NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, May 2, 2013

[Series] TIMELESS (ALL BECAUSE OF MY FRIEND) Part 4/5



Sebelumnya : “Tu..tunggu Yuma, kau bisa terluka” ” Yuto.. Maafkan aku
.
.
          Chinen segera berlari, tak peduli dengan kondisi sepedanya yang tergeletak ditanah.

“Yuuma!!!”

“Yuma, sudah cukup.. Kau tidak perlu bertindak sampai sejauh ini!” Chinen membantu Yuma berdiri, nampaknya sebuah pukulan yang sangat keras telah melayang diwajahnya.

“Yuma, kau tidak apa-apa kan?”

Tidak ada respon dari Yuma.

 “Ayo lebih baik kita pulang kawan..”

‘Chinen.. Maaf’

***

          Hari mulai senja. Matahari mulai menyembunyikan diri di balik indahnya selimut kapas oranye. Walaupun demikian, Yama masih berada di sekolah, merapikan sisa-sisa peralatan karya ilmiahnya dengan Yuto.

          Ketika Yama melewati koridor, berdiri seorang laki-laki, sedang memandangi gelapnya taman sekolah. Bertubuh tinggi, menggunakan jas sekolah serta syal yang menghangatkan bagian lehernya.

‘Aku kira dia sudah pulang duluan..’

Dengan ragu-ragu ia memanggil. “Yu.. yuto?”

“Oh.. Yama”

“Apa yang kau lakukan disini? Kau belum pulang?”

“Males ah.. Disini masih ada angin malam yang setia menemaniku” ucap Yuto dingin.

“Yu.. yuto, sebenarnya aku ingin meminta maaf atas kejadian tadi..”

“Oh” jawab Yuto singkat

“Jadi... maafkan aku ya” kata Yama sambil mengulurkan tangannya disertai senyuman yang manis. “Teman?”

Yuto menatap Yama sinis “Teman? Huh..”

“Kita bukan teman..”

DEG!

“Tapi, bukannya aku sudah meminta maaf, Yuto.??”

“Ya, tapi aku belum mau memaafkanmu.. Sebenarnya tidak hanya kejadian tadi siang, tapi ada sesuatu yang juga membuatku iri padamu”

“Iri..? Apa yang kau iri kan dari ku Yuto? “ tanya Yama bingung. Bayangkan saja, apa yang di iri kan oleh Yuto, salah satu temanku yang terkaya, bisa makan enak, dan tinggal dirumah yang nyaman.. Kehidupannya sangat sempurna! Terhadapku.. yang biasa saja ini??

Yuto memandangi Yama lekat-lekat. “Sensei lebih sering memperhatikanmu”

Deg! Perkataan Yuto membuat Yama shock.

“Jadi, hanya karna itu kau membenciku?” Yama seolah tak percaya.
“Kau tidak tahu, kalau sensei itu sebenarnya adalah pamanku! Kakak dari ibuku sendiri! Tapi, kenapa ia lebih sering memperhatikan orang lain? Dibandingkan keponakannya sendiri..”

 “Sekarang kau mengerti kan perasaanku? “ setelah mengucapkan itu semua, Yuto pergi meninggalkan Yama.

          Yama bergegas keluar dari sekolah. Kini perasaannya kacau, Yuto merupakan sahabat dan orang pertama yang ditemuinya disekolah ini, dan.. selama ini ia membenciku? Apakah semua kebaikan yang diberikan Yuto padaku hanyalah sebuah kebohongan? Tidak! Tidak mungkin. Yama berusaha menghilangkan pikiran buruknya.

          Di seberang jalan, tepatnya di pinggir sebuah sungai ia menangis. Sambil melempar-lempari sungai itu dengan kerikil, ia memikirkan Yuto.
“Yama!” tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Membangunkannya dari segala lamunannya.

“Apa yang kau lakukan disini?”

“Oh, Oniichan.. Kalau oniichan sendiri sedang apa malam-malam begini?”

“Karena Kaasan tidak ada, jadi aku membeli beberapa mie instan untuk kita bertiga..

“Aku mencarimu dari tadi”

Tes.. tes.. tes

“Wah, turun hujan! Ayo Yama, nanti kau basah kuyup!”  ajak Keito sambil menutupi kepalanya dengan jaket dan menarik tangan Yama.

Yama berusaha tersenyum, “Hai.. Oniichan..”

***

Keesokan harinya…

 ayo cepat angkat semuanya..!

