Sebelumnya : “Tu..tunggu Yuma, kau
bisa terluka” ” Yuto.. Maafkan aku
.
.
Chinen
segera berlari, tak peduli dengan kondisi sepedanya yang tergeletak ditanah.
“Yuuma!!!”
“Yuma,
sudah cukup.. Kau tidak perlu bertindak sampai sejauh ini!” Chinen membantu
Yuma berdiri, nampaknya sebuah pukulan yang sangat keras telah melayang
diwajahnya.
“Yuma,
kau tidak apa-apa kan?”
Tidak ada respon dari Yuma.
“Ayo lebih baik kita pulang kawan..”
‘Chinen.. Maaf’
***
Hari mulai senja. Matahari mulai
menyembunyikan diri di balik indahnya selimut kapas oranye. Walaupun demikian,
Yama masih berada di sekolah, merapikan sisa-sisa peralatan karya ilmiahnya
dengan Yuto.
Ketika Yama melewati koridor, berdiri
seorang laki-laki, sedang memandangi gelapnya taman sekolah. Bertubuh tinggi,
menggunakan jas sekolah serta syal yang menghangatkan bagian lehernya.
‘Aku kira dia sudah pulang duluan..’
Dengan ragu-ragu ia memanggil. “Yu..
yuto?”
“Oh..
Yama”
“Apa
yang kau lakukan disini? Kau belum pulang?”
“Males
ah.. Disini masih ada angin malam yang setia menemaniku” ucap Yuto dingin.
“Yu..
yuto, sebenarnya aku ingin meminta maaf atas kejadian tadi..”
“Oh”
jawab Yuto singkat
“Jadi...
maafkan aku ya” kata Yama sambil mengulurkan tangannya disertai senyuman yang
manis. “Teman?”
Yuto
menatap Yama sinis “Teman? Huh..”
“Kita
bukan teman..”
DEG!
“Tapi,
bukannya aku sudah meminta maaf, Yuto.??”
“Ya,
tapi aku belum mau memaafkanmu.. Sebenarnya tidak hanya kejadian tadi siang,
tapi ada sesuatu yang juga membuatku iri padamu”
“Iri..?
Apa yang kau iri kan dari ku Yuto? “ tanya Yama bingung. Bayangkan saja, apa
yang di iri kan oleh Yuto, salah satu temanku yang terkaya, bisa makan enak,
dan tinggal dirumah yang nyaman.. Kehidupannya sangat sempurna! Terhadapku..
yang biasa saja ini??
Yuto
memandangi Yama lekat-lekat. “Sensei lebih sering memperhatikanmu”
Deg! Perkataan Yuto membuat Yama
shock.
“Jadi,
hanya karna itu kau membenciku?” Yama seolah tak percaya.
“Kau
tidak tahu, kalau sensei itu sebenarnya adalah pamanku! Kakak dari ibuku
sendiri! Tapi, kenapa ia lebih sering memperhatikan orang lain? Dibandingkan
keponakannya sendiri..”
“Sekarang kau mengerti kan perasaanku? “
setelah mengucapkan itu semua, Yuto pergi meninggalkan Yama.
Yama bergegas keluar dari sekolah.
Kini perasaannya kacau, Yuto merupakan sahabat dan orang pertama yang ditemuinya
disekolah ini, dan.. selama ini ia membenciku? Apakah semua kebaikan yang
diberikan Yuto padaku hanyalah sebuah kebohongan? Tidak! Tidak mungkin. Yama
berusaha menghilangkan pikiran buruknya.
Di seberang jalan, tepatnya di pinggir
sebuah sungai ia menangis. Sambil melempar-lempari sungai itu dengan kerikil,
ia memikirkan Yuto.
“Yama!”
tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Membangunkannya dari
segala lamunannya.
“Apa
yang kau lakukan disini?”
“Oh,
Oniichan.. Kalau oniichan sendiri sedang apa malam-malam begini?”
“Karena
Kaasan tidak ada, jadi aku membeli beberapa mie instan untuk kita bertiga..
“Aku
mencarimu dari tadi”
Tes.. tes.. tes
“Wah,
turun hujan! Ayo Yama, nanti kau basah kuyup!”
ajak Keito sambil menutupi kepalanya dengan jaket dan menarik tangan
Yama.
Yama
berusaha tersenyum, “Hai.. Oniichan..”
***
Keesokan harinya…
ayo cepat angkat
semuanya..!
Suara keributan telah membangunkan
Yuma. Semalam ia menginap dirumah Chinen. Ia juga khawatir apabila Chinen
benar-benar akan digusur keesokan harinya, ia takut tak sempat melihat wajah
sahabatnya itu..
