NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, May 2, 2013

[Series] Let Me Be Empty (4/5)




Ryosuke datang ke gedung tua dekat SMU Tsukishima  tepat jam 8 malam. Suasana yang remang – remang dengan penerangan seadanya dari sinar bulan yang masuk melalui celah – celah atap membuat Ryosuke tidak dapat melihat jelas sosok seseorangpun.

“ Datang juga kau rupanya.” Tiba – tiba suara seseorang terdengar dari ujung ruangan.

Ryosuke sepertinya mengenal suara itu. Terdengar suara langkah seseorang semakin dekat kearahnya. Tidak, bukan hanya seseorang. Suara langkah itu terdengar banyak. Ryosuke kaget, melihat orang – orang yang mendekatinya saat wajah mereka diterangi sinar bulan yang masuk dari celah – celah atap yang bolong.

“Hikaru!” teriak Ryosuke spontan melihat Hikaru dan teman – temannya. “Kau yang mengirim surat itu padaku?! Kau yang membunuh Yuri, hah?!!”

“Ma, ma.. Tenang, jangan meledak begitu Yamada.Bukan aku yang mengirimnya.” Jawab Hikaru santai dengan tatapan meremehkan.

“Lalu siapa? Jawab!”

“Ck, kau tidak bisa diajak santai ya.” Kata Hikaru malas. “Hei, keluarlah.” Hikaru menoleh ke belakang, memanggil seseorang untuk menunjukkan wajahnya.

Sebuah langkah kaki berjalan mendekati tempat Ryosuke dan Hikaru cs dari belakang.

“Hisashiburi, Yama-chan.”

***
TOK TOK TOK

“Yama-chan, kau ada di dalam?” Lama Yabu menunggu, tidak ada jawaban.

“Oii, Yama-chan. Kau ada di dalam?” masih belum ada jawaban. Yabu yang tidak sabar akhirnya memegang kenop pintu dan memutarnya. Pintu terbuka.

“Dasar anak ini. Selalu saja tidak mengunci pintunya.” Omel Yabu.

Tapi saat ia melihat ke dalam , tidak ada siapa siapa. Yabu mencari keberadaan Ryosuke ke seluruh sudut ruangan. Tidak ada…

“Paling – paling dia pergi ke supermarket dekat sini.” Pikir Yabu. Ia memutuskan untuk menunggu kepulangan Ryosuke. Tapi saat ingin duduk, ia melihat sebuah kertas terletak diatas meja.

Yabu mengambil kertas itu. Dan saat membaca kalimat pertama, matanya membesar. Ketika selesai membaca keseluruhan kalimat yang tertera disana, dia berdiri tiba – tiba dengan memukul meja.

Yabu mencoba menghubungi ponsel Ryosuke. Tetapi nada deringnya terdengar dari dalam kamar Ryosuke.

“Sial! Dia lupa membawa ponsel lagi.” Yabu mengambil ponsel Ryosuke dan melihat kontak yang ada didalamnya, mencoba menghubungi Daiki.

“Moshi moshi Yamada?”

“Daiki! Ini Yabu. Sekarang juga kau dan dua temanmu yang lain pergi ke gedung kosong dekat SMU Tsukishima yang akan dihancurkan minggu depan itu! Aku akan menunggumu disana!” Perintah Yabu panik.

“Tunggu, Yabu-san. Memangnya ada apa?” Tanya Daiki.

“Aku tidak tahu. Yang penting ini menyangkut temanmu yang meninggal itu, Chinen! Yamada sepertinya disana. Berangkat, sekarang!”

Yabu menutup ponsel Ryosuke dan memasukkannya ke saku belakang. Dengan segera ia menutup pintu apartemen Ryosuke dan langsung menuju mobilnya. Kemudian menyalakan mobil dan langsung melesat ke jalan raya.

***

Seorang pria tinggi nan kurus dan berwajah tirus, dengan warna kulit yang putih pucat.

“Kau.. siapa?”

“Kau lupa siapa aku?” Tanya pria tinggi itu. Kini ia tersenyum licik.

DEG!

Chi.. Chinen? Bukan, bukan Yuri. Dia bocah yang di mimpiku itu!

Ryosuke membatu. Kilasan – kilasan masa lalu kini berputar di kepalanya, saat ia masih kecil. Dimana pada saat itu dia masih bisa tersenyum tulus, bermain – main dengan bahagia dengan teman – temannya. Saat ia bertemu dan menjadi teman pertama anak yang tidak bisa bersosialisasi itu. Saat anak itu melarangnya berteman dengan orang lain. Dan sampai pada saat anak itu memberi tahu bahwa ia yang sengaja mencelakakan orang tua Ryosuke. Kini ia ingat wajah anak itu. Ya, priayandere yang sekarang berdiri didepannya ini.

