=TOPSECRET=
Di suatu tempat, sebuah
pembicaraan lewat telepon.
‘Tuan, pertemuan sudah
diatur. Semua sesuai perintah Anda. Kami akan bersiaga jika sesuatu terjadi.Ini
pertemuan pertama Anda sebagai pimpinan.’
‘Ya, aku mengerti. Tenang
saja, ini akan berjalan dengan lancar.’
=TOP SECRET=
Sore harinya
Fumi dan tim-nya bersiaga
dengan penyamaran mereka. Target telah memasuki ruang VIP yang akan digunakan
untuk melakukan transaksi.
“Oii, Fumi, kau bekerja
di restaurant ini juga?”panggil Ryo yang tiba-tiba
memasuki restaurant.
“Selamat datang Tuan, sudah
memesan tempat?”tanya Fumi ramah, ada semburat kaget yang tak dapat ia
sembunyikan.
“Euhm,VIP satu. Aku akan
makan malam dengan ayahku. Kau belum menjawab pertanyaanku! Oh, kau bahkan tak
pernah menjawab panggilan telepon ataupun membalas pesanku. Apa kau
membenciku?”sembur Ryo mengikuti langkah Fumi yang berjalan di depannya.
“Silahkan lewat sini
Tuan.”kata Fumi menunjukkan ruangan VIP satu.
Begitu mereka berada di
dalam ruangan, Ryo sengaja menahan Fumi.
“Jawab aku! Kenapa kau ada
di sini? Kenapa kau tak pernah menjawab teleponku? Pesan singkatku?!”selidik
Ryo. kilatan amarah jelas terpancar dari sinar mata beningnya.
“Maaf Tuan, saya bekerja part-time di
sini. Saya tak mengenal Anda karena itu saya tak menjawab telepon maupun
membalas pesan singkat Anda. Maaf, saya harus kembali bekerja. Ini hari pertama
saya bekerja, saya tak boleh membuat kesalahan atau saya akan dipecat.” elak
Fumi sopan dan segera keluar dari ruangan tepat setelah seorang pria paruh baya
memasuki ruang itu.
“Ayah, kau sudah datang.
Duduklah.”kata Ryo menunjuk kursi di seberangnya meski tatapannya masih menatap
lekat pada punggung Fumi hingga punggung itu menghilang di balik pintu.
Fumi berjalan keluar
sembari terus mendengarkan laporan anggota tim-nya. Belum ada
pergerakan, target keluar ruangan, agen Ryutaro terus mengikutinya, kata
Yuto yang terus memonitor ruang VIP tempat di mana target akan menemui sang
pimpinan mafia. Di ruangan itu memang telah dipasang beberapa kamera
tersembunyi untuk mengawasi gerak-gerik dan semua yang terjadi di sana.
=TOP SECRET=
Di tempat lain
‘Tuan, kami sudah
melaksanakan perintah. Orang itu mematuhi rencana kita.’
‘Bagus, terus pantau dia.
Dan bunuh begitu kita mendapatkan barangnya.’
‘Baik. Di luar sana,
beberapa sniper sudah berjaga. Mereka menunggu perintah anda
untuk bergerak. Dan tampaknya rencana ini akan berjalan lancar mengingat
agen-agen bodoh itu tak menyadarinya sampai sekarang.’
‘Ya, pastikan kita
mendapatkan cetak biru itu. Jangan sampai rencana ini gagal. Teruskan, ini
tak kan lama.’
=TOP SECRET=
Masih belum, mafia itu
belum menampakkan diri. Target baru saja kembali ke ruangan, kata Ryutaro memberi
laporan. Fumi yang mendengar itu semakin gelisah. ‘Kenapa tak segera
muncul? Di mana mafia-mafia itu bersembunyi?’ batinnya gusar. Sudah
berkali-kali Fumi memandangi arloji yang tergantung di pergelangan tangan
kirinya. Hingga tak ia sadari, se-jam telah berlalu dari waktu transaksi yang
seharusnya terlaksana di restaurant ini.
PYAAR...
Tiba-tiba suara kaca pecah
mengagetkan semua orang yang ada di restaurant hotel itu.
“Sial! Kita kecolongan.
Target tertembak Sniper! Tim Gamma, segera check gedung-gedung
di sekitar hotel. Tim Alpha, evakuasi pengunjung restaurant ke
tempat yang aman.” seru Fumi memberi perintah.
PYAAR...
Lagi-lagi terdengar suara
kaca pecah. Satu dari agen yang bertugas tertembak. Dengan cepat kaca-kaca lain
pecah dan semakin banyak korban berjatuhan, baik agen maupun pengunjung restaurant yang
notabene adalah warga sipil.
“Arioka Daiki. Agen
Pemerintah.” teriak Daiki menunjukkan lencana-nya. “Ikuti aku. Merunduk dibalik
meja! Segera keluar dari gedung. Hotel ini di kelilingi orang-orang bersenjata!”
DORR
BUUK
Seorang sniper tertembak
dan jatuh dari atap gedung di seberang hotel.
“CEPAT!! SEMUANYA TETAP
TENANG! MERUNDUK!” teriak Daiki lagi. Suaranya terdengar lebih keras, rupanya
nada ucapan Daiki naik dua oktaf dari sebelumnya. Semua orang pun segera
bergegas mengikuti petunjuknya.
Teriakan histeris
menyelimuti restaurant. Semua orang panik. Beberapa agen dengan
senjata di tangan mereka berlindung di balik meja dan membalas serangan itu.
Adu tembak pun tak dapat terelakkan.
“FUMI!!!” teriakDaiki lagi
saat ia melihat sinar merah tepat berada di kening Fumi dan PYAAR... peluru
timah itu melesat cepat memecahkan kaca, meluncur mengikuti jalur sinar merah
itu. Fumi masih terpaku, ia tak bisa menggerakkan tubuh seperti yang
seharusnya. Lalu raganya terjatuh.
=TOP SECRET=
‘Semalam terjadi serangan
mafia di Hotel The Xx. Dilaporkan seorang warga sipil tewas, beberapa orang
luka-luka dan sejumlah agen pemerintah serta sniper dari pihak mafia tewas
dalam kejadian ini. Mafia-mafia tersebut adalah buronan nomor satu pemerintah.
Mereka telah dipantau selama beberapa hari ini dan diketahui akan melakukan
transaksi perdagangan senjata rahasia secara illegal. Transaksi ini disinyalir
merupakan jual beli senjata mutakhir yang dikembangkan aliansi perusahan
senjata terkemuka yang terjadi di hotel itu sore kemarin. Pimpinan mafia
itu sendiri berhasil meloloskan diri....’
TV yang menyiarkan berita
tersebut segera kehilangan nyawanya begitu remote tak berdosa sukses melubangi
layarnya.
“Katakan kalau berita itu
bohong! Yaotome Hikaru!! Bukankah kau ada bersamanya saat itu? Bagaimana bisa
kau membiarkan ini terjadi?! Bukankah sudah sesuai rencana? Kita mendapatkan
cetak birunya bukan?”
“Maafkan saya Tuan Takaki.”
jawab Hikaru pelan. Ada ragu dan takut dalam nada bicaranya. Ia menundukkan
kepalanya dalam. Tak sanggup menatap langsung pada atasannya yang kini
menatapnya tajam –seakan-akanlaser dapat keluar dari kedua mata itu
kapan saja diperlukan.
“Apa?! Bicara yang
jelas!!”amarah Takaki tak dapat lagi dibendung. Ia menggebrak meja keras.
Suaranya menggema memenuhi ruangan itu. Napasnya tersenggal-senggal akibat
desakan emosi yang merongrong dalam dirinya. Matanya berkilat-kilat karena
berbagai perasaan yang campur aduk dalam rongga dadanya. Hatinya terus berharap-harap
cemas. Berdoa agar Hikaru takmendukung perkataan reporter yang menyampaikan
berita di TV tadi.
“Rencana memang berjalan
lancar dan kita berhasil mendapatkan cetak birunya. Tapi...Tuan Muda,
meninggal.”
=TOP SECRET=
Fumi terjatuh ke lantai, badannya
ditimpa seseorang dengan darah mengalir deras dari perutnya yang terkena
tembakan. Sebutir peluru sukses menembus lapisan kulit lelaki itu.
“Syukurlah kau tak
apa-apa.”kata Ryo begitu berada di pelukan Fumi. Ia menatap Fumi lekat dengan
senyum mengembang. Darah mengalir dari mulutnya. Dengan sisa kekuatannya ia
mengusap airmata Fumi. Menunjukkan pada Fumi gelang pemberian gadis berambut
cokelat kemerahan itu saat perpisahan mereka dulu.
“Jangan menangis. Aku
senang bisa bertemu denganmu lagi. Maaf aku belum bisa menepati janjiku. Aku
menunggumu Fumi, kita akan hidup berdua bahagia selamanya. Hanya kau dan aku.
Kau bisa percaya padaku, Fumi. Aku berjanji... Dan kumohon jaga dirimu
baik-baik. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku selama ini.
Maafkan aku.”ujarnya pelan.
“Kau diam! Berhenti
bicara! Ambulance akan segera datang. Bertahanlah. Jangan
tinggalkan aku lagi Ryo. Kumohon, kau harus hidup. Tepati janjimu.”
Ryo menggelengkan
kepalanya. Bibirnya bergerak tanpa suara, selamat ulang tahun... aku
mencintaimu... katanya sembari menyerahkan sebuah kunci pada Fumi.
“Aku mencintaimu Ryo jadi
kau harus bertahan. Kita akan hidup berdua bahagia selamanya bukan? Maafkan
aku, seharusnya aku menyadari keberadaanmu lebih awal. Dan seharusnya aku yang
melindungimu. Apa guna senjata yang kupegang? Aku seorang agen tapi aku tak
bisa menjalankan misiku dengan baik. Bahkan kau malah menjadi seperti ini...
Ryo kumohon, demi aku...”
Ryo tak dapat lagi
berkata-kata. Tenaganya semakin habis karena darah terus mengalir dari luka
tembak itu. Hanya airmata yang mewakili ucapannya. Senyum tipis melengkung di
bibirnya saat ia menggeleng perlahan. Kemudian Ryo menutup matanya.
“Ryo... Bangun! Buka
matamu! Bagaimana bisa kau menemuiku dengan keadaan seperti ini? Kau sudah
berjanji padaku. Kita akan bertemu lagi lalu hidup bahagia berdua selamanya.
Kenapa kau justru pergi di saat kita barusaja bertemu lagi setelah tiga-belas
tahun?! BANGUN RYO!!!”ujar Fumi keras sembari mengguncang-guncang sosok dalam
dekapannya. Isaknya tak terbendung.
=TOP SECRET=
Tokyo, May 9 2013
In Memoriam
Ryo
1993– 2013
Fumi melangkahkan kakinya
lemas menjauhi nisan itu. Tak lama ia telah berjalan menuju kamar hotel The Xx,
kamar nomor 313. Tangannya gemetar saat membuka pintu dengan kunci di tangannya
–kunci pemberian Ryo. Matanya masih sembab setelah menangis di upacara
pemakaman Ryo. Ditelusurinya kamar itu. Sepasang mata cokelat caramel-nya
tertuju pada sebuah kotak di atas ranjang.
Perlahan dibukanya kotak
itu. Seketika airmata kembali mengalir di kedua pipinya. Di dalam kotak itu
terdapat berbagai macam barang miliknya dan Ryo. Seingatnya barang-barang ini
mereka kubur di halaman panti, sehari sebelum mereka berpisah. Diambilnya
sebuah amplop dari sana, amplop yang terlihat baru dibandingkan benda lain
dalam kotak itu.
=TOP SECRET=
Dear Fumi,
Kau ingat aku? Ryo-mu. Ryo
yang selalu kau lindungi dari kejahilan anak-anak panti. Ryo yang senantiasa
mengekori langkahmu. Ryo yang berjanji untuk menjadi pendampingmu di depan altar
gereja panti dulu –saat permainan pengantin kita.
Aku senang bisa melihatmu
meski dari jauh –juga merasa sedikit terluka karena sikap dinginmu. Apa kau
sudah melupakanku? Janji-janji kita dulu? Fumi, aku tak pernah sekalipun
melupakan kenangan kita...
Maaf, aku
mengambil timecapsule kita terlebih dahulu tanpa se-izin-mu.
Kautahu? Benda-benda dalam kotak ini selalu memberiku semangat tersendiri. Aku
jadi teringat ucapan-ucapanmu dulu; Ryo harus kuat! Tak boleh cengeng! Kau pun
pernah berkata kalau aku tak boleh berbohong dan berbuat jahat, juga harus
menjadi diriku sendiri bukan?
Tiga-belas tahun telah
berlalu, tepat pada hari ini kita terpisah selama itu.
Kau sudah tumbuh menjadi
gadis yang cantik dan kuat –seperti yang telah kukira. Umurmu dua-puluh-tahun?
Oh, kita bisa membuat permainan pengantin kita menjadi nyata!!! Selamat ulang
tahun, Fumi...
Aku mencintaimu...
Ryo
p.s : setelah kau membaca
ini, segera temui aku di gereja St. Valent
aku
menunggumu , selalu.
---
Terburu-buru Fumi memasukkan
surat itu ke dalam kotak dan menutup kotak itu cepat. Ia berlari sekencang yang
ia bisa menuju gereja yang Ryo sebutkan dalam surat tadi, gereja yang berada
dua blok dari hotel ini. Ya, gereja gothic itu memang berada
dalam satu kompleks dengan pemakaman St. Valent di mana upacara pemakaman Ryo
barusaja berakhir, jadi ia tahu letak persis gereja tersebut berada.
Terengah-engah Fumi
memasuki gereja. Ia tahu, mungkin ia terdengar sudah gila dengan mengikuti
perkataan Ryo dalam surat yang ia baca. Tetapi ia tak peduli, ia
takmenghentikan ayunan tungkai kakinya. Ia tak takut meskipun orang akan
memanggilnya gila atau apapun sejenisnya, ia tetap saja berjalan mendekati
altar. Ia mengikuti kata hatinya, instingnya –yang jarang salah. Perasaannya
jelas merasakan ada sesuatu yang menariknya ke altar itu.
“Nona,...”panggil seseorang
yang sejak tadi duduk di bangku depan altar.
“Anda nona Fumi? Sachi
Fumi?”seseorang itu lagi. Tapi Fumi masih terdiam, ia menatap orang itu dengan
pandangan kosong.
“Tuan Muda kemarin mengutus
saya untuk menyerahkan ini pada Anda”
Fumi menerima sebuah kotak
yang diulurkan padanya. Dibukanya kotak itu pelan, tak yakin dengan apa yang ia
lakukan. Ditemukannya sepucuk surat dan kotak lain di sana.
=TOP SECRET=
Dear Fumi,
Hey,... apa kau mengira aku
akan menikahimu hari ini juga di gereja ini begitu kau membaca suratku? Maaf
tapi tebakanmu salah!
Kau pasti kaget karena tak
mendapatiku di gereja bukan? Ku mohon jangan salah sangka. Aku hanya masih
belum siap untuk menemuimu –sebagai Ryo bukan sebagai orang yang selama ini kau
panggil ‘Tuan’.
Fumi,... bukannya aku ingin
mempermainkanmu, percayalah, bukan!
Mungkin kedengarannya
konyol dan kau mungkin akan segera memukul, memaki atau apapun yang bisa kau
lakukan jika kita bertemu –suatu saat nanti.
Tapi percayalah padaku. Aku
akan menemuimu Fumi. Lima tahun lagi di gereja panti kita –bukan sekarang,
bukan di gereja ini. Aku ingin bersumpah di depan altar yang sama seperti saat
kita kecil dulu.
Tunggulah sebentar lagi
Fumi, kumohon percayalah, aku akan menepati janjiku –semua.
Sekali lagi maafkan aku dan
kumohon percayalah padaku.
Aku mencintaimu dengan
segala hal yang kita miliki.
Ryo
=TOP SECRET=
Setelah selesai membaca
surat Ryo. Fumi jatuh terduduk di depan altar. Airmata terus mengalir dari
kedua matanya. Dipeluknya surat itu erat. Mulutnya memanggil-manggil nama Ryo
berulang kali. Orang yang tadi menyerahkan kotak itu menatapnya iba. Bisikan
lirih keluar dari celah kedua bibir tipis itu.
Maafkan aku, tunggulah Fumi.Kumohon...
=TOPSECRET=
The End
WRITER DESIRE : Hows?
Thanks for RCL and please read my other story too :3
Happy birthday my one and
only Ichigo prince. Your; smile, face, voice –your presence is my force. Thank
you for coming to my world. I love you...
Ryo dan Fumi saling pandang lalu menjadi salah tingkah. Wajah mereka memerah,
padam. Ragu-ragu mereka berdua berjalan menuju kamar, mengambil barang yang tak
seberapa.
“Fumi, jangan menangis. Saat dewasa nanti, kita akan bertemu lagi. Kita akan
hidup berdua bahagia selamanya. Hanya kau dan aku. Kau bisa percaya padaku,
Fumi. Aku berjanji...”kata Ryo menyeka airmata yang keluar dari ujung mata
Fumi. Mereka kemudian menautkan jari kelingking dan berucap janji.
=TOPSECRET=
To Be Continue
WRITER DESIRE : Hows? Lets
move on to the second chapter! Thanks for RCL and read my other story :3
No comments:
Post a Comment