuke pelan.

"Jadi, bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Takaki sambil berjalan ke arah Ryosuke dan duduk disebelahnya. Yabu yang tidak ingin mengganggu pembicaraan antar teman ini lalu keluar.

"Baik." Jawabnya pendek.

"Yamada, soal kemaren. Kenapa kau melakukannya?" Tanya Daiki tepat pada poinnya.

"Hei, Dai-chan. Baru datang kenapa malah langsung menanyakan hal itu sih?" Omel Keito berbisik.
Daiki diam tidak menjawab. Ia hanya melihat Ryosuke, menunggu jawaban.

"Tidak tahu. Aku juga bodoh, kenapa tiba - tiba bergerak dan menolong orang sepertimu." Jawab Ryosuke memalingkan wajahnya dari tatapan Daiki.

“Terserah apa katamu. Aku tahu kau sebenarnya orang baik. Aku berterima kasih sekali kau menolongku.”
Ryosuke masih mentap keluar jendela

“Yama-chan, kalau kau punya masalah kenapa tidak cerita sama kami? Kenapa kau bertindak gegabah seperi itu? Cari mati saja tau.” Kata Keito seraya mendekat ke Ryosuke.

“Kenapa kalian disini?” Tanya Ryosuke dengan ekspresi datar.

“Yak karena kami ingin menjengukmu.” Jawab Takaki.

“Kenapa? Aku kan sudah mengatakan hal kejam kepada kalian.” Jelas Ryosuke kini melihat mereka bertiga bergantian.

“Kami sudah membicarakan hal itu saat dirumah Daiki. Kami tidak peduli apa yang kau katakan waktu itu. Yang jelas kau tetap teman kami yang baik.” Ujar Takaki sambil melingkarkan tangannya dipundak Ryosuke.

“Oi, Bakaki! Kau membuatnya makin sakit!” Omel Daiki.

“Mou.. Penguin-chan. Aku kan cuma menghiburnya.” Kata Takaki cemberut.

Ryosuke tertawa kecil melihat tingkah Takaki yang seperti anak 5 tahun yang merengek minta es krim.

“Ah! Kau tertawa!” Keito dan Daiki serentak menunjuk Ryosuke. Takaki langsung melihatnya juga.

Ryosuke yang salah tingkah menghindari tatapan mereka. “Ti-tidak. Aku tidak tertawa.”

“Haa.. Aku tahu dia bohong Dai-chan. Kurasa kali ini tawanya alami.” Gumam Keito kepada Daiki dengan maksud menggoda Ryosuke.

Daiki tertawa. “Kurasa begitu”

Pipi Ryosuke memerah malu. “Chi-chigau yo!”

“Aaa.. Mou, kalian curang. Aku juga ingin melihat tawa Yamada juga..” rengek Takaki yang kembali membuat Ryosuke tertawa.

“Ah! Aku melihatnya! Aku melihatnya! Tawa mu manis sekali Yamada.” Papar Takaki terpana.

Ryosuke hanya menunduk menyembunyikan semburat merah yang ada di pipinya.

“Hei, hati – hati. Nanti lukamu terbuka lagi.” Kata Daiki menyudahi tawanya. “Anoo.. Soal Yuto, teman mu yang dulu itu.”

Raut muka Ryosuke berubah masam ketik nama ‘Yuto’ disebut. “Dia bukan temanku. Dia hanya orang gila.”

Daiki, Takaki dan Keito terdiam di tempat mereka berdiri masing – masing.

“Aku ingin membalas perbuatannya. Aku ingin membunuhnya. Dia sudah membunuh orang tuaku dan Yuri.”

“Sudahlah. Aku sudah mendengar semuanya dari Yabu. Lagian dia sudah ditangkap polisi. Tidak ada gunanya kau dendam. Aku juga sangat membencinya. Dia sudah membunuh teman kita. Kalau bisa aku juga ingin membunuhnya. Tetapi hal itu tidak akan mengubah apapun. Yuri tidak akan kembali. Masa lalu biarlah masa lalu..” Jelas Daiki tenang.

“TAPI TIDAK BISA! AKU SUDAH MENCURIGAI YURI‼ AKU SUDAH MENUDUHNYA! Sial.. KALAU BEGINI KENAPA AKU TIDAK MATI SAJA?! Aku bisa minta maaf dengannya disana, dan aku bisa bertemu orang tuaku.” Teriak Ryosuke mengubah atmosfer diruangan itu yang semula hangat menjadi suram..

PLAK!