Dan.. semua yang ditakutkannya
benar-benar terjadi. Orang ‘itu’, Sado membawa
beberapa rombongan.. Yang siap sedia untuk segera mengeluarkan barang-barang
keluarga Ryosuke keluar. Nampak Keito, Chinen dan Yama berdiri.
Yuma berlari dengan langkah gemetar
kearah Keito.
“KEITO!
Mengapa diam saja?! Tak lihatkah kondisi tempat tinggalmu sekarang?! Hampir
seluruh ruangannya telah KOSONG!”
Keito tak merespon. Seakan dia juga
telah pasrah menerima semua ini. Yuma lantas menuju kearah Chinen.
“Chinen!
Yama! Coba lihat aku.!” Hal yang sama terjadi, mereka berdua terus menundukkan
kepala.
“Baiklah!
Keluarkan SEMUA barangnya sekarang!!”
Hosh!
Dada Yuma seperti diikat kencang. ‘Tak
adakah cara yang bisa ia lakukan?!!’
“UUUUAAARGH!!!”
“Hei,
apa yang kau lakukan?!!” teriak salah seorang pemindah barang itu.
“Tidak!
Aku tidak akan membiarkanmu mengosongkan rumah ini! Ibu mereka sedang tidak
ada! Paling tidak tunggu sampai ibu mereka kembali!!!”
Chinen takjub melihat kegigihan Yuma.
Dan ditengah perdebatan itu, tiba-tiba..
PRAK!
Sebuah foto keluarga jatuh dari laci
yang dibawa pria tersebut. Mengakibatkan kaca bingkainya pecah.
“I..
inikan..”
Sado melangkah mendekati bingkai itu.
Fotonya hampir tak terlihat karena retakan kaca. Tetapi ada sesuatu yang
familiar..
“Kou?!”
Yama kaget. Begitu pula dengan Keito
dan Chinen.
“Kou..?!
Kou..!! Dimana Kou sekarang?!!” tiba-tiba saja Sado mendekati Keito.
“Di..
dia.. Dia adalah ayah kami, yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu..”
“Apa?!”
Sado menitikkan air mata. Mereka semua, termasuk Yuma, Chinen, Yama, dan Keito bingung
melihat reaksi Sado. Hubungan apa yang ada diantara ayahnya dengan Sado selama
ini??
Dan Sado akhirnya menceritakan
semuanya.. Kejadian tepatnya 25 tahun yang lalu..
Chinen, Yama, dan Keito seolah tak
percaya. Menurutnya, Kou adalah sosok yang sangat baik dan ramah.. Ia tak
menyangka bahwa Kou akan berpulang secepat ini. Terlebih, Sado belum sempat
mengucapkan terimakasih.
“Keito..
Chinen.. dan Yama.. Kalian boleh tinggal disini lebih lama lagi.. Bahkan bila
mau, rumah ini boleh menjadi milik kalian..” ucap Sado yang membuat semuanya menganggap
bahwa ini hanyalah sebatas mimpi, ya tepatnya sebuah Keajaiban!
“Kou..”
Para pasukan Sado segera mengangkut
barang-barang kembali kedalam rumah. Sebelum Sado pergi, ia meminta alamat
dimana keberadaan makam Kou, dan meminta maaf yang sebesar-besarnya. Karena
kebaikan ayah mereka di masa lalu lah.. yang telah menyelamatkan mereka.
“Otoosan.. Arigatou..” ucap Chinen dan Yama dalam hati.
“Keajaiban ada dimana-mana.. Miracle
happen!” gumam
Keito dan Yuma.
***
Wuuuzzz..
Chinen memarkirkan
sepedanya di dekat sungai. Setelah kejadian tadi, ia bermain seharian dengan
Yuma hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Lalu, Ia bersender
pada salah satu tiang di dekat sana.
“Akhirnya,
waktu ku diperpanjang juga!” sorak Chinen senang. “Terimakasih ya kawan..”
lanjutnya lagi.
“Yah..
Tidak apa-apa Chii..”
“Aku
tak menyangka.. Bahwa ayahmu adalah teman Sado sewaktu SMP dan pernah menolongnya
saat ia terperosot kedalam jurang” kata Yuma mengingat pengalaman buruk Sado.
“Iya..
Saat itu ayahku dan yang lain sedang melakukan penjelajahan kedalam hutan..
Mungkin sebab itu ia selalu melarangku untuk masuk-masuk kedalam hutan di dekat
gunung Fuji sana.. Padahal aku kan hanya ingin mencari burungku yang hilang!
Huwaaaaa Tonari~!!”