          Suara keributan telah membangunkan Yuma. Semalam ia menginap dirumah Chinen. Ia juga khawatir apabila Chinen benar-benar akan digusur keesokan harinya, ia takut tak sempat melihat wajah sahabatnya itu..

          Dan.. semua yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Orang ‘itu’,  Sado membawa beberapa rombongan.. Yang siap sedia untuk segera mengeluarkan barang-barang keluarga Ryosuke keluar. Nampak Keito, Chinen dan Yama berdiri.

Yuma berlari dengan langkah gemetar kearah Keito.

“KEITO! Mengapa diam saja?! Tak lihatkah kondisi tempat tinggalmu sekarang?! Hampir seluruh ruangannya telah KOSONG!”

          Keito tak merespon. Seakan dia juga telah pasrah menerima semua ini. Yuma lantas menuju kearah Chinen.

“Chinen! Yama! Coba lihat aku.!” Hal yang sama terjadi, mereka berdua terus menundukkan kepala.

“Baiklah! Keluarkan SEMUA barangnya sekarang!!”

          Hosh! Dada Yuma seperti diikat kencang. ‘Tak adakah cara yang bisa ia lakukan?!!’

“UUUUAAARGH!!!”

“Hei, apa yang kau lakukan?!!” teriak salah seorang pemindah barang itu.
“Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mengosongkan rumah ini! Ibu mereka sedang tidak ada! Paling tidak tunggu sampai ibu mereka kembali!!!”

          Chinen takjub melihat kegigihan Yuma. Dan ditengah perdebatan itu, tiba-tiba..

PRAK!

          Sebuah foto keluarga jatuh dari laci yang dibawa pria tersebut. Mengakibatkan kaca bingkainya pecah.

“I.. inikan..”

          Sado melangkah mendekati bingkai itu. Fotonya hampir tak terlihat karena retakan kaca. Tetapi ada sesuatu yang familiar..
“Kou?!”

          Yama kaget. Begitu pula dengan Keito dan Chinen.

“Kou..?! Kou..!! Dimana Kou sekarang?!!” tiba-tiba saja Sado mendekati Keito.
“Di.. dia.. Dia adalah ayah kami, yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu..”
“Apa?!” Sado menitikkan air mata. Mereka semua, termasuk Yuma, Chinen, Yama, dan Keito bingung melihat reaksi Sado. Hubungan apa yang ada diantara ayahnya dengan Sado selama ini??

          Dan Sado akhirnya menceritakan semuanya.. Kejadian tepatnya 25 tahun yang lalu..

          Chinen, Yama, dan Keito seolah tak percaya. Menurutnya, Kou adalah sosok yang sangat baik dan ramah.. Ia tak menyangka bahwa Kou akan berpulang secepat ini. Terlebih, Sado belum sempat mengucapkan terimakasih.

“Keito.. Chinen.. dan Yama.. Kalian boleh tinggal disini lebih lama lagi.. Bahkan bila mau, rumah ini boleh menjadi milik kalian..” ucap Sado yang membuat semuanya menganggap bahwa ini hanyalah sebatas mimpi, ya tepatnya sebuah Keajaiban!

Kou..”

          Para pasukan Sado segera mengangkut barang-barang kembali kedalam rumah. Sebelum Sado pergi, ia meminta alamat dimana keberadaan makam Kou, dan meminta maaf yang sebesar-besarnya. Karena kebaikan ayah mereka di masa lalu lah.. yang telah menyelamatkan mereka.

“Otoosan.. Arigatou..” ucap Chinen dan Yama dalam hati.

“Keajaiban ada dimana-mana.. Miracle happen!” gumam Keito dan Yuma.

***

Wuuuzzz.. Chinen memarkirkan sepedanya di dekat sungai. Setelah kejadian tadi, ia bermain seharian dengan Yuma hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Lalu, Ia bersender pada salah satu tiang di dekat sana.

“Akhirnya, waktu ku diperpanjang juga!” sorak Chinen senang. “Terimakasih ya kawan..” lanjutnya lagi.

“Yah.. Tidak apa-apa Chii..”

“Aku tak menyangka.. Bahwa ayahmu adalah teman Sado sewaktu SMP dan pernah menolongnya saat ia terperosot kedalam jurang” kata Yuma mengingat pengalaman buruk Sado.

“Iya.. Saat itu ayahku dan yang lain sedang melakukan penjelajahan kedalam hutan.. Mungkin sebab itu ia selalu melarangku untuk masuk-masuk kedalam hutan di dekat gunung Fuji sana.. Padahal aku kan hanya ingin mencari burungku yang hilang! Huwaaaaa Tonari~!!”