Telapak tangan Daiki melayang di pipi Ryosuke. Memang Daiki lah yang berpikiran dewasa diantara mereka walaupun badannya sebelas duabelas dengan Ryosuke.

“JANGAN BERCANDA‼ KAU PIKIR MATI ITU ENAK?! ADA BANYAK YANG MENYAYANGIMU DISINI! CUMA KARENA KAU TIDAK PUNYA ORANG TUA LAGI, BANYAK ORANG YANG MENGKHIANATIMU, DAN CHINEN MENINGGALKANMU, JADI KAU MENGANGGAP DIRIMU ORANG YANG PALING MENDERITA, BEGITU?‼ APA KAU TIDAK SADAR, KAU SUDAH LEBIH BERUNTUNG DARI CHINEN!Dan kini kau bilang ingin mati? SUDAH CUKUP KAMI KEHILANGAN CHINEN, BAKA!” Bentaknya.

Ryosuke tertundung memegang pipinya. Takaki dan Keito hanya bisa melihat pertengkaran antara kedua teman mereka..
"Kau itu teman kami Ryosuke. Sahabat kami. Kami tidak akan pernah mengkhianati atau meninggalkanmu. Tolong, percayalah." Daiki melunak diikuti anggukan Takaki dan Keito. Ia memanggil nama depan Ryosuke, yang menandakan ia serius.

Aneh.. Baru kali ini ada orang yang memarahiku dan begitu ngototnya menganggapku sebagai sahabatnya.

"Maaf.." Lirih Ryosuke.

Daiki menghela napas. "Hah.. Aku juga minta maaf sudah membentakmu. Aku hanya minta kau jangan pernah sekalipun mengatakan ingin mati."

Ryosuke mengangguk pelan. "Ya."

Bisakah aku mempercayai mereka?

***

BRAK

"Ryosuke! Tadi suster bilang kau bisa pulang 5 hari lagi." Yabu seketika mengoceh setelah membuka pintu dengan keras. Tetapi terdiam ketika melihat keadaan didalam. "Sepertinya aku masuk disaat yang tidak tepat." Yabu berniat keluar, tapi dihalangi Keito.

"Aaa, tidak, tidak. Lanjutkan saja Yabu-san. Kami sudah selesai kok." Kata Keito.

"Tadi kau bilang Yamada bisa pulang 5 hari lagi? Itu kabar bagus!" Timpal Takaki.

"Iya. Tapi karena kau geger otak ringan -karena dipukul anak buah Hikaru- jadi 2 kali seminggu kau harus rutin periksa ke dokter." Lanjut Yabu seraya menatap Ryosuke.

Ryosuke mengangguk pelan. "un."

"Kalau begitu kami pamit dulu. Istirahat yang banyak ya, Yama-chan." Papar Keito melambaikan tangan kepada Ryosuke, diikuti Daiki dan Takaki
saat mereka berjalan keluar ruangan.

***

Mobil sedan Ryosuke yang dibawa Yabu melesat lurus di jalanan tanpa macet. Ryosuke duduk disampingnya, dengan kepala yang masih diperban. Yabu melihat Ryosuke yang sedang termenung.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Yabu membuka suara.

"Lumayan membaik." Jawabnya dengan tatapan kosong.

"Baguslah." Yabu tahu sifat Ryosuke bagaimana. Ia kemudian menepuk kepala Ryosuke pelan. "Hei, yang ceria dong. Kau kan pulang kerumah hari
ini.. Tapi kerumahku ya. Kalau di apartemenmu nanti tidak ada yang bisa mengurusmu. Ayah dan ibu sudah siap - siap untuk menyambutmu lho."

"Ne, Yabu-kun. Sebelum ke rumah, ada tempat yang ingin aku datangi." Ryosuke berhenti sejenak dan menelan ludah. "Ke makam Kaa-chan dan Tou-chan.. Juga Chinen."

Lama Yabu menjawab dengan masih menatap ke arah jalan. "Baiklah." Ia memutar mobilnya ke arah yang berlawanan.

***

Ryosuke duduk didepan sebuah batu nisan di pemakaman itu. Ia merapatkan kedua tangannya, kemudian menutup mata dan mulai berdoa. Lama ia berdoa, akhirnya ia membuka matanya.

"Chinen.. Tidak, maksudku Yuri. Bagaimana kabarmu? Aku harap kau baik - baik saja..."

"...Haha, aku seperti orang bodoh berbicara sendiri dengan batu." Ryosuke berhenti sejenak, menenangkan diri.

