Sebelumnya : “Hei, aku takut ia akan
datang dan menagih ikan asin ituuu” kata Hikaru. “Oooh, Hikaru.. ayoolah”.
“Danbo!” . “Yama.. ada yang harus Kaasan bicarakan”
***
The sky will soon turn
into a night sky
I understand you have to go
But I beg you to stay by my side even for a little bit longer to cheer me up
I understand you have to go
But I beg you to stay by my side even for a little bit longer to cheer me up
“Apa?!” Yama seolah tak percaya.
“Benar
Yama.. Untuk membayar kost ini juga.. untuk mempertahankan kehidupan kita
berempat.. Kaasan harus pergi ke Tokyo, ada tawaran kerja disana”
“Ta..
tapi.. Bisakah Kaasan menunggu? Sebentar lagi kan hari..” Yama meringis, ia
menahan rasa kecewa yang besar dalam dadanya.
“Kaasan
akan pulang kurang lebih 3 Minggu setelah Kaasan berangkat.. Tenang saja, Keito
akan menjaga kalian semua.. Tapi bila Keito tidak ada, kalian bisa menjaga diri
kalian masing-masing kan..?”
“Yama..”
“Sebelum
Kaasan pergi, sebelum musim dingin berlanjut, ada sesuatu untukmu diatas meja”
***
Daun-daun berguguran mengiringi
kesedihan yang ada dalam hati Keito, Chinen, dan Yama. Kaasan harus pergi
meninggalkan mereka, walaupun hanya sebentar tetapi itu terasa sangat mendalam.
Melepas kepergian sang ibu tercinta. Pepohonan seakan melambai-lambai, Kaasan mulai
pergi, perlahan namun pasti. Bayangan Kaasan mulai menghilang, menjauh, dan
akhirnya benar-benar tiada di hadapan mereka bertiga..
“Nah..”
ucap Keito.
“Sekarang
aku harus pergi juga, ada event cosplay di kota hari ini..”
“Wiih,
memangnya niichan mau nge-cosplay apa?”
“Cosplay
Ciel Phantomhive..”
Chinen Yama gubrak. “Tingginya nggak
cocok!!”
“Oh..
terus? masalah? Ok fine, bye” balas Keito dingin.
Yama melirik Chinen.
“Astaga!
Aku ada janji membantu Yuma di toko kue nya hari ini.. Yosh! Jaaa ne Yama
niichan~ Semoga hari-harimu indah! Lalalala~”
“Eeeh..?
Mereka lupa hari ini hari apa?? Hah, Yasudahlah.. Mungkin nanti” kata Yama
seorang lalu melanjutkan langkahnya menuju sekolah.
***
Yama
POV~
“Ohayou
Yuto!”
Yuto yang saat itu sedang bercengkrama
dengan Mirai tidak membalasnya.
‘Mungkin ia tidak mendengarku..’ Sambil menyandar pada dinding kelas yang
dingin, aku mengkhayal melalui langit-langit atap.
“HAAALOO
YAMA!!.” GUBRAAK!
“YUTO!
Bisakah jangan berteriak di pagi yang indah ini?? Kau mengagetkanku..” ucapku
yang hampir kena serangan jantung.
“Ooh..
Hehehehe.. Aku kan hanya bercanda..” jawab Yuto nyengir.
‘Syukurlah.. Aku pikir dia
mencuekkan ku’
Tiba-tiba terdengar seseorang
berteriak. “SENSEI DATAANG!!”
“Uwaah
sensei datang!” Yuto langsung berlari ke arah tempat duduknya. Naas-nya Yuto
tidak hati-hati sehingga menyandung kaki meja dan akhirnya terjatuh dalam
keadaan.. yaaa bisa dikatakan ‘nyungsep’
“Ohayou”
“Ohayouu!!”
jawab Yuto sambil merapikan seragamnya.
“Nah,
sebelumnya Sensei ingin memberitahu, bahwa sekolah kita akan mengadakan lomba
Contest Teknologi! Dan besok, kalian boleh berkreasi membuat alat apa saja
dengan bahan apa saja bersama partner kalian. Sensei yang akan memilih perwakilan dari kelas ini, dan sekarang kalian
boleh mencari pasangan.. Ingat!! Satu grup 2 orang!!”