“Bagaimana ya.. rasanya bila kita ‘benar-benar’ jatuh kedalam jurang.. Sado saja setelah ditolong ayahmu langsung pingsan.. Untung selamat, lah kalau pingsan duluan seelum ditolong?? HIII…. Celem”

          Yuma bergidik. Chinen hanya geleng-geleng kepala.

“Sado langsung pindah ke Tokyo.. Tanpa sempat mengungkapkan rasa terimakasihnya..”

 “Hmm.. dan sepertinya kita berhasil..” kata Yuma memulai pembicaraan.

“Ya.. kau benar” balas Chinen yang mulai menatap Yuma. Yuma juga menatap Chinen, lalu keduanya tersenyum. “Best Friend..?”

“Best Friend!” Yuma mengaitkan kelingkingnya di kelingking Chinen. Keduanya bertatapan dan mengembangkan senyuman yang manis. Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan..

“Yah, hujan..” Chinen menatap gelapnya awan.

Kring kring!

“Heeeee????”

“Chinen! Ayo!” ajak Yuma yang ternyata sudah nemplok di sepeda Chinen, dan bersiap mengeluarkan gas turbo. Mereka berdua menaiki sepeda bersama di tengah gerimis yang menyapu jalan.

“Sebentar lagi akan sampai di rumahku.. Kau mau istirahat dulu??” tawar Yuma.

“Tidak, terimakasih. Aku akan langsung pulang saja”

***

Brak!

“Hnn…” Chinen menjatuhkan dirinya diatas kasur.

“Huuooooiiiiii, Chinen! Mie rebusnya kenapa tidak kau angkat???!!!” teriak Yama dari dapur.

“Oh oiya ASTAGA! Neeee, maafkan aku niichann!!” Chinen langsung berdiri dari kasur. Entah, badannya terasa remeg setelah berpetualang seharian.

“Yamadaaaa!!!!! Air kamar mandi kenapa tidak dimatikan??!!” teriak Keito yang ternyata belum mandi dari tadi pagi.

“Uwah, ampuuunnn Keito niiichann!!! E-etto.. Keito niichan belum mandi seharian??”  tanya Yama dengan innoncent face nya. Sambil memutar kepalanya 60° ke arah kanan.


Trio Ceking’s POV…

“Ya ampun.. Keito tadi paling wangiiiii ..” komentar Inoo.

“Widih, kalah deh Yuya..” timpal Hikaru

“Hei.. Khusus hari ini aku mandi dulu lho!” jawab Yuya sambil mengangkat kerah bajunya.

“Pakai sabun nggak??” tanya Inoo seraya mendekati Yuya.

“Ya iyalah.. tadi aku pinjam sabunnya mpok Inem.. Weeek” Yuya pun melet ke Inoo

Bletak! Tak! Tak! Tiba-tiba Keito muncul dibelakang mereka lengkap dengan handuk serta pasta gigi.

“Aduduh.. Kepalaku sakit” kata Hikaru meringis

“Kan sudah tahu.. Kalau aku bisa dimana saja weeeek.. Sudah ya, aku mau pedicure menicureee dulu.. Daaa~” Keito-pun menghilang.

“Wah, author curang nih.. Kok Keito bisa dimana saja..” protes Hikaru.

“Yeeee, Keito kan berteman dengan Doraemon.. Kalau mau, berteman saja sana  sama Doraemon, nanti dikasih pintu ajaib deh, week” Author melet ke Hika :p

“Ide yang bagus! Nanti aku akan cari Doraemon!”

#Gubrak!! Author, Inoo, Yuya headbang ==

***

“Itadakimasu!!” kata Yama lalu segera menyantap mie instannya.

“Haii!! Itadakimasu!” susul Keito dan Chii kompak.

♪Saa yume mimashou suteki na koto, saa yume mimashou itsumademo♪

“Haduuh, ini siapa yang nelpon.. Ganggu orang lagi makan aja..” gumam Keito seraya merogoh saku celananya.

“Moshi-moshi?”

“KEIIITOOOOO!!!!!!!”

#GUBRAK! Keito sampai jatuh dari kursi karena kerasnya suara penelpon..

“Apaan sih?! Aku lagi makan nih! Ada apa menelponku malam-malam begini? Kok hebohnya selangit..” jawab Keito sweatdrop

“Keito, Keito, Keito…!!”

“Iya, iya ada apa?!!” Keito habis kesabaran.

“Kita menang ke OSAKA!!!! Yuhuui~”

“UAPA?!!! Robot kita ‘Danbo’ yang kotak-kotak coklat bin mini bin minimalis itu masuk final??!!”