"Aku menyesal.. Telah menuduhmu membunuh orang tuaku. Maaf, aku sangat menyesal. Mungkin orang tuaku marah kepadaku karena telah menuduhmu." Ia berhenti lagi, kemudian melanjutkan. "Dan aku memang teman yang tidak berguna. Aku hanya memikirkan diri sendiri. Aku tidak peka terhadapmu. Aku tidak tahu kau mengidap penyakit parah seperti itu. Bahkan aku tidak pernah melihatmu sakit didepanku. Aku tahu setelah Daiki memberi tahukan kepadaku. Bodoh. Aku memang bodoh.." Papar Ryosuke menyesali dirinya.

"Dan Yuto.. Aku tidak menyangka saat kecil kita bertiga berhubungan. Kini aku sangat ingin membunuhnya. Tapi, tidak akan ada gunanya.. Kau dan orang tuaku tak akan kembali.."

"Aku rasa sampai disini saja. Aku berharap ada malaikat yang memberi tahu kau baik - baik saja disana."

Ia berdiri, dan berjalan ke depan beberapa blok dari makan Yuri. Dan berhenti tepat diantara 2 makam, makam orang tuanya. Memang setelah kecelakaan -yang sebenarnya disebabkan oleh Yuto- ayah dan ibu Ryosuke dikuburkan tidak jauh dari kota tempat tinggalnya sekarang. Lalu ia duduk dan mulai berdoa. Setelah selesai berdoa, ia tersenyum.

"Kaa-chan, Tou-chan. Sudah lama aku tak mengunjungi makam kalian. Maaf, baru sempat menjenguk."

Tubuh Ryosuke gemetar. Ia meringis. Sedih yang ia tahan akhirnya membuncah menguasai dirinya.

Aku akan mulai jalan lagi, menapaki tangga kehidupanku. Walaupun sepi, tidak ada kalian berdua, tapi ada banyak orang di sekitarku yang tulus menyayangiku. Kalian tidak perlu cemas

"Aku sayang Kaa-chan dan Tou-chan.." Gumam Ryosuke lembut, namun tulus.

Ryosuke menyeka air mata yang ada di pipinya, kemudian tersenyum. Ia berdiri dan kembali ke tempat Yabu menunggu.

"Sudah selesai?" Tanya Yabu.

"Sudah." Jawab Ryosuke. "Hei, bukankah kau bilang ingin mengunjungi makam Yuri?" Tanya dia kepada Yabu.

"Aku sudah mengunjunginya 2 hari yang lalu dengan Daiki, saat kau masih di rumah sakit."

"Souka.."

Dan mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

***

Mentari yang terbit dibalik bukit menyinari pagi nan dingin hari itu. Sinarnya masuk melalui selah selah jendela sebuah kamar di suatu rumah. Seorang pemuda keluar dari kamar itu ke beranda. Menyambut sinar matahari yang terang, hangat, dan damai. Ia melebarkan kedua tangannya dan meregangkan tubuh. Pria itu tersenyum..

TING TONG!

“Yamada! Teman – temanmu datang!” Panggil Yabu dari lantai bawah.

Ryosuke yang semula berada di beranda kamar kini beranjak dan berjalan menuruni tangga ketika namanya dipanggil.

“OTANJOUBI OMEDETOU YAMA-CHAN!!” Tiga teman sepermainannya tiba – tiba berteriak sambil membawa kue ulang tahun yang diatasnya menyala lilin angka 20.

Ryosuke tersenyum. Ia sendiri bahkan lupa kalau hari ini hari ulang tahunnya. Ryosuke lalu meniup lilin yang ada di atas kue itu. Teman – temannya tertawa, lalu menggosok – gosok kepalanya.

Sekarang aku mengerti. Ada sesuatu yang dipunya manusia di bumi ini. Kasih sayang.. Aku merasakan kehangatan yang begitu nyata. Mereka, yang ada disekitarku..

Aku percaya mereka. Entahlah, aku yang dulunya memegang teguh prinsip bahwa semua orang yang ada di muka bumi ini munafik, sekarang bisa mempercayai mereka.Memang tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka tulus. Tapi aku percaya.

Sahabat, dan keluarga... Mereka adalah cahayaku.


-FIN-


Glosarium :
Chigau = bukan
Baka = bodoh
Otanjoubi omedetou = selamat ulang tahun

Writer Desire :
Happy Birthday to my dearest ichiban, Yamada Ryosuke. 20th, the first adult age, can't believe you're this mature now~
I love you just the way you are, the sensitive one, the humble one, and the one that love JUMP so much. One of my big wish is to meet you someday :)



No comments:

Post a Comment