“Yo.. yo.. Yama..” Aku menoleh. Yuto menunjuk-nunjuk dirinya
denganku. Memberi isyarat sederhana dan langsung ku kedipkan mataku sebagai jawaban.
“Nah
sekarang ada tugas Fisika untuk kalian, boleh bertanya pada teman atau sensei”
Sensei mulai menuliskan satu persatu
soal di papan, kulewati semuanya dengan baik kecuali satu.. Terlintas di
benakku ‘Apakah Yuto ingat hari ini?
Bahkan Mirai juga..’
“DOR!”
“YUUTOO!!”
teriakku tapi yang ini jauh lebih lemah dari yang tadi karena ada sensei.
“Yam
yam, aku tanya yang nomer ini dong.. Hehehe”
“Wah,
masalahnya aku juga nggak tahu yang ini, Yut..”
“Eh
atau tanya ke sensei saja ya? Mumpung lewat nih..” kataku
Yuto menghentikan langkah sensei, dan
berusaha bertanya.
“Yuto,
masih nomer 3?? Contohlah Yama, Yutoo.. dia sudah berusaha dan sekarang nomer
12..”
Sensei lalu mengambil buku milikku
dan menuliskan caranya disana.
“Kerja
yang bagus Yama..”
Aku hanya tersenyum kecil. Sesaat
kumemandangi Yuto, aku menjadi tidak enak padanya. Aku memang merasa
diperlakukan ‘istimewa’ dari yang lain oleh wali kelasku itu.
“Yosh!
Boku wa Ganbatte! Nah, nanti kita pulang sama-sama yuk?” ajak Yuto
***
♪Sa yume mimashou suteki na
koto
Sa yume mimashou itsumademo♪
Sa yume mimashou itsumademo♪
Yuto segera merogoh sakunya karena
merasa ponselnya bordering.
“Moshi-moshi?”
“Eh YUT— Bisa tahan dia lebih lama
lagi..?? Kita belum siap nih!!”
“Eh?!
Kok lama sekalii?? Daritadi ngapain sih?!”
“Hikaru memecah—“ Tiba-tiba suaranya menghilang
“Hei
hei.. Halo halo apa yang terjadi??!!” tanya Yuto khawatir.
“Everything Daijoubu!! Ano, Yuto-kun tolong
ajak Yamaniichan muter-muter dulu.. Ya??” ketika Yuto mendengarnya lagi, suaranya berubah.
“Etto..
Ini Chinen ya? Tumben nge-inggris. Iya, iya.. Aku tahan lagi..” jawab Yuto.
“Yut,
ada apa? Jadi nggaaak nih?” kataku.
“Eh
oh eh Yama!!” Yuto langsung mematikan hp nya. “ AYO KITA KE TAMAN HIBURAN!!”
seru Yuto.
“Wiiihh
gaul— Ayo, YUT!”
***
“UWAAAAAA!!!!”
Grekgrekgrek. Kuberteriak sekencang kencangnya.
Terkadang menggertakkan gigi-gigiku saat kereta menurun, membiarkan semuanya
terlihat hingga sepertinya aku sangat cocok untuk iklan pasta gigi.
“Uwaaah~
Sepertinya aku mabuk~” Kata Yuto sempoyongan setelah menaiki wahan yang satu
ini.
“Siapa
yang suruh naik roller coaster? Kayaknya aku juga nih.. Hmph!”
Yuto kembali mengambil ponselnya.
“Moshi moshi? Sudah belum nih.. Aku mabuk.. Yama juga”
“EEEH?? Yamaniichan juga?! Siapa
yang suruh kalian mengulur waktu dengan menaiki perahu nelayan?? Yamaniichan
sangat anti dengan perahuuu”
“Kami
habis naik roller coasterrr… bukan perahuuu!!” jawab Yuto sebal.
“Oh.. hehe.. Iya sudah.. Sudah
selesai kok.. Dari tadi malahan..”
“Ya
ampun Chiii, Kenapa nggak billaaang!! -”
“Habis nggak nanya sih..”
‘Benar-benar tanpa ada rasa
penyesalan’ batin Yuto. “Oke, fine, bye.”
CLIK!
“Udahan
yuk.. Mending kita langsung saja ke rumahmu.. Hmph!”
***
Matahari terbenam. Warna awan yang
merah oranya menghiasi angkasa.
Kreeek…
“Lho..