“Iya! Barusan sensei menelponkuu!!”

“YATTA~!! E..eh, tapi…. yang nelpon ini siapa ya?” tanya Keito polos.

Krik krik krik…

“Ha.. hallooo~? Ma.. Maksudku, ini Yuya, Hika, atau Inoo , yah?”

“Ini kan aku Inoo, Keito!!! Apakah kau tidak tanda suaraku yang lembut ini..” jawab Inoo melas

“Iya, iya aku tahu sekarang.. Sudah, itu saja? Oke, jaaa ne”

Tut— Keito pun mematikan ponselnya. Inoo hanya diam saja memandangi  ponselnya disebrang sana.

“Yama! Chiii!!! Robot niichan dan Trio Ceking masuk finaaal!!!!!” teriak Keito gembira sambil memeluk kedua adiknya yang imut. Sampai-sampai Yama dan Chii kehabisan nafas.

“I.. itu artinya.. Niichan akan pergi juga..?” tanya Yama

Keito melepaskan pelukannya. Seketika raut wajah Keito berubah menjadi sedih. Keito diam saja.

“Kapan oniichan pulang..?”

“Entahlah.. Mungkin 1 bulan lagi..”

          Yama menunduk. Ia semakin sedih karena oniichan kesayangannya juga harus pergi meninggalkannya. Begitu pula dengan Chinen. Keito tidak dapat melakukan apa-apa. Semua terasa sudah seperti diatur.. Kepergian Kaasan, dan sekarang Keito niichan..

Esoknya.. Senin23 Juni, 2013

          Yama dan Chinen sudah menunggu di depan rumah, melepas kepergian sang kakak. Inoo, Yuya, dan Hikaru juga sudah tiba. Mereka berencana pergi ke stasiun bersama-sama.

          Keito mengenakan jaket tebalnya, syal, serta sarung tangan karena cuaca hari ini begitu dingin. Sesaat, Keito memandangi foto Kaasan yang ada di atas laci.

“Kaasan..”

“Keito niichan! Semua sudah menunggu!” panggil Yama dari luar.

“Ya!” Keito segera melangkahkan kakinya. Terlihat Hikaru dan yang lain sudah menunggu dengan bawaan mereka masing-masing. Keito sendiri hanya membawa sebuah tas ransel.

“Jadi, kita berangkat sekarang..?” tanya Keito.

“Tunggu dulu.. Kita takkan naik kereta hari ini” jawab Hikaru dengan senyum mengembang.

“Haaa?? Terus kita naik apa? Becak? Jalan kaki?? Osaka itu jauuuuuh bro” komentar Yuya.

“Sekarang kita naik Portal ajaiib!!! Daripada naik kereta, berat di ongkoss.. Aku kan sudah berteman dengan doraemon! Heehe..”

“Ternyata ada juga yang percaya sama kata-kata author ya.. Nggak pakai pintu ajaib aja nih?” tanya Yuya sweatdrop

“Iiih, itu kan sudah lamaa.. Sekarang pakai keluaran terbaruuu.. Yaitu Portal ajaib!!”

          Hikaru segera menyalakan alat barunya. “Nah, semuanya ayo cepat naik!! Dalam hitungan 0 detik kita akan sampai di Osaka..”

          Yuya dan Inoo menuruti permainan Hikaru, dan mereka segera masuk ke Portal Ajaib (?) XD

“Nah, kalian hati-hati ya, jaga rumah baik-baik..” Keito mengucapkan kata-kata perpisahannya.

“Ya, oniichan juga..” balas Yama

“Niichan jangan lupa mandi ya!” tambah Chinen.

“Huuus..” Keito malu kejadian kemarin diungkit-ungkit.

“Oh, tu..tunggu Oniichan!” Keito menghentikan langkahnya. “ Omedetto! Sukses ya niichan!” ucap Yama. Keito tersenyum.

“Hai.. Arigatou..” balasnya singkat, lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua.

“Okey! Teleport to Osaka!!!” teriak Hikaru yang nge-inggris. Semua melambaikan tangannya, dan .. Ziiiiing—

Kini Keito dan teman-temannya sudah pergi untuk berjuang. Tinggallah Yama dan Chinen seorang diri. “Ayo Chinen, kita harus membereskan rumah..”
“O..oh, iya, chotto matte Yama niichan!” Chinen segera mengikuti langkah Yama yang menuju kedalam rumah..


To be continue




No comments:

Post a Comment