“Bagaimana
ya.. rasanya bila kita ‘benar-benar’ jatuh kedalam jurang.. Sado saja setelah
ditolong ayahmu langsung pingsan.. Untung selamat, lah kalau pingsan duluan
seelum ditolong?? HIII…. Celem”
Yuma bergidik. Chinen hanya
geleng-geleng kepala.
“Sado
langsung pindah ke Tokyo.. Tanpa sempat mengungkapkan rasa terimakasihnya..”
“Hmm.. dan sepertinya kita berhasil..” kata
Yuma memulai pembicaraan.
“Ya..
kau benar” balas Chinen yang mulai menatap Yuma. Yuma juga menatap Chinen, lalu
keduanya tersenyum. “Best Friend..?”
“Best
Friend!” Yuma mengaitkan kelingkingnya di kelingking Chinen. Keduanya
bertatapan dan mengembangkan senyuman yang manis. Tanpa mereka ketahui, ada
seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan..
“Yah,
hujan..” Chinen menatap gelapnya awan.
Kring kring!
“Heeeee????”
“Chinen!
Ayo!” ajak Yuma yang ternyata sudah nemplok di sepeda Chinen, dan bersiap
mengeluarkan gas turbo. Mereka berdua menaiki sepeda bersama di tengah gerimis
yang menyapu jalan.
“Sebentar
lagi akan sampai di rumahku.. Kau mau istirahat dulu??” tawar Yuma.
“Tidak,
terimakasih. Aku akan langsung pulang saja”
***
Brak!
“Hnn…”
Chinen menjatuhkan dirinya diatas kasur.
“Huuooooiiiiii,
Chinen! Mie rebusnya kenapa tidak kau angkat???!!!” teriak Yama dari dapur.
“Oh
oiya ASTAGA! Neeee, maafkan aku niichann!!” Chinen langsung berdiri dari kasur.
Entah, badannya terasa remeg setelah berpetualang seharian.
“Yamadaaaa!!!!!
Air kamar mandi kenapa tidak dimatikan??!!” teriak Keito yang ternyata belum
mandi dari tadi pagi.
“Uwah,
ampuuunnn Keito niiichann!!! E-etto.. Keito niichan belum mandi seharian??” tanya Yama dengan innoncent face nya. Sambil memutar kepalanya 60° ke arah kanan.
Trio
Ceking’s POV…
“Ya
ampun.. Keito tadi paling wangiiiii ..” komentar Inoo.
“Widih,
kalah deh Yuya..” timpal Hikaru
“Hei..
Khusus hari ini aku mandi dulu lho!” jawab Yuya sambil mengangkat kerah
bajunya.
“Pakai
sabun nggak??” tanya Inoo seraya mendekati Yuya.
“Ya
iyalah.. tadi aku pinjam sabunnya mpok Inem.. Weeek” Yuya pun melet ke Inoo
Bletak!
Tak! Tak! Tiba-tiba Keito muncul dibelakang mereka lengkap dengan handuk serta
pasta gigi.
“Aduduh..
Kepalaku sakit” kata Hikaru meringis
“Kan
sudah tahu.. Kalau aku bisa dimana saja weeeek.. Sudah ya, aku mau pedicure
menicureee dulu.. Daaa~” Keito-pun menghilang.
“Wah,
author curang nih.. Kok Keito bisa dimana saja..” protes Hikaru.
“Yeeee,
Keito kan berteman dengan Doraemon.. Kalau mau, berteman saja sana sama Doraemon, nanti dikasih pintu ajaib deh,
week” Author melet ke Hika :p
“Ide
yang bagus! Nanti aku akan cari Doraemon!”
#Gubrak!!
Author, Inoo, Yuya headbang ==
***
“Itadakimasu!!”
kata Yama lalu segera menyantap mie instannya.
“Haii!!
Itadakimasu!” susul Keito dan Chii kompak.
♪Saa yume mimashou suteki na koto,
saa yume mimashou itsumademo♪
“Haduuh,
ini siapa yang nelpon.. Ganggu orang lagi makan aja..” gumam Keito seraya
merogoh saku celananya.
“Moshi-moshi?”
“KEIIITOOOOO!!!!!!!”
#GUBRAK!
Keito sampai jatuh dari kursi karena kerasnya suara penelpon..
“Apaan
sih?! Aku lagi makan nih! Ada apa menelponku malam-malam begini? Kok hebohnya
selangit..” jawab Keito sweatdrop
“Keito, Keito, Keito…!!”
“Iya,
iya ada apa?!!” Keito habis kesabaran.
“Kita menang ke OSAKA!!!! Yuhuui~”
“UAPA?!!!