Kok gelap ya , Yut..”
Yuto mengenakan topengnya dan…
“HUWAAA!!
YUUUTOOO” Aku berlari semakin dalam ke
rumah. BRAK!
‘Gelap! gelap!’ Sosok bertopeng itu semakin dekat
dan siap menggenggam leher Yama…
“Chiiiii!!
Keitooo!! Dimanakah kalian??!!!”
“TADAA~~
HAPPY BIRTHDAY YAMA!!”
Seketika lampu dinyalakan dan aku
terpaku melihat semuanya.
“Hahaha…
Otanjoubi omedetto Niichan!!” kata Chinen sambil membawa kue ulang tahun yang
berhias strawberry dan batang-batang coklat.
“Yoo~
Tenang saja.. Kami tidak akan pernah men‘cuek’kan mu kok… Hahaha..” tawa Keito
lantang.
“Hoho..
Selamat ulang tahun, sahabat!” Yuto melepas topengnya lalu tersenyum. “Ah~
andaikan tadi ada yang merekam wajah Yama saat ia ketakutan, pasti jadi artis
youtube deh, haha..”
“Yu~to!”
aku menendang kakinya sambil menahan malu.
“Nah
sekarang saatnya berpesta!” teriak Daiki di depan microphone yang sukses membuat kaca dan gelas pecah.
“MUSIIIIK!”
Sriiing..
♪Ooooh ooooh ooh ooooh ooh oh. Tengtongwengteng..
Ooooh ooooh ooh oooh ooh oh♪
“Uuuu
wuu wu wuu wuuuuuu” tiru Daiki yang ternyata memasukkan kaset karya Maroon-One
More Time.
“Daiki!
Jangan ‘uwuwuwuwuwuuuuu..’ begitu.. Rasanya jadi kayak ada ambulans lewat..
Hiii.. ♪Merinding bulu kudukku.. ♪”
komen Yuya.
“Yeyeyeyeyeyeye..
Berhasil! Berhasil! Horee!” riang Hikaru. Terdengar sebuah tawa kegirangan di
sisi lain.
“Apanya
yang berhasil, Hika?” tanya Inoo.
“Hahaha..
Akhirnya! Aku menemukan Ikan juga disini! Akan aku ambil untuk tebusan mang
Jajang nanti.. Huehehe” kata Hikaru sambil mengambil Ikan Piranha Yama di
akuarium.
“Heiii
Hikaaaa!!! Ikan itu makannya—“
Tapi.. T-E-R-L-A-M-B-A-T
Graup!
“ADAW!!!
INOO-CHAN~ TOLONG AKU~!!!!” jerit-jerit Hikaru saat Ikan itu menggigit jari
jemarinya.
“Hai!
Hai! Tunggu sebentar Hikaruuuuu” jawab Inoo yang langsung mengambil jarum
suntik.
“Hati-hati
Inoo-chan! Jangan sampai aku yang—“
“Iya
iya! Diam dulu dong!” CEES..
Beberapa detik Kemudian…
Doeng—!
“Tidaaak!! Hikaruuu kenapa jadi kamu yang
pingsaann???!!!!” teriak Inoo sambil menggoyang-goyangkan tubuh Hika. Yuya dan
Keito sweatdrop melihat mereka.
Pesta Ulang tahun Yama berakhir dengan
sangat menyenangkan dan berkesan, walaupun ada beberapa kegaduhan disana dan
disini. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam. Chinen dan Keito langsung beranjak
ke tempat tidur. Sedangkan aku yang masih terjaga, melangkah menuju kamar dan
membuka laci.
Sebuah kado
berwarna merah berhias pita kuning. Sayang, di hari yang istimewa ini
tidak ada Kaasan disampingku. Aku membuka kado pemberian Okaasan tersebut
dengan perlahan.. dan sangat tertegun ketika melihat isinya.
“I..inikan..”
Ya. Sebuah benda yang pernah
dipeributkannya dengan Kaasan, sebuah benda yang bahkan pernah mengusik
ketenangannya, yang pernah membuat hatinya begitu menginginkan sesuatu. Sarung
tangan itu!
“Okaasan..”
Kugenggam erat sarung tangan merah
tersebut. Tak terasa waktu telah memanggilku untuk kembali memejamkan mata..
To be
continue
No comments:
Post a Comment