NOTE: Reader, before you browsing to reading please make sure you read fanfiction in here according to your age. If you not yet 17 yo, we suggest you to read fanfiction with rating G, PG-13, PG-15. Rating NC-17 and NC-21 just for addult. Please follow this rule shake your self!

Thursday, May 2, 2013

[series] Top Secret (Last Chapter)




=TOPSECRET=

Di suatu tempat, sebuah pembicaraan lewat telepon.

‘Tuan, pertemuan sudah diatur. Semua sesuai perintah Anda. Kami akan bersiaga jika sesuatu terjadi.Ini pertemuan pertama Anda sebagai pimpinan.’

‘Ya, aku mengerti. Tenang saja, ini akan berjalan dengan lancar.’

=TOP SECRET=

Sore harinya

Fumi dan tim-nya bersiaga dengan penyamaran mereka. Target telah memasuki ruang VIP yang akan digunakan untuk melakukan transaksi.

“Oii, Fumi, kau bekerja di restaurant ini juga?”panggil Ryo yang tiba-tiba memasuki restaurant

“Selamat datang Tuan, sudah memesan tempat?”tanya Fumi ramah, ada semburat kaget yang tak dapat ia sembunyikan.

“Euhm,VIP satu. Aku akan makan malam dengan ayahku. Kau belum menjawab pertanyaanku! Oh, kau bahkan tak pernah menjawab panggilan telepon ataupun membalas pesanku. Apa kau membenciku?”sembur Ryo mengikuti langkah Fumi yang berjalan di depannya.

“Silahkan lewat sini Tuan.”kata Fumi menunjukkan ruangan VIP satu.

Begitu mereka berada di dalam ruangan, Ryo sengaja menahan Fumi.

“Jawab aku! Kenapa kau ada di sini? Kenapa kau tak pernah menjawab teleponku? Pesan singkatku?!”selidik Ryo. kilatan amarah jelas terpancar dari sinar mata beningnya.

“Maaf Tuan, saya bekerja part-time di sini. Saya tak mengenal Anda karena itu saya tak menjawab telepon maupun membalas pesan singkat Anda. Maaf, saya harus kembali bekerja. Ini hari pertama saya bekerja, saya tak boleh membuat kesalahan atau saya akan dipecat.” elak Fumi sopan dan segera keluar dari ruangan tepat setelah seorang pria paruh baya memasuki ruang itu.

“Ayah, kau sudah datang. Duduklah.”kata Ryo menunjuk kursi di seberangnya meski tatapannya masih menatap lekat pada punggung Fumi hingga punggung itu menghilang di balik pintu.

Fumi berjalan keluar sembari terus mendengarkan laporan anggota tim-nya. Belum ada pergerakan, target keluar ruangan, agen Ryutaro terus mengikutinya, kata Yuto yang terus memonitor ruang VIP tempat di mana target akan menemui sang pimpinan mafia. Di ruangan itu memang telah dipasang beberapa kamera tersembunyi untuk mengawasi gerak-gerik dan semua yang terjadi di sana.

=TOP SECRET=

Di tempat lain

‘Tuan, kami sudah melaksanakan perintah. Orang itu mematuhi rencana kita.’

‘Bagus, terus pantau dia. Dan bunuh begitu kita mendapatkan barangnya.’

‘Baik. Di luar sana, beberapa sniper sudah berjaga. Mereka menunggu perintah anda untuk bergerak. Dan tampaknya rencana ini akan berjalan lancar mengingat agen-agen bodoh itu tak menyadarinya sampai sekarang.’

‘Ya, pastikan kita mendapatkan cetak biru itu. Jangan sampai rencana ini gagal. Teruskan, ini tak kan lama.’

=TOP SECRET=

Masih belum, mafia itu belum menampakkan diri. Target baru saja kembali ke ruangan, kata Ryutaro memberi laporan. Fumi yang mendengar itu semakin gelisah. ‘Kenapa tak segera muncul? Di mana mafia-mafia itu bersembunyi?’ batinnya gusar. Sudah berkali-kali Fumi memandangi arloji yang tergantung di pergelangan tangan kirinya. Hingga tak ia sadari, se-jam telah berlalu dari waktu transaksi yang seharusnya terlaksana di restaurant ini.

PYAAR...

Tiba-tiba suara kaca pecah mengagetkan semua orang yang ada di restaurant hotel itu.