Robot kita ‘Danbo’ yang kotak-kotak coklat bin mini bin minimalis itu masuk
final??!!”
“Iya! Barusan sensei menelponkuu!!”
“YATTA~!!
E..eh, tapi…. yang nelpon ini siapa ya?” tanya Keito polos.
Krik krik krik…
“Ha..
hallooo~? Ma.. Maksudku, ini Yuya, Hika, atau Inoo , yah?”
“Ini kan aku Inoo, Keito!!! Apakah
kau tidak tanda suaraku yang lembut ini..” jawab Inoo melas
“Iya,
iya aku tahu sekarang.. Sudah, itu saja? Oke, jaaa ne”
Tut— Keito pun mematikan ponselnya. Inoo
hanya diam saja memandangi ponselnya
disebrang sana.
“Yama!
Chiii!!! Robot niichan dan Trio Ceking masuk finaaal!!!!!” teriak Keito gembira
sambil memeluk kedua adiknya yang imut. Sampai-sampai Yama dan Chii kehabisan
nafas.
“I..
itu artinya.. Niichan akan pergi juga..?” tanya Yama
Keito
melepaskan pelukannya. Seketika raut wajah Keito berubah menjadi sedih. Keito
diam saja.
“Kapan
oniichan pulang..?”
“Entahlah..
Mungkin 1 bulan lagi..”
Yama menunduk. Ia semakin sedih karena
oniichan kesayangannya juga harus pergi meninggalkannya. Begitu pula dengan
Chinen. Keito tidak dapat melakukan apa-apa. Semua terasa sudah seperti
diatur.. Kepergian Kaasan, dan sekarang Keito niichan..
Esoknya.. Senin23 Juni, 2013
Yama dan Chinen sudah menunggu di
depan rumah, melepas kepergian sang kakak. Inoo, Yuya, dan Hikaru juga sudah
tiba. Mereka berencana pergi ke stasiun bersama-sama.
Keito mengenakan jaket tebalnya, syal,
serta sarung tangan karena cuaca hari ini begitu dingin. Sesaat, Keito
memandangi foto Kaasan yang ada di atas laci.
“Kaasan..”
“Keito
niichan! Semua sudah menunggu!” panggil Yama dari luar.
“Ya!”
Keito segera melangkahkan kakinya. Terlihat Hikaru dan yang lain sudah menunggu
dengan bawaan mereka masing-masing. Keito sendiri hanya membawa sebuah tas
ransel.
“Jadi,
kita berangkat sekarang..?” tanya Keito.
“Tunggu
dulu.. Kita takkan naik kereta hari ini” jawab Hikaru dengan senyum mengembang.
“Haaa??
Terus kita naik apa? Becak? Jalan kaki?? Osaka itu jauuuuuh bro” komentar Yuya.
“Sekarang
kita naik Portal ajaiib!!! Daripada naik kereta, berat di ongkoss.. Aku kan
sudah berteman dengan doraemon! Heehe..”
“Ternyata
ada juga yang percaya sama kata-kata author ya.. Nggak pakai pintu ajaib aja
nih?” tanya Yuya sweatdrop
“Iiih,
itu kan sudah lamaa.. Sekarang pakai keluaran terbaruuu.. Yaitu Portal ajaib!!”
Hikaru segera menyalakan alat barunya.
“Nah, semuanya ayo cepat naik!! Dalam hitungan 0 detik kita akan sampai di
Osaka..”
Yuya dan Inoo menuruti permainan
Hikaru, dan mereka segera masuk ke Portal Ajaib (?) XD
“Nah,
kalian hati-hati ya, jaga rumah baik-baik..” Keito mengucapkan kata-kata
perpisahannya.
“Ya,
oniichan juga..” balas Yama
“Niichan
jangan lupa mandi ya!” tambah Chinen.
“Huuus..”
Keito malu kejadian kemarin diungkit-ungkit.
“Oh,
tu..tunggu Oniichan!” Keito menghentikan langkahnya. “ Omedetto! Sukses ya
niichan!” ucap Yama. Keito tersenyum.
“Hai..
Arigatou..” balasnya singkat, lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua.
“Okey!
Teleport to Osaka!!!” teriak Hikaru yang nge-inggris. Semua melambaikan
tangannya, dan .. Ziiiiing—
Kini Keito dan teman-temannya sudah
pergi untuk berjuang. Tinggallah Yama dan Chinen seorang diri. “Ayo Chinen,
kita harus membereskan rumah..”
“O..oh,
iya, chotto matte Yama niichan!” Chinen segera mengikuti langkah Yama yang
menuju kedalam rumah..
To be
continue
No comments:
Post a Comment