“Yu..to?” mulut Ryosuke bergetar menyebut nama itu.

“Wah, tidak kusangka kau masih mengingat namaku.” Jawab pria itu dengan senyuman iblis khasnya.

Tubuh Ryosuke mengeras, masih belum percaya dengan kenyataan yang ada didepan matanya. Dalang dibalik kematian orang tuanya.

Jadi.. bukan Yuri?

“Yama-chan, aku sangat senang bertatap muka denganmu lagi. Aku kangen denganmu. Sejak kau pindah, aku sangat sedih, tidak bisa bertemu kau lagi.” Kata pria bernama Yuto itu dengan tampang tak berdosa.

Tangan Ryosuke bergetar, mengepalkan tangannya marah.

“Tapi, 3 bulan yang lalu aku juga pindah ke Tokyo. Saat itu aku sangat senang. Berharap bisa ketemu kau lagi.” Yuto berhenti sejenak.

“Sebulan lebih aku mencari keberadaanmu sejak aku pindah, tapi hasilnya nihil. Saat itu aku memutuskan untuk menyerah. Dan saat berbalik badan untuk pulang, aku menemukanmu! Betapa senangnya aku saat itu. Tapi, aku melihatmu jalan dengan teman – temanmu. Khususnya Chinen itu. Dia menempel denganmu, bermanja – manja denganmu, membuat aku sangat marah! ‘Berani – beraninya Yama-chan ku diambil. Dia hanya milik aku’, pikirku saat itu.”

“Da-dari mana kau tahu namanya?” Tanya Ryosuke gagap.

“Aku mengikutimu, dan menyelidiki Chinen. Bukan hanya Chinen, tapi juga 3 temanmu yang lain. Tapi yang paling membuatku sangat kesal adalah dengan Chinen itu. Dimana – mana setiap aku mengikutimu, dia selalu ada.” Yuto mengalihkan pandangannya dari Ryosuke, marah.

“Jadi kau membunuhnya?” Tanya Ryosuke dengan mantap menyembunyikan emosinya yang meluap – luap sedari tadi.

“Un! Benar sekali.. Dari dulu sampai sekarangpun dia menyebalkan. Tidak pernah berubah, selalu saja mendekatimu. Padahal dulu aku sudah mencelakainya.”

Kelopak mata Ryosuke terbuka lebar ketika Yuto dengan santainya mengakui bahwa ia yang membunuh Yuri. Seketika ada perasaan menyesal di hati Ryosuke karena sudah menuduh Yuri. Tapi hal itu ditepisnya.

Orang ini sudah gila. Dengan mudahnya membunuh orang tanpa merasa bersalah. Tidak kusangka dia temanku saat kecil. Tapi.. dia mengatakan hal yang aneh..

“Apa maksudmu ‘dari dulu’?” dahi Ryosuke berkerut keheranan.

“Mou Yama-chan, kau bahkan tidak ingat? Chinen, dia adalah orang yang aku larang kau berteman dengannya dulu! Kalian dulu begitu akrab, aku tidak bisa menerimanya. Aku merasa kau meninggalkanku. Dan saat kau pindah, aku merasa sangat sedih. Dan aku merasa ini semua gara – gara Chinen. Terbesitlah dalam benakku untuk mencelakakannya. Lalu aku memanggilnya ke tepian sungai dan mendorongnya ke sungai. Dia kan tidak bisa berenang. Tapi sayangnya ada orang yang menolongnya waktu itu.” Jelas Yuto berdecak kesal. “Tapi aku senang sejak kejadian itu dia hilang ingatan. Dia tidak lagi bisa mengingatmu.”

Yuri.. Kau dulu juga temanku.. Kau juga temanku. Aku tidak tahu kita begitu dekat dulu. Sial! Kenapa aku tidak ingat?!

“Bagaimana cara kau membunuh Yuri?” Tanya Ryosuke.

“Saat aku memasuki apartemennya, aku menemukan obat yang memberikan efek simultan, obat untuk mengurangi rasa sakit kepala karena tumor otak. Terbesit dalam kepalaku untuk mengganti obatnya dengan simofili, obat yang berfungsi untuk menyembuhkan sakit mata. Tapi memiliki efek samping yang sangat kuat jika digunakan untuk penderita tumor otak. Tentu saja terima kasih untuk Hikaru dan teman – temannya.” Jelas Yuto menunjuk Hikaru cs dengan bangga. “Mereka yang membantuku menjalankan rencana ini. Tentu saja obat itu tidak menaruh curiga kepada polisi, karena komposisinya sangat mirip.”

Ryosuke kembali dikejutkan dengan penjelasan Yuto. Tidak menyangka Yuto membunuh Yuri dengan cara dingin namun kejam seperti itu.

“Dakara Yama-chan, sejak dulu dan sekarang kau Cuma milikku. Kita ditakdirkan untuk bersama. Kau kembali padaku ya. Kita mulai dari awal lagi.” Ujar Yuto tersenyum.

“Huh, neraka aku kembali padamu. ” Ryosuke menyunggingkan senyum malas.

“Kenapa? Aku sudah menyingkirkan orang yang menyusahkanmu. Tidakkah kau senang?” Yuto memelas.

“Termasuk orang tuaku? Terima kasih, kau membuatku sangat muak”

“Itu.. Ya.. Karena kupikir dengan membunuh orang tuamu juga, kau akan bergantung padaku, dan kau akan menjadi milikku sepenuhnya. Lagian mereka melarangku berteman denganmu. Tapi perkiraanku salah. Sejak kejadian itu, kau malah pindah..” Yuto murung. "Ah, Yama-chan, apa kau tidak ingin mengetahui kenapa Chinen cemas begitu kau membahas soal orang tuamu?"

Benar juga. Kenapa Yuri cemas ketika aku mengatakan hal itu? Padahal bukan ia yang membunuh mereka.., Batin Ryosuke bertanya - tanya. Memang hal itu yang mengganggu pikirannya saat ini.

"Kenapa?"

"Aku mengatakan padanya bahwa ia berkepribadian ganda dan secara tidak sadar mencelakakan orang tuamu. Dan aku tidak sengaja melihatnya melakukan hal itu, membuatnya sangat ketakutan. Lalu aku berjanji akan merahasiakannya padamu asalkan ia berhenti berteman denganmu. Ia menurut. Tapi setelah itu kau memutuskan pindah, membuatku sangat kalut. Yah, karena kesal aku panggil saja ia ke tepi sungai dan mencelakainya. Walaupun dia hilang ingatan, tapi kebohonganku soal dia yang membunuh orang tuamu masih menghantuinya. Mungkin karena itu dia tidak banyak teman. Tapi tidak ku sangka dia bertemu kau lagi."

“Sudah selesai?”

“Apa?”

“Kubilang kau sudah selesai? Siapa yang akan menjadi target mu selanjutnya hah?”

“Hm, entahlah. Bisa saja temanmu yang lain, jika mereka-“

“SUDAH, DIAM!! KAU ITU SAKIT! GILA!! NYAWA ORANG SEPERTI MAINAN BAGIMU, HAH?! SUDAH CUKUP KAU MENGAMBIL NYAWA ORANG TUA DAN TEMANKU, BRENGSEK!” kini Ryosuke mengeluarkan emosinya yang sudah mendidih.

“Yamada… Kau tidak berterima kasih padaku? Kau bilang aku gila? KAU PIKIR DEMI SIAPA AKU BERBUAT BEGINI HAH?!! UNTUK MELINDUNGIMU!! ORANG YANG MENYUSAHKAN BAGIMU, DAN ORANG YANG MENGHALANGIKU UNTUK MENDEKATIMU PANTAS MATI!!” bentak Yuto tak mau kalah dengan menghempaskan kursi kayu tua yang ada di dekatnya.

“MELINDUNGIKU?! BENAR KAN, KAU ITU SAKIT JIWA!! Kau merasa sudah melindungiku? AKU TIDAK PERNAH MERASA TERLINDUNGI. KAU SEMAKIN MEMBUATKU TERPURUK, SIALAN.”

“… Makanya, bergabunglah denganku dan Hikaru. Tinggalkan teman – temanmu. Aku yakin kau tidak akan menyesal. Kau akan senang” ujar Yuto melunak.

“Sampai kiamat pun aku  TIDAK AKAN PERNAH bergabung dengan kalian.” Kata Ryosuke dengan penekanan di setiap katanya.

Yuto terdiam. Lalu ia mendesah, kemudian tersenyum licik. “Apa boleh buat. Aku harus memaksamu dengan cara kekerasan.” Yuto melangkah maju ke arah Ryosuke. Ryosuke mundur seiring dengan langkah Yuto. Hikaru pun yang melihat santai dari tadi ikut maju.

“Kenapa kau mundur? Takut?”  Tanya Yuto dengan senyum liciknya.

“Huh, tidak ada yang perlu kutakutkan dengan pengecut dan orang sakit seperti kalian.” Jawab Ryosuke lantang.

“Haah.. Sungguh Yama-chan, aku tidak mau melakukan ini. Tapi karena kau melawan, ya terpaksa..” Yuto mendesah kecewa. “Hikaru, kalian bersedia membantuku kan?”

“Tentu saja Yuto-kun. Serahkan pada kami. Aku sudah lama ingin bermain – main lagi dengannya.” Jawab Hikaru yang tidak sabar.

Ryosuke melangkah mundur. Tetapi Hikaru dan teman – temannya bertindak cepat dengan beberapa dari mereka membawa balok kayu. Mereka langsung membentuk lingkaran mengepung Ryosuke.

Salah satu dari mereka maju mencoba menyerang Ryosuke. Tapi Ryosuke bisa menghindari serangan itu. Satu serangan lain menyusul ke arahnya, dan lagi - lagi bisa ia tepis. Tapi ia kalah jumlah. Perkelahian sengitpun tak dapat dihindari. Mereka saling meninju da menendang. Tetapi ada seseorang yang menyerang Ryosuke dari belakang dengan balok kayu panjang, membuat ia terjatuh.

Kepalanya berdarah, penglihatannya kabur. Hikaru duduk di atas badan Ryosuke dan kemudian memukul pipinya. Napas Ryosuke terengah - engah. Dia terbatuk - batuk. Wajahnya kini lebam, bibirnya berdarah. Tetapi penderitaan fisiknya tidak membuat mereka jera. Mereka lalu menendang - nendang tubuh Ryosuke yang tidak berdaya.

Sial! Aku memang ingin mati. Tapi tidak di tangan orang rendahan seperti mereka!, Teriak batinnya mendesau. Ryosuke yang tidak ingin diperlakukan rendah mencoba bangkit. Ia melebarkan matanya sampai tingkat maksimum, tidak peduli penglihatannya samar - samar atau kepalanya berdarah.

Ia menyerang membabi buta dengan lunglai. Hikaru dan teman - temannya hanya tertawa melihat Ryosuke seperti menyerang angin.

"STOP!! Aku hanya meminta kalian untuk sekedar menghajarnya, bukan malah membuatnya terluka!" bentak Yuto menghentikan baku hantam mereka.

Sesaat kemudian pintu gedung didobrak oleh beberapa orang. Suara langkah mereka berlari menuju tempat dimana Ryosuke dan orang - orang lainnya berada.

"Yama-chan!"
"Ryosuke!"
"Yamada!"
Teriak Keito, Takaki, Daiki dan Yabu. Mereka datang.

"Ck.. Dan beberapa serangga pengganggu pun datang." desah Yuto. Lalu ia mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya.

Daiki berlari mendahului Takaki dan yang lainnya.Yuto pun berlari dari arah berlawanan menuju Daiki dengan mata pisau yang mengarah ke depan.

"Dai-chan!" Ryosuke yang melihat hal itu refleks bergerak mendahului Yuto dan kini berada di depan Daiki. Dan hal selanjutnya yang terjadi...

JLEB!

Ryosuke tersungkur..

"YAMADA!!" teriak Daiki melihat punggung Ryosuke yang kini berlumuran darah.Takaki dan Keito langsung menuju ke arah mereka.

Yuto kaget dengan apa yang ada di depan matanya. Tangan dan pisaunya berlumuran darah. Ia tidak mengira Ryosuke akan melakukan hal seperti itu. "Tidak.. Tidak.. Apa yang sudah kulakukan? Yama-chan ku tidak boleh terluka!! Tapi.. AAAAAAAHH!!!" ia menenggelamkan muka kedalam telapak tangannya dengan gemetar.

"Yamada! Bertahanlah! Aku sudah memanggil ambulans!" kata Yabu panik.

Kenapa aku menolong Dai-chan? Kenapa aku membahayakan nyawaku demi oran lain?

Sial. Kenapa untuk menggerakkan tangan dan kaki ku saja susah?Aku tidak sudi mati konyol begini di depan mereka. Yang harus membunuhku adalah diriku sendiri! Bukan orang lain!

……

Menyebalkan.. Penglihatanku semakin memudar dan menipis.. Kaa-chan, Tou-chan, Yuri.. Sepertinya aku akan menyusul kalian..


TBC


Glosarium :
Moshi moshi = halo
Yandere = diluarnya kayak orang normal, tapi dalamnya sadis. Semacam psikopat.
Dakara = Jadi,
Simofili = Cuma karangan saya nama obat itu.


1 comment:

  1. cobalt vs titanium drill bits | Tioga Springs
    › blog › cobalt-vs-tin price of titanium › blog › cobalt-vs-tin 1 nano titanium day ago — 1 day ago cobalt vs titanium titanium white dominus price drill bits. A new compact for titanium bikes today's new generation, the titanium blue Sega Genesis.

    ReplyDelete