“Sial! Kita kecolongan. Target tertembak Sniper! Tim Gamma, segera check gedung-gedung di sekitar hotel. Tim Alpha, evakuasi pengunjung restaurant ke tempat yang aman.” seru Fumi memberi perintah.

PYAAR...

Lagi-lagi terdengar suara kaca pecah. Satu dari agen yang bertugas tertembak. Dengan cepat kaca-kaca lain pecah dan semakin banyak korban berjatuhan, baik agen maupun pengunjung restaurant yang notabene adalah warga sipil.

“Arioka Daiki. Agen Pemerintah.” teriak Daiki menunjukkan lencana-nya. “Ikuti aku. Merunduk dibalik meja! Segera keluar dari gedung. Hotel ini di kelilingi orang-orang bersenjata!”

DORR 

BUUK

Seorang sniper tertembak dan jatuh dari atap gedung di seberang hotel.

“CEPAT!! SEMUANYA TETAP TENANG! MERUNDUK!” teriak Daiki lagi. Suaranya terdengar lebih keras, rupanya nada ucapan Daiki naik dua oktaf dari sebelumnya. Semua orang pun segera bergegas mengikuti petunjuknya. 

Teriakan histeris menyelimuti restaurant. Semua orang panik. Beberapa agen dengan senjata di tangan mereka berlindung di balik meja dan membalas serangan itu. Adu tembak pun tak dapat terelakkan.

“FUMI!!!” teriakDaiki lagi saat ia melihat sinar merah tepat berada di kening Fumi dan PYAAR... peluru timah itu melesat cepat memecahkan kaca, meluncur mengikuti jalur sinar merah itu. Fumi masih terpaku, ia tak bisa menggerakkan tubuh seperti yang seharusnya. Lalu raganya terjatuh.

=TOP SECRET=

‘Semalam terjadi serangan mafia di Hotel The Xx. Dilaporkan seorang warga sipil tewas, beberapa orang luka-luka dan sejumlah agen pemerintah serta sniper dari pihak mafia tewas dalam kejadian ini. Mafia-mafia tersebut adalah buronan nomor satu pemerintah. Mereka telah dipantau selama beberapa hari ini dan diketahui akan melakukan transaksi perdagangan senjata rahasia secara illegal. Transaksi ini disinyalir merupakan jual beli senjata mutakhir yang dikembangkan aliansi perusahan senjata terkemuka yang terjadi di hotel  itu sore kemarin. Pimpinan mafia itu sendiri berhasil meloloskan diri....’

TV yang menyiarkan berita tersebut segera kehilangan nyawanya begitu remote tak berdosa sukses melubangi layarnya.

“Katakan kalau berita itu bohong! Yaotome Hikaru!! Bukankah kau ada bersamanya saat itu? Bagaimana bisa kau membiarkan ini terjadi?! Bukankah sudah sesuai rencana? Kita mendapatkan cetak birunya bukan?”

“Maafkan saya Tuan Takaki.” jawab Hikaru pelan. Ada ragu dan takut dalam nada bicaranya. Ia menundukkan kepalanya dalam. Tak sanggup menatap langsung pada atasannya yang kini menatapnya tajam –seakan-akanlaser dapat keluar dari kedua mata itu kapan saja diperlukan.

“Apa?! Bicara yang jelas!!”amarah Takaki tak dapat lagi dibendung. Ia menggebrak meja keras. Suaranya menggema memenuhi ruangan itu. Napasnya tersenggal-senggal akibat desakan emosi yang merongrong dalam dirinya. Matanya berkilat-kilat karena berbagai perasaan yang campur aduk dalam rongga dadanya. Hatinya terus berharap-harap cemas. Berdoa agar Hikaru takmendukung perkataan reporter yang menyampaikan berita di TV tadi.

“Rencana memang berjalan lancar dan kita berhasil mendapatkan cetak birunya. Tapi...Tuan Muda, meninggal.”

=TOP SECRET=

Fumi terjatuh ke lantai, badannya ditimpa seseorang dengan darah mengalir deras dari perutnya yang terkena tembakan. Sebutir peluru sukses menembus lapisan kulit lelaki itu.

“Syukurlah kau tak apa-apa.”kata Ryo begitu berada di pelukan Fumi. Ia menatap Fumi lekat dengan senyum mengembang. Darah mengalir dari mulutnya. Dengan sisa kekuatannya ia mengusap airmata Fumi. Menunjukkan pada Fumi gelang pemberian gadis berambut cokelat kemerahan itu saat perpisahan mereka dulu.

“Jangan menangis. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi. Maaf aku belum bisa menepati janjiku. Aku menunggumu Fumi, kita akan hidup berdua bahagia selamanya. Hanya kau dan aku. Kau bisa percaya padaku, Fumi. Aku berjanji... Dan kumohon jaga dirimu baik-baik. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menebus kesalahanku selama ini. Maafkan aku.”ujarnya pelan.

“Kau diam! Berhenti bicara! Ambulance akan segera datang. Bertahanlah. Jangan tinggalkan aku lagi Ryo. Kumohon, kau harus hidup. Tepati janjimu.”

Ryo menggelengkan kepalanya. Bibirnya bergerak tanpa suara, selamat ulang tahun... aku mencintaimu... katanya sembari menyerahkan sebuah kunci pada Fumi.

“Aku mencintaimu Ryo jadi kau harus bertahan. Kita akan hidup berdua bahagia selamanya bukan? Maafkan aku, seharusnya aku menyadari keberadaanmu lebih awal. Dan seharusnya aku yang melindungimu. Apa guna senjata yang kupegang? Aku seorang agen tapi aku tak bisa menjalankan misiku dengan baik. Bahkan kau malah menjadi seperti ini... Ryo kumohon, demi aku...”

Ryo tak dapat lagi berkata-kata. Tenaganya semakin habis karena darah terus mengalir dari luka tembak itu. Hanya airmata yang mewakili ucapannya. Senyum tipis melengkung di bibirnya saat ia menggeleng perlahan. Kemudian Ryo menutup matanya.

“Ryo... Bangun! Buka matamu! Bagaimana bisa kau menemuiku dengan keadaan seperti ini? Kau sudah berjanji padaku. Kita akan bertemu lagi lalu hidup bahagia berdua selamanya. Kenapa kau justru pergi di saat kita barusaja bertemu lagi setelah tiga-belas tahun?! BANGUN RYO!!!”ujar Fumi keras sembari mengguncang-guncang sosok dalam dekapannya. Isaknya tak terbendung.

=TOP SECRET=


Tokyo, May 9 2013 

In Memoriam
Ryo
1993– 2013

Fumi melangkahkan kakinya lemas menjauhi nisan itu. Tak lama ia telah berjalan menuju kamar hotel The Xx, kamar nomor 313. Tangannya gemetar saat membuka pintu dengan kunci di tangannya –kunci pemberian Ryo. Matanya masih sembab setelah menangis di upacara pemakaman Ryo. Ditelusurinya kamar itu. Sepasang mata cokelat caramel-nya tertuju pada sebuah kotak di atas ranjang. 

Perlahan dibukanya kotak itu. Seketika airmata kembali mengalir di kedua pipinya. Di dalam kotak itu terdapat berbagai macam barang miliknya dan Ryo. Seingatnya barang-barang ini mereka kubur di halaman panti, sehari sebelum mereka berpisah. Diambilnya sebuah amplop dari sana, amplop yang terlihat baru dibandingkan benda lain dalam kotak itu.

=TOP SECRET=

Dear Fumi,

Kau ingat aku? Ryo-mu. Ryo yang selalu kau lindungi dari kejahilan anak-anak panti. Ryo yang senantiasa mengekori langkahmu. Ryo yang berjanji untuk menjadi pendampingmu di depan altar gereja panti dulu –saat permainan pengantin kita.

Aku senang bisa melihatmu meski dari jauh –juga merasa sedikit terluka karena sikap dinginmu. Apa kau sudah melupakanku? Janji-janji kita dulu? Fumi, aku tak pernah sekalipun melupakan kenangan kita...

Maaf, aku mengambil  timecapsule kita terlebih dahulu tanpa se-izin-mu. Kautahu? Benda-benda dalam kotak ini selalu memberiku semangat tersendiri. Aku jadi teringat ucapan-ucapanmu dulu; Ryo harus kuat! Tak boleh cengeng! Kau pun pernah berkata kalau aku tak boleh berbohong dan berbuat jahat, juga harus menjadi diriku sendiri bukan?

Tiga-belas tahun telah berlalu, tepat pada hari ini kita terpisah selama itu.

Kau sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan kuat –seperti yang telah kukira. Umurmu dua-puluh-tahun? Oh, kita bisa membuat permainan pengantin kita menjadi nyata!!! Selamat ulang tahun, Fumi...

Aku mencintaimu...

Ryo

p.s : setelah kau membaca ini, segera temui aku di gereja St. Valent
       aku menunggumu , selalu.

---

Terburu-buru Fumi memasukkan surat itu ke dalam kotak dan menutup kotak itu cepat. Ia berlari sekencang yang ia bisa menuju gereja yang Ryo sebutkan dalam surat tadi, gereja yang berada dua blok dari hotel ini. Ya, gereja gothic itu memang berada dalam satu kompleks dengan pemakaman St. Valent di mana upacara pemakaman Ryo barusaja berakhir, jadi ia tahu letak persis gereja tersebut berada.

Terengah-engah Fumi memasuki gereja. Ia tahu, mungkin ia terdengar sudah gila dengan mengikuti perkataan Ryo dalam surat yang ia baca. Tetapi ia tak peduli, ia takmenghentikan ayunan tungkai kakinya. Ia tak takut meskipun orang akan memanggilnya gila atau apapun sejenisnya, ia tetap saja berjalan mendekati altar. Ia mengikuti kata hatinya, instingnya –yang jarang salah. Perasaannya jelas merasakan ada sesuatu yang menariknya ke altar itu. 

“Nona,...”panggil seseorang yang sejak tadi duduk di bangku depan altar.

“Anda nona Fumi? Sachi Fumi?”seseorang itu lagi. Tapi Fumi masih terdiam, ia menatap orang itu dengan pandangan kosong.

“Tuan Muda kemarin mengutus saya untuk menyerahkan ini pada Anda”

Fumi menerima sebuah kotak yang diulurkan padanya. Dibukanya kotak itu pelan, tak yakin dengan apa yang ia lakukan. Ditemukannya sepucuk surat dan kotak lain di sana. 

=TOP SECRET=

Dear Fumi,

Hey,... apa kau mengira aku akan menikahimu hari ini juga di gereja ini begitu kau membaca suratku? Maaf tapi tebakanmu salah!

Kau pasti kaget karena tak mendapatiku di gereja bukan? Ku mohon jangan salah sangka. Aku hanya masih belum siap untuk menemuimu –sebagai Ryo bukan sebagai orang yang selama ini kau panggil ‘Tuan’.

Fumi,... bukannya aku ingin mempermainkanmu, percayalah, bukan! 

Mungkin kedengarannya konyol dan kau mungkin akan segera memukul, memaki atau apapun yang bisa kau lakukan jika kita bertemu –suatu saat nanti.

Tapi percayalah padaku. Aku akan menemuimu Fumi. Lima tahun lagi di gereja panti kita –bukan sekarang, bukan di gereja ini. Aku ingin bersumpah di depan altar yang sama seperti saat kita kecil dulu.

Tunggulah sebentar lagi Fumi, kumohon percayalah, aku akan menepati janjiku –semua.

Sekali lagi maafkan aku dan kumohon percayalah padaku.

Aku mencintaimu dengan segala hal yang kita miliki.

Ryo

=TOP SECRET=

Setelah selesai membaca surat Ryo. Fumi jatuh terduduk di depan altar. Airmata terus mengalir dari kedua matanya. Dipeluknya surat itu erat. Mulutnya memanggil-manggil nama Ryo berulang kali. Orang yang tadi menyerahkan kotak itu menatapnya iba. Bisikan lirih keluar dari celah kedua bibir tipis itu.

Maafkan aku, tunggulah Fumi.Kumohon...


=TOPSECRET=


The End

WRITER DESIRE : Hows? Thanks for RCL and please read my other story too :3

Happy birthday my one and only Ichigo prince. Your; smile, face, voice –your presence is my force. Thank you for coming to my world. I love you...


          Ryo dan Fumi saling pandang lalu menjadi salah tingkah. Wajah mereka memerah, padam. Ragu-ragu mereka berdua berjalan menuju kamar, mengambil barang yang tak seberapa.

         “Fumi, jangan menangis. Saat dewasa nanti, kita akan bertemu lagi. Kita akan hidup berdua bahagia selamanya. Hanya kau dan aku. Kau bisa percaya padaku, Fumi. Aku berjanji...”kata Ryo menyeka airmata yang keluar dari ujung mata Fumi. Mereka kemudian menautkan jari kelingking dan berucap janji.

=TOPSECRET=

To Be Continue

WRITER DESIRE : Hows? Lets move on to the second chapter! Thanks for RCL and read my other story :3




No comments:

Post